29. Evelin 'Pilihannya'

198K 10.3K 794
                                    

"Lu tau nggak? Abi ini punya fans fanatik anak SMP." kata Nadira mengejek Abimanyu yang sedang bermain game di ponselnya.

Abi yang tidak terima langsung mengangkat kepalanya dan memberikan tatapan garang kepada Nadira. "Dari pada lo, pacaran sama brondong." Abi membalas ucapan Nadira dengan fakta. Nadira memang sudah berpacaran dengan salah seorang adik kelas kami sejak 2 bulan yang lalu.

Aku dan Tere langsung tertawa melihat ekspresi skakmat yang muncul di wajah Nadira. Abimanyu langsung menyunggingkan seringai kemenangan dan kembali fokus ke layar ponselnya.

"Dia jahat banget." gerutu Nadira sambil menyeruput es teh manis di genggamannya.

"Tapi fakta kan, Ra." aku menggigit biskuitku dengan santai, tidak mempedulikan tatapan kecewa Nadira yang ingin di bela.

"Buruan abisin siomay lu, Ra. 8 menit lagi bell masuk." kata Tere sambil mengecek jam tangannya.

Tiba-tiba soundsystem di atas pintu menyala otomatis dari server. Beberapa siswa yang ada di kelas saat itu menyuruh kami semua untuk diam dan mendengarkan.

"Pengumuman bagi seluruh siswa kelas dua belas." kata suara yang muncul di soundsystem itu. Seketika seluruh siswa mendengus jengkel dan kembali mengobrol tidak memperdulikan pengumuman itu karena tidak di tujukan untuk kami.

Namun tidak untukku, karena aku masih dengan setia berusaha mendengarkan apa isi pengumuman itu. Tentu saja karena kekasihku anak kelas dua belas.

"Pengumpulan formulir pendaftaran perguruan tinggi terakhir adalah besok. Tolong serahkan kepada guru BK di ruangannya. Terimakasih." bersamaan dengan selesainya pengumuman, maka soundsystem itu juga ikut mati.

"Tahun depan itu pengumuman buat kita. Kalian pada mau lanjut kemana?" tanya Tere menatap kami bergantian.

"Masuk TI gue." sahut Abi tanpa keraguan.

"Kalo lo pada?" giliran aku dan Nadira yang ditatapnya penasaran.

Aku menatap Nadira dengan senyum yang tertahan, begitupun dirinya. Sepertinya apa yang sedang kami pikirkan sama.

"Belum mikir." kami menjawab Tere bersamaan.

"Gue mau masuk Tekhnik Nuklir," ucap Tere tiba-tiba. Kami bertiga langsung menatapnya terkejut bukan main. "mau nyusul Abang gue di sana." lanjut Tere dengan senyum yang ditahan.

"Ohhh begitu..." kataku mengangguk pelan mengerti. Tentu saja aku faham benar masalah yang Tere hadapi. Kedua orang tuanya sudah wafat sejak dia SMP, dan sekarang dia tinggal sendiri di rumahnya bersama beberapa pembantunya. Dia hanya punya seorang Abang, yang sekarang sedang kuliah di jurusan T.Nuklir di universitas yang cukup jauh. Dia bilang Abangnya akan bekerja di luar negeri setelah lulus nanti. Mungkin itulah alasannya kenapa Tere juga ingin masuk jurusan itu.

"Gue kira lo mau ternak godzilla." Abimanyu berkata dengan santainya. Nadira memukul bahunya dan menggerutuinya. Aku dan Tere hanya terkekeh pelan melihat itu.

"Genta mau lanjut kemana?" Tere menatapku penasaran.

"Gue belum dikasih tau." jawabku miris kepada Tere. Dia hanya mengangguk pelan dan lalu kembali mengingatkan Nadira untuk menghabiskan siomaynya.

Diingatkan tentang kak Genta, akupun juga belum tau dia ingin melanjutkan kemana. Suamiku itu tidak pernah mengungkit masalah ini denganku lagi sejak malam kemenangan Papa 4 bulan yang lalu. Papa menyuruhnya untuk melanjutkan ke luar, tapi Kak Genta sepertinya berat sekali untuk pergi. Apa karena aku? Kurasa kami perlu membicarakan hal ini secepatnya.

Sweetest BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang