"Siap? Kita mulai sekarang ya?" tanya Venus, memastikan. Anak laki laki yang duduk di hadapannya—Mars—mengangguk yakin. Keduanya bersedekap di atas meja yang menjadi pembatas diantara mereka.
Baik Venus maupun Mars mengerjap-ngerjapkan mata sejenak. "Ayo. Satu...dua...tiga." Tepat setelah hitungan itu, keduanya saling menatap. Tanpa berkedip dan mengalihkan tatapan ke arah lain.
Ya, benar. Saat ini, keduanya lagi main adu tatap. Siapa yang bisa menatap mata lawannya paling lama tanpa berkedip, dia yang menang.
Di menit menit awal, keduanya masih kuat. Setelah agak lama, mata Mars mulai agak pedas. Maklum, ia bahkan biasanya pake kacamata. Sedangkan dilihatnya Venus masih melek, menatapnya dengan teguh. Mars nggak mau kalah.
Lalu dia mendapat ide.
"Venus. Mau tau sesuatu, nggak?" tanya Mars. "Apa?" tanyanya, tanpa mengalihkan pandangan ataupun berkedip. Mars tersenyum jahil, "Mata kamu indah banget. Aku suka."Pujinya.
Venus langsung merasa malu sehingga reflex ia mengerjap beberapa kali. Mars melotot nggak nyangka, lalu tersenyum senang. "Yee.....Menang..." serunya.
Venus kontan cemberut, "Mars....kamu curang....."
******************************
SENJA sedang asyik bersosialisasi dengan teman temannya saat jam istirahat.
Sebagai murid baru, Senja sadar bahwa dia harus sering bersosialisasi.Dia juga harus berusaha mendapat banyak teman agar kejadian di masa lalunya tidak terulang.Sungguh, Senja bakalan bunuh diri kalo sampe kejadian di masa lalunya terulang lagi.
Untungnya, sepertinya dia dimasukkan ke kelas yang baik.Penampilannya yang agak sangar—rambut warna merah dari pundak ke bawah, anting kecil di hidung, eyeliner yang kentara, dan rentetan gelang hitam di tangan kiri—sempat membuat teman temannya ragu.Namun Senja tetap berusaha terlihat ramah.
Penampilan seperti ini, hanya untuk melindunginya.
Temen sebangkunya yang baru—Shella—ternyata juga orang yang asik.Begitu sudah berkenalan, mereka sudah mampu bercerita banyak.
Semuanya baik baik saja, sampai akhirnya seorang cowok tiba tiba muncul di ambang pintu kelas. Gesturnya yang kasar dan nafasnya yang terengah engah menandakan bahwa ia lari menuju kelas ini. Satu hal yang langsung terlintas di pikiran Senja adalah : cowok ini keren.
Lalu setelah beradu pandang beberapa saat, Senja menyadari satu hal.
Ia mengenal cowok itu. Mars.
"Selain anak baru itu, semuanya keluar dari kelas ini!" perintahnya, dalam dan tajam.Tanpa sadar, Senja mendapati dirinya terpengaruh dengan perintah itu.alam bawah sadarnya menunduk patuh dan mungkin sudah akan bangkit berdiri untuk keluar kalau dalam waktu sepersekian detik tidak menyadari, sirinyalah 'anak baru' yang dimaksud.
Teman temannya bergeming, mungkin masih kaget dengan kemunculan Mars di ambang pintu. Senja nggak tahu kenapa suasana jadi kayak gini begitu cowok itu dateng.
Mendapati perintahnya diabaikan, tatapan matanya berkilat murka.Membuat Senja tanpa sadar menahan nafas di bangkunya.
"GUE BILANG KELUAR!!! SEKARANG!!!" serunya, menggelegar.
Kontan seisi kelas tersadar dan langsung bangkit beranjak.Dalam hitungan detik, kelas kosong.Meninggalkan dirinya berdua dengan cowok itu.
Cowok yang—sampai detik itu—ia kenal sebagai sahabat kecilnya, Mars.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Angkasa
Teen FictionSemua orang tahu waktu dapat merubah segalanya. Begitupun dengan kita. Aku berubah.Kamu berubah.Dunia kitapun berubah. Kita tersesat di dalamnya. Sendirian. Dalam kegelapan. Kita di paksa untuk bertahan, dan kadang membuat perlawanan. Dan ketika sem...