Wattpad Original
Ada 8 bab gratis lagi

Bab 5

105K 6.4K 212
                                    

Minggu pagi yang cerah, tapi tak secerah hatiku yang diselimuti oleh awan mendung bercampur kilat. Hari ini tepat dua hari setelah kepergian Allan, dia kembali bersama seorang wanita yang dia genggam erat tangannya. Aku tersenyum menyambut kedatangan mereka meskipun aku tidak yakin seperti apa senyumku terlihat. Dalam sekali lihat saja, harus kuakui wanita itu lebih baik dari segi fisik, lebih cantik dan menawan dibandingkan aku.

Wanita itu berpakaian modis ala sosialita dan aku yakin dari mulai pakaian, tas hingga sepatu yang dia kenakan bukan barang murah. Wajahnya cantik terawat dengan pulasan make up yang membuatnya semakin cantik. Rambutnya hitam legam dan tergerai lurus, dia berkulit sawo matang dan terlihat sangat eksotis dengan tubuhnya yang tinggi langsing bak model.

Kecantikanya patut diacungi jempol, meskipun wajahnya sangat local, tapi dia terlihat begitu memukau. Bahkan sebagai wanita aku pun mengakui betapa cantik dan menariknya dia.
Aku tersenyum kecut menyadari jika orang bodoh pun pasti lebih memilih dia daripada aku. Harus aku akui aku tidak sebanding dengannya, dia bagaikan seorang titisan bidadari, sedangkan aku hanya gadis kampung yang berpenampilan sederhana. Dia berperawakan bak model sedangkan tubuhku tidak terlalu tinggi, dengan tubuh kurus dan perut menonjol seperti orang busung lapar padahal saat ini aku sedang hamil. Dia memakai pakaian mahal sedangkan aku hanya memakai gamis dan kerudung sederhana untuk menutupi kepalaku, tanpa make up sama sekali. Siapa pun yang melihat pemandangan ini, pasti menyalahkanku sebagai istri tua karena tidak bisa merawat diri hingga suaminya lari ke pelukan wanita lain.

Allan mendekat ke arahku, dari wajahnya terlihat jelas jika dia merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Aku tersenyum padanya dan mencium tanganya seperti biasa. Meskipun perasaanku tidak karuan aku tetap menyalami wanita itu sebagai tanda kesopanan.

"Aira, perkenalkan dia ... Nada," ucapnya tidak enak.

Aku berusaha untuk tetap menampilkan wajah ramahku pada wanita bernama Nada itu. Aku mengulurkan tanganku untuk berkenalan dengannya dan dia juga mengulurkan tangannya dan menjabat tanganku dengan senyum penuh kepuasan.

"Aku Nada istrinya Allan, kamu pasti Kaira, kan? Allan sudah bercerita banyak tentangmu," ucap wanita itu penuh percaya diri dan sedikit seringaian remeh ketika menatap ke arahku.
Aku masih tersenyum menanggapi ucapannya, meskipun aku mengumpat dalam hati atas tindakannya yang terlihat jelas merendahkan aku. Apa sebegitu bangganya dia menjadi istri dari pria yang terlebih dahulu menikahi wanita lain dan masih terikat dengan wanita lain? Dia memperkenalkan diri sebagai istrinya Allan, lalu aku harus memperkenalkan diri sebagai siapa? Pembantu di rumah Allan?

"Aku dan Al sudah kenal sejak zaman kuliah," ucapnya memulai pembicaraan ketika aku mempersilahkan dia untuk masuk.

"Kami menjalin hubungan sejak pertama masuk kuliah, bisa dibilang kami jatuh cinta pada pandangan pertama saat itu. Aku dan Allan lama menjalin hubungan hingga aku memutuskan untuk mengejar karierku setelah lulus kuliah. Aku berkarier dan melanjutkan kuliah masterku di luar negeri jadi kami jarang berhubungan karena jarak yang memisahkan kita. Aku bersyukur meskipun kami lama berpisah Allah mempertemukan kami lagi setahun lalu. Dan ternyata kami masih sama-sama memiliki perasaan cinta yang sama bahkan lebih besar daripada dulu," ucap Nada sambil menatap Allan penuh cinta. Wanita ini sepertinya sangat menjiwai perannya sebagai pelakor bak di kisah hidayah. Dia benar tidak tahu malu juga tidak punya hati membagi kisah cinta berharganya pada wanita yang dia sakiti karena cinta egoisnya itu.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya meskipun hatiku sangat ingin mengacak-acak wajah cantik wanita yang sedang tersenyum di hadapanku. Entah apa maksud dari wanita itu mengatakan hal itu padaku, jika dia mengharapkan aku sakit hati maka dia berhasil. Hatiku sangat sakit mendengar ucapannya, apalagi tahu mereka sudah bertemu dan kembali menjalin hubungan sejak satu tahun lalu, itu berarti sebelum aku mengandung Allan sudah mengkhianatiku.

Hati wanita mana yang tidak hancur mendengar jika suaminya mencintai wanita lain? semua wanita juga pasti hancur apa lagi hatiku, yang mendengar penuturan langsung dari wanita itu jika dia dan suamiku saling mencintai dari dulu hingga sekarang. Lalu selama ini dia anggap aku ini apa? Aku tahu dia tidak mencintaiku, tapi haruskah dia mengatakan juga pada wanita itu. Aku merasa sangat tidak berarti dan aku benci mengakui jika wanita itu menang sebagai pemilik hati Allan karena meskipun aku dan Allan sudah menikah bertahun-tahun Allan tidak pernah mencintaiku.

Aku menarik napas berat dan tetap memasang senyum seolah aku tidak terluka, seolah aku baik-baik saja, seolah kata-kata yang meluncur dari mulutnya tidak menyakiti hatiku. Miris sekali nasibku, di saat perutku membuncit di hadapanku justru tersaji pemandangan paling menyayat hati. Aku melihat maduku menatap suamiku penuh cinta bahkan dia tidak segan-segan mencium suamiku di hadapanku. Allan pria itu sama sekali tidak berniat menjaga perasaanku dan menikmati saja apa yang dilakukan wanita itu tanpa memikirkan betapa hancurnya perasaanku saat ini. Kalau ini sebuah drama TV mungkin sebentar lagi pasangan nista itu terkena azab karena menyakitiku, tapi ini drama kehidupan nyata tidak ada azab nyata yang terjadi pada mereka saat ini.

"Beristirahatlah kalian pasti lelah, aku sudah menyiapkan kamar untuk kalian di lantai atas," ucapku mengusir secara halus agar mereka berdua segera menyingkir di hadapanku.

Aku luar biasa bukan? Di mana ada wanita sepertiku, yang dengan baik hati menyediakan kamar untuk di tempati suamiku dengan selirnya. Air mataku menggenang di pelupuk mataku melihat mereka melenggang di hadapanku sambil berpegangan tangan. Aku melihat Allan memandang sendu dan penuh rasa bersalah padaku saat dia berjalan mengikuti selirnya naik ke lantai atas. Namun, dia tidak berkata apa-apa dan diam saja ketika wanita itu merangkul pinggangnya memasuki kamar yang mereka tempati.

Jangan tanyakan bagaimana perasaanku saat ini, melihat mereka memasuki kamar bersama membuat hatiku remuk. Apalagi membayangkan apa yang mereka lakukan di dalam sana membuat aku tak sanggup lagi untuk menahan isak tangisku. Aku segera memasuki kamarku dan menangis sepuasnya di sana, beruntung rumah ini berlantai dua jadi aku tidak harus mendengar bagaimana kebersamaan mereka di dalam kamar itu. Aku tidak sanggup menghentikan air mataku, aku menutup mulutku agar isakan tangisku tidak sampai terdengar keluar. Katakanlah aku cengeng, tapi wanita mana yang sanggup dimadu?

Meskipun surga yang Allah janjikan bagi wanita yang ikhlas dimadu, tapi tetap saja aku tidak mengharapkan itu. Aku hanya manusia biasa yang memiliki hati dan memiliki rasa ingin memiliki. Tidak ada satu pun wanita ingin berbagi suami begitupun aku, aku tak rela dan tak ikhlas melihat suamiku menikahi wanita lain. Hatiku semakin sakit ketika aku harus menerima jika suamiku mencintai wanita itu dan tidak pernah sedikit pun mencintaiku.

Lelehan air mata masih membasahi pipiku, tapi tidak ada lagi isakan tangisku, aku sudah terlalu lelah sekarang bahkan aku pun sudah tak sanggup lagi untuk terisak. Bayi dalam perutku bergerak seakan memberitahukan jika aku masih memiliki dia dalam hidup ini. Aku mengusap sayang pada perutku yang sudah membuncit. Mengingat bayiku membuat aliran air mataku semakin deras, bagaimana nasib bayiku setelah dia lahir? Itulah pertanyaan yang selalu menggelayuti pikiranku.

"Maafkan Ibu, Nak ... maafkan Ibu karena tidak bisa memberikan keluarga yang sempurna untukmu."

Aku yang tak dirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang