ANGKASA bersimpuh di dekat makam ibunya.
Jaket hitam membalut tubuhnya yang tampak lemah. Cowok itu emang ngerasa nggak fit sejak semalam, entah kenapa. Wajahnya tampak pucat, namun matanya terlihat berkaca kaca. Ia mengulurkan tangan, mengusap nisan bertuliskan nama ibunya itu. "Hai, ma. Mars dateng." Bisiknya.
Angga hanya perlu menunggu sekitar 15 menit sampai akhirnya Senja datang. Cewek itu tampak menghampirinya dengan terburu buru, lalu menjatuhkan diri di hadapannya. "Sori. Udah lama ya?" tanyanya, sungkan. Angga tersenyum ramah, "Nggak juga. Santai aja lagi." jawabnya.
Senja diam sejenak untuk menstabilkan nafasnya yang ngosh ngoshan. Dan Angga juga diam, memberi cewek itu waktu untuk merilekskan diri. Setelah beberapa menit, barulah Senja berdehem pelan. "Um...jadi...mo ngomong apa?" tanyanya. Senyum Angga memudar. Ia mengalihkan pandangan sejenak, menghela nafas, lalu kembali menatap Senja.
"Sebelumnya, gue mau klarifikasi kalo gue ngungkapin ini bukan buat jatuhin Angkasa. Dia udah tau kalo gue mau ngasih tau ini ke elo." Ujar Angga. Senja mengernyit, "Angkasa? Ngasih tau apa? Soal apa?" tanyanya, penasaran. Angga diam sejenak, lalu menjawab,
"Sekilas...... soal masa lalu dia." Jawabnya, membuat Senja tertegun.
********************************
Angkasa memasuki rumahnya sekitar pukul 7 malam. Masih berseragam sekolah, diparkirnya motornya di garasi. Begitu memasuki rumah, di lihatnya ayahnya sedang duduk di ruang tamu. Kali ini tanpa menatap laptop, hanya berdua dengan wanita yang sangat nggak ingin dilihatnya.
Angkasa tidak berniat berhenti, namun ayahnya memanggilnya. "Darimana kamu?" tanyanya. Tentu saja Angkasa terpaksa memberhentikan langkah. "Sekolah." Jawabnya, dingin, tanpa membalikkan badan. "Sampe jam segini? Bukannya tadi kamu udah keluar dari sekolah waktu Fidya dateng?" cecar ayahnya, lagi.
Angkasa tersenyum miring seraya berdecih lirih. Ia berbalik, lalu menatap tajam Fidya yang duduk di samping ayahnya dengan kepala tertunduk. "Jadi dia ngadu ke papa? Apa dia juga ngomong kalo saya bikin dia malu di depan anak anak sekolah? Kalo saya bentak bentak dia? Kalo saya..."
"ANGKASA!!!" tegur Andika, menggelegar, seraya bangkit dari duduknya.
Angkasa terdiam, namun bukan berarti ia takut. Ayahnya menatapnya tajam, dan Angkasa membalasnya dengan sama tajamnya. Andika menghampiri putranya itu, "Siapa yang ngajarin kamu nggak sopan ke orang yang lebih tua?" tanya Andika, geram. "Nggak ada. Tapi kayaknya ini faktor keturunan. Lagian, saya kayak gini cuman ke dia kan?" tanya Angkasa, balik.
Andika melotot mendengar sindiran anaknya, "Sekali lagi papa peringatin ke kamu. Jaga sopan santun kamu. Fidya akan segera jadi mama kamu." Peringat Andika. Angkasa menatap ayahnya terluka, namun ia tetap melawan. "Sekali lagi, saya bilang ke papa..." Angkasa menggantung kalimatnya, lalu menatap ayahnya sungguh sungguh.
"...Mama saya udah meninggal. Lebih baik saya di coret dari kartu keluarga daripada harus manggil dia 'mama'. Karena sampai kapanpun, saya nggak akan sudi...punya mama kayak dia!" tandas Angkasa.
PLAKKK!!!
Angkasa terperangah sementara tubuhnya terpelanting karena tamparan keras ayahnya. "Mas..." celetuk Fidia, berusaha menengahi, namun Andika mengabaikannya.
"Kamu emang bener bener nggak tau diri, Angkasa. Papa udah capek ngurusin kamu. Papa kasih kamu semuanya, uang, kendaraan, kebebasan, tapi kamu tetep mengecewakan. Kamu selalu pulang malem, dalam kondisi babak belur dan terkadang mabuk. Kapan kamu mau berubah, Angkasa?!?" tanya Andika, murka.
Angkasa merasakan matanya memanas, namun ia tak membiarkan air matanya jatuh. Tidak disini.
"Berubah? Ini cara saya berubah, pa. Inilah perubahan buat saya. Bersamaan dengan kematian mama, saya juga membunuh diri saya yang dulu. Yang ada di depan papa sekarang, 100% berbeda dengan Marcelando Angkasa yang dulu." Tandas Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Angkasa
Novela JuvenilSemua orang tahu waktu dapat merubah segalanya. Begitupun dengan kita. Aku berubah.Kamu berubah.Dunia kitapun berubah. Kita tersesat di dalamnya. Sendirian. Dalam kegelapan. Kita di paksa untuk bertahan, dan kadang membuat perlawanan. Dan ketika sem...