"Yaahhh....masa tandingnya 2 lawan 1 sih???" gerutu Mars, melihat Venus yang akan tanding bola dengannya malah di bantu Langit. Biarpun Langit 4 tahun lebih tua, mereka emang berteman akrab banget.nggak 4 tahun juga sih. Venus sama Langit selisih 5 tahun, tapi karena Venus cuman ngambil TK setahun, jadinya dia dan Mars berada di kelas yang sama waktu SD. Meski secara teknis, Venus setahun lebih muda darinya.
Langit mengibaskan tangan, "Nggak papa lah. Kan Venus cewek. Kalo satu lawan satu, yang ada bakal langsung kalah." Sahutnya. Membuat Mars cuman merengut kesal. Namun meski begitu, mereka bertiga menikmati permainan tersebut.
Ketika hari beranjak sore, dan mereka sudah mulai lelah, mereka bertiga memanjat rumah pohon sederhana yang ada di sana. Rumah pohon itu di buat oleh orang tua Venus, khusus untuk tempat bermain mereka. Dan di belakang rumah pohon itu juga ada danau berukuran sedang.Pas banget pokoknya buat piknik dan santai santai.
"Rumah pohon ini tuh enak banget yaa.... Pokoknya, tempat ini jadi favorit aku." Celetuk Venus, seraya duduk di dalam rumah pohon. "Aku juga dong..." sahut Langit, seraya membuka setoples camilan yang di bawanya dari rumah. Mars tersenyum. Sebenarnya, dimanapun tempatnya berada—asal ia bisa bersama dua temennya ini—dia bakal merasa sangat nyaman.
Tapi tak urung ia menyahut, "Aku juga."
*****************************
Entah sudah berapa lama Angkasa berdiri disini.
Disini, sebuah tempat yang jauh di pinggir kota Bogor. Sebuah tempat yang masih sangat alami, belum tersentuh polusi. Sebuah tempat yang masih sangat tenang, memeluk berbagai kenangan dalam kedamaian. Merekam begitu banyak kejadian menyenangkan.Sebuah tempat dengan masih sedikit pemukiman, di kelilingi kebun teh dan pepohonan rindang.
Dan disana—di salah satu pohon yang berdiridengan kokoh—di salah satu dahannya yang kuat—berdiri rumah kecil dari kayu dengan luas tidak lebih dari 5 meter.
Rumah pohon.
Tempatnya menghabiskan masa kecilnya bersama Venus.
Ah, bukan. Senja.
Dulu, mereka sering sekali main kesini. Hampir setiap sepulang sekolah mereka mampir kesini. Petak umpet, kejar kejaran, atau sekedar ngobrol di rumah pohon. Rumah pohon ini dibangun dengan bantuan orang tua Senja. Mereka sering menghabiskan akhir pekan disini. Tentunya bersama ibu dan keluarga Senja karena ayahnya sangat sibuk.
Mengingat tentang ayahnya membuat mood Angkasa memburuk seketika.Sibuk.Satu kata yang selalu dilontarkan ayahnya sejak dulu. Satu kata yang selalu menciptakan pembatas antara dirinya dengan ayahnya. Satu kata yang pada akhirnya mengokohkan dinding yang terbangun di antara mereka, memperdalam jurang yang terbentang dan memutuskan jembatan yang tadinya menghubungkan.
Sibuk. Satu kata yang mengacaukan seluruh hidupnya.
Angkasa menarik nafas panjang. Wajahnya yang penuh luka dan memar sama sekali bukan masalah. Masih dengan seragam sekolah dan ransel, ia melangkah menuju rumah pohon itu. terlihat sudah agak kotor dan lusuh, pertanda tidak dikunjungi selama beberapa waktu. Dan memang benar. Karena setelah sekian tahun, ini pertama kalinya Angkasa kembali mengunjungi tempat ini.
Kedatangan Senjalah yang mengubah segalanya.
Hanya dengan kedatangannya, entah kenapa sisi 'Mars' yang ia tidurkan—karena terlalu lemah dan tidak berdaya serta membenci kekerasan—memberontak setelah hampir 7 tahun. Sudah hampir 7 tahun ini ia membangun pribadi seperti Angkasa. Ia akan tetap bertahan. Kuat.Ia akan melawan jika perlu. Dan ia akan menggunakan kekerasan jika dibutuhkan.
Karena baginya, hal terbaik yang bisa membuatnya diperhatikan adalah rasa takut.Bukan kasih sayang.
Namun hanya dengan melihat Senja, keinginannya untuk menjadi diri sendiri mendadak bangkit.Menekankan hasratnya untuk berubah.Untuk kembali menjadi diri sendiri. Namun ia tahu itu tidak mungkin. Sudah cukup lama ia hidup sebagai Angkasa. Menciptakan masalah dan reputasi sebagai Angkasa. Jika dia kembali menjadi dirinya sendiri—menjadi Mars—orang orang hanya akan berpikir bahwa ia sedang bersandiwara.
Melihat Senja ada di dalam bis tadi membuat perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ia tidak ingin sahabat kecilnya membencinya karena perubahannya. Namun disisi lain, ia tidak ingin Senja kembali mendekatinya. Tapi biar bagaimanapun, Angkasa berharap Senja masih punya pikiran yang cukup waras untuk menjauhinya.
Karena dekat dekat dengannya hanya akan membuat gadis itu berada dalam masalah.
*********************
Senja turun dari bis yang ditumpanginya dan berjalan sendirian dari halte bus.
Halte terdekat di rumahnya berjarak kurang lebih setengah kilo. Kalo Langit di rumah sih biasanya dia minta jemput. Tapi sayangnya Langit belom pulang. Lagi ngapelin Riska katanya—gebetannya yang belom di tembak tembak sampe sekarang.
Pikirannya memutar ulang sekilas informasi yang didapatnya dari Shella tadi siang. Tentang Angkasa.
"Kak Angkasa emang udah nunjukin gejala gejala berandal dari MOS. Gue denger dari Kak Evan sih, katanya Kak Angkasa adalah satu satunya junior yang berani ngelawan perintah senior waktu itu. Disuruh lompat kodok nolak, disuruh minta tanda tangan nggak mau, disuruh lari lapangan juga enggan. Dari situlah awal mula nama Kak Angkasa mulai ngetop.
Sampek 3 bulan pertama di kelas 10, SMA musuh nyerang sekolah kita mendadak. Tahu kan, SMA yang selalu tawuran sama SMA kita, SMA Padipura. Nggak sengaja, Kak Angkasa kejebak, soalnya waktu itu emang lagi waktunya pulang. Para senior mikirnya dia cuman bakal ngerepotin kan? Eh, nggak tahunya, malah Kak Angkasa yang nyerang pentolan SMA musuh secara brutal. Padahal waktu itu pentolan SMA musuh udah kelas 12.
Baru deh, setelah itu namanya mulai ngetop. Udah gitu tau sendiri kan, fisiknya Kak Angkasa sempurna banget. Gue nggak munafik deh, karena bagi sebagian besar cewek, Kak Angkasa emang keren banget. Tapi nggak pernah ada cewek di samping Kak Angkasa. Paling cuman 3 jongosnya itu, yang mana salah satunya adalah cowok gue. Atau enggak ya guru guru yang sering digodain sama dia.
Bahkan Cindy—cewek paling cantik seangkatan plus ketua cheers aja—pernah nembak dia. Dan di tolak.
Dan biarpun begitu, Kak Angkasa masih misterius banget. Hampir 3 tahun tercatat sebagai siswa sekolah sini, nggak ada satupun yang tau alamat rumahnya. Yaa...guru secretariat paling tau, tapi selain itu, nggak ada.Bahkan 3 temennya itu juga nggak tahu.
Banyak yang mikir kalo Kak Angkasa korban Broken Home, makanya tingkahnya jadi begajulan gitu. Tapi tetep nggak ada kepastian karena Kak Angkasa nggak pernah menyinggung masalah pribadinya"
Tenggelam dalam lamunan membuat Senja tidak menyadari bahwa sedari tadi, di belakangnya, sebuah motor sport merah menyala membuntuti dengan sangat telaten. Barulah ketika Senja tidak juga menyadarinya, si pemilik motor membunyikan klakson.
Senja menoleh, dan terkejut setengah mati mendapati siapa yang ada di belakangnya. "Elo.....Kenapa..." gumamnya, bingung. Si pemilik motor tersenyum ramah, namun segera meringis akibat luka di ujung bibirnya. "Gue buntutin bis lo tadi. Habisnya mau gue tegur di halte udah nggak keburu.Lo nya udah naik bis." terang owok itu.
Tetap saja Senja mengernyit tidak mengerti."Tapi...kenapa? Maksudnya... buat apa lo buntutin gue?"tanyanya.
Cowok itu—Angga—kembali tersenyum ramah, "Gue pengen ngomong.Ada waktu nggak?"
********************************************
YO PARA READERS SENJA DAN ANGKASAAA........
AUTHOR BALIK LAGI NIH SETELAH HIATUS (BACA : HIBERNASI) SELAMA HAMPIR 2 BULAN. SERIUS NIH, AUTHOR SAMA SEKALI NGGAK BUKA WATTPAD SECARA ONLINE SELAMA 2 BULAN, DAN BEGITU BUKA SEKARANG, NOTIFIKASINYA UDAH 200 AN....
BTWM SESUAI JANJI, AUTHOR BAKAL NGELANJUTIN CERITA INI, DAN BAKAL AUTHOR USAHAIN BUAT CEPET KELAS. JADI MINTA VOMMENTNYA UNTUK DUKUNGANNYA YAAA......
NEXT PART : SUDAH DIPUTUSKAN !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Angkasa
Genç KurguSemua orang tahu waktu dapat merubah segalanya. Begitupun dengan kita. Aku berubah.Kamu berubah.Dunia kitapun berubah. Kita tersesat di dalamnya. Sendirian. Dalam kegelapan. Kita di paksa untuk bertahan, dan kadang membuat perlawanan. Dan ketika sem...