"NGGAK boleh lewat!!" tukas seorang anak laki laki, seraya merentangkan kedua tangannya lebar lebar. Kedua temannya—yang berdiri di sisi kiri dan kanannya—ikut mengiyakan.
Lawan bicara mereka, seorang anak laki laki berkacamata, menatap mereka bertiga. "Tapi aku harus masuk kelas." Sahutnya, takut takut. Bukannya menyingkir, salah satu dari 3 anak itu malah melepas paksa kacamatanya. "Pokoknya bayar dulu, baru dibalikin kacamatanya. Kalo mau lewat, bayarnya harus dobel!!" suruh mereka.
Anak laki laki itu mengulurkan tangan, berusaha merebut kacamatanya. Namun Karena penglihatannya yang sedikit buram, usahanya selalu gagal. Sampai pada akhirnya anak itu menyerah.
"Hei, kalian!!" seru sebuah suara, tegas. Anak laki laki itu mendongak, pun dengan 3 anak lain di hadapannya yang menoleh ke sumber suara. Biarpun buram, anak itu menyadari bahwa ada murid perempuan menghampiri mereka. Dan biarpun buram, ia juga menyadari bahwa anak perempuan itu cukup cantik.
"Ngapain masih disini?! Nggak dengar ya kalo udah bel?" tanya anak perempuan itu, sama sekali nggak takut menghadapi 3 anak nakal di hadapannya. Mereka mendesah kesal, "Ya ampun...baru juga 5 menit bel..." keluh mereka.
Namun anak perempuan itu tampak nggak mau tahu. Ia mengeluarkan pulpen dan secarik kertas kecil dari saku seragamnya. "Masuk enggak? Kalo enggak aku catat nih nama kalian, terus aku kasih ke guru!!" ancam anak itu.
Mereka bertiga langsung menurut, "Ck...iya iya...nih..." dengus mereka, seraya memberikan kacamata itu pada si anak perempuan dan melenggang pergi.
"Dasar...kayak nggak punya uang saku aja, malak malak segala!" gerutunya. Anak itu kemudian menoleh pada si empunya kacamata yang masih menatapnya, lalu mengembalikan kacamata itu seraya tersenyum. "Nih. Maaf ya, mereka emang nakal." Ucapnya.
Anak laki laki itu menerima kembali kacamatanya dan memakainya. Setelah itu, barulah ia bisa melihat anak perempuan yang menolongnya dengan jelas.
Anak perempuan itu berkulit putih. Dengan rambut diikat satu ke belakang dan poni mangkuk yang agak menggembung. Lucu, apalagi pipinya lumayan tembem. Ada tahi lalat di sudut bibirnya. Namun biarpun terlihat manja dan imut, anak itu terkesan cukup tegas.
"Um...kamu murid baru kan?" tanya anak perempuan itu, memecah keheningan. Si anak laki laki mengangguk. "Kelas berapa?" tanyanya lagi. "Um...kelas 3. 3-A." jawabnya, ragu.
Lalu anak perempuan itu tersenyum lebar, "Oh ya?? Kebetulan dong!" ungkapnya. Kemudian, anak itu mengulurkan tangan. "Aku ketua kelas dari kelas 3-A. Kamu bisa memanggilku Venus. Kamu?" celoteh anak itu, memperkenalkan diri.
Rasa ragu anak laki laki itu langsung menghilang. Dengan yakin, ia menjawab uluran tangan anak perempuan itu. bibirnya menyunggingkan senyum tipis, lalu mengucapkan namanya.
"Mars."
***********************************************************************************
NEXT PART : PRIBADI YANG TIDAK TERTEBAK
JANGAN LUPA VOMMENT... :p:p:p
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Angkasa
Teen FictionSemua orang tahu waktu dapat merubah segalanya. Begitupun dengan kita. Aku berubah.Kamu berubah.Dunia kitapun berubah. Kita tersesat di dalamnya. Sendirian. Dalam kegelapan. Kita di paksa untuk bertahan, dan kadang membuat perlawanan. Dan ketika sem...