Evelinpoint-of-view
Aku tidak bisa mengatakan aku mencintainya dalam waktu sesingkat ini. Namun, aku tau bahwa seluruh diriku tidak pernah ingin menolaknya, dan itu sudah cukup memberikanku keberanian untuk menyetujui keputusannya untuk memulai sesuatu hubungan denganku. meskipun aku sendiri tidak bisa menjelaskan dengan benar hubungan macam apa itu, dan untuk apa hubungan itu. sebuah hubungan yang tiba-tiba dia tawarkan dalam jangka waktu sesingkat ini kami mengenal.
Jangan salahkan aku jika seorang Genta seolah bisa menyihirku untuk melakukan ataupun menuruti semua permintaannya. Karena pria itu seperti terlahir dengan jimat khusus untukku- dan mungkin juga untuk perempuan-perempuan lain- yang membuatku tunduk di kakinya. Ketika aku gadis bodoh ini, berubah menjadi gadis yang semakin bodoh dihadapannya. Tidak ada banyak hal yang bisa aku lakukan selain menjaga martabatku setinggi yang aku bisa.
Jadi Genta, atas semua ucapan dan perlakuan lembutmu kepadaku, aku memohon, jangan jatuhkan aku. Buat aku terbang setinggi yang kamu bisa, namun jangan pernah jatuhkan aku, karena seorang malaikat tidak pernah punya sayap cadangan untuk sayapnya yang rusak. Kamu mengerti kan?
Beberapa jam yang lalu tepatnya di daerah pusat pembelanjaan kota kami, Genta menggandeng tanganku untuk kedua kalinya. Namun, biarkan aku menganggap itu untuk pertama kali, karena rasanya itu adalah kali pertama jantungku begitu ingin melompat keluar dari tempatnya saat kulit kami saling bersentuhan. Itu adalah pertama kalinya aku merasakan bagaimana rasanya dia genggam dengan jelas, bagaimana halusnya telapak tangannya, dan bagaimana dia memposisikan dirinya disekitar keramaian seakan aku adalah boneka porselen yang harus selalu ada dibelakangnya agar selalu aman. Dia begitu gentle melindungiku, seakan itu adalah kewajiban utamanya kepadaku.
Dan dia berhasil, karena aku begitu merasa aman saat ada dirinya. Entah kenapa tapi ada sesuatu didalam diriku yang terbangkit dan itu membuatku percaya kepada sosok Genta. Aku merasa dia bukanlah tipe orang yang akan berbicara sesuatu yang tidak benar-benar dia ingin katakan. Dia adalah tipe orang yang menurutku akan memikirkan segala tindakannya secara matang-matang demi menghindarkannya dari suatu kegagalan. Dan secara pasti juga aku yakin dia adalah orang yang menepati ucapannya.
Meski masih sedikit interaksi antara kami berdua, tapi aku tau bahwa penawarannya untuk menjalin suatu hubungan atas dasar kejujuran itu adalah benar adanya. Aku memiliki harapan diatas keyakinanku bahwa semua itu adalah apa yang benar-benar dia inginkan. Dan biarkan aku untuk menjalani rancangan hidupku dengan memperhatikan rancangan hidupnya juga, selaku calon suamiku.
Tersisa 3 hari sampai kami resmi menjadi sepasang suami istri dimata agama. Karena keluarga kami belum mau ambil resiko terhadap pendidikan kami kedepannya dengan mendaftarkan pernikahan ini secara resmi. Namun, itu bukan berarti membuatku merasa ini seperti pernikahan guyonan semata atau apa. Aku tau bahwa keputusan ini adalah keputusan terbaik untuk kami, seperti halnya pernikahan ini yang pastilah merupakan keputusan terbaik bagi orang tua kami.
Tante Juli (Mama Genta) dan Mamaku sudah menjelaskan kepadaku dengan panjang lebar di butik Tante Natali tadi tentang semua itu. Dan mereka tidak perlu melakukan itu sebetulnya, karena aku tau betul situasi apa yang kami hadapi sampai tidak bisa meresmikan pernikahan ini hingga aku dan Genta menyelesaikan studi kami. Aku mengerti segalanya meskipun ada sedikit rasa khawatir tentang itu.
Namun, ada suatu sisi dimana aku merasa baik dengan adanya keputusan itu. Karena dengan begitu kemungkinan teman-temanku disekolah tau menjadi semakin kecil. Aku tidak mau temanku meninggalkanku karena aku menikah dengan Genta. Aku sudah cukup menguras otak ketika hari senin Nadira langsung mengintrogasiku di kelas perihal Genta yang menarikku untuk bicara berdua dengannya. Dia sudah seperti tomat matang ketika mengintrogasiku. Warna kecemburuan, khawatir, dan peduli menumpuk di wajahnya, membuat aura yang di keluarkannya menjadi aneh untuk dihadapi. Aku beruntung karena adegan aku menyuruh Genta minta maaf sempat Nadira saksikan, karena dengan adegan itu aku bisa mengarang sebuah alasan masuk akal yang langsung Nadira terima saat itu juga. Untuk saat ini dia bisa menerima alasan itu, namun aku masih belum bisa yakin apakah kedepannya akan begitu juga. Karena pepatah lama yang berbunyi 'Sepintar-pintarnya kamu menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga.' selalu terngiang di kepalaku sejak hari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Bride
RomanceEvelin hanyalah anak SMA biasa yang harus dihadapkan pada takdir mendadak di hadapannya, Dia harus menikah dengan Genta Airlangga, kakak kelas pujaan satu sekolah, karena perjanjian politik kedua orang tua mereka. Bisakah Evelin dan Genta menyatukan...