Genta point-of-view
Sebentar lagi hari ulang tahun Evelin akan segera tiba. Aku terus memikirkan jenis hadiah apa yang akan membuat dia senang.
Mungkin di antara kalian ada yang memiliki fikiran bahwa hampir semua wanita akan menyukai suatu hadiah tertentu di ulang tahunnya. Seperti bunga,perhiasan,ataupun boneka. Namun menurutku itu tidak benar. Karena setiap orang berbeda, maka hadiah yang mereka inginkan pun pasti tidak sama.
Kalian tidak bisa menyamakan semua wanita, sama halnya dengan laki-laki. Salah besar kebiasaan para wanita jaman sekarang, karena mereka pasti akan menganggap semua laki-laki itu sama setelah mereka di sakiti oleh satu atau lebih oknum dari kalangan laki-laki.
Faktanya, semua orang akan berbeda satu dengan yang lain. Bahkan saudara kembar identik pun pasti memiliki perbedaan. Dan perbedaan itu yang membuatnya spesial. Tidak akan ada sisi menarik dari hal yang sama.
Beberapa kali aku pernah memberikan kado kepada mantan-mantan kekasihku yang berulang tahun. Namun tidak ada satupun dari mereka yang mirip dengan evelin dan bisa aku jadikan bahan pertimbangan. Pertama, karena evelin bukan pacarku, dia adalah istriku. Kedua, karakternya tidak pernah kutemukan di sosok wanita lain. Ketiga, karena dia Evelin, orang paling penting untuk diriku maka aku tidak bisa membawa santai masalah ini.
aku ingin meminta saran kepada seseorang, dan orang pertama yang terlintas di fikiranku adalah: Vena.
Berbicara tentang Vena, yang kutahu dia sedang bebas karena dia lebih memilih melanjutkan bisnis keluarga dan mendirikan sebuah sanggar tari dibandingkan melanjutkan kuliah. Dia bilang sebelum hari kelulusan kepadaku dan Rap bahwa dia akan memikirkan masalah kuliah itu untuk satu atau dua tahun yang akan datang.
Minggu lalu aku menelfon Vena dan menanyakan masalah ini.
"Kurang berapa hari emangnya ke hari ulang tahun dia?" itu adalah apa yang Vena katakan pertama kali setelah mendengar ceritaku.
"Kurang dari dua minggu."
"Lo bawa diri aja."
"Hah?" aku kebingungan dengan maksud perkataannya.
"Iya, bawa diri lo aja."
"Ven, pikiran lo jorok ya!"
"Hahaha," dia tertawa terbahak-bahak. "lo tuh yang kemana-mana. Gila kali gue suruh lo begitu. Jijik kali Gen!" Lanjutnya.
"lo bego, ngomong nggak bener. Sengaja lo, gue tau." Kataku jengkel.
"Maaf,maaf. Maksud gue biar gue aja yang nyiapin semuanya. Lo tinggal bawa diri lo aja nanti."
"lo nyiapin apa?"
"Something but mean everything." Vena berkata yakin.
"lo yakin Evelin bakal suka?" di dalam otak aku berusaha menebak apa yang akan Vena siapkan.
"Seratus persen."
"Emang lo tau selera dia?"
"Genta, gue ini juga cewek lo inget." Vena menjawab gemas.
"Oke," aku mengalah. "Makasih Ven." Lanjutku dan kemudian mematikan panggilan kami.
Meskipun sangat penasaran, namun aku berdoa agar rencana Vena bisa berjalan lancar.
∆∆∆∆∆
"Genta?"
hari itu aku baru selesai mandi ketika mendengar panggilan dari suara yang familiar di depan pintu kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Bride
RomanceEvelin hanyalah anak SMA biasa yang harus dihadapkan pada takdir mendadak di hadapannya, Dia harus menikah dengan Genta Airlangga, kakak kelas pujaan satu sekolah, karena perjanjian politik kedua orang tua mereka. Bisakah Evelin dan Genta menyatukan...