6. Evelin 'Pagi yang mendebarkan'

219K 10.8K 75
                                    

Evelin point-of-view

Alarm di samping tempat tidurku berdering dengan kerasnya tepat pada pukul 5 pagi. Aku menguap dan merenggangkan tanganku lebar. Tiba-tiba aku sadar hari apa ini, dan jantungku kembali berdegub kencang seperti tadi malam. Bahkan semalam aku nyaris tidak akan bisa tidur bila tidak ada bantuan dari pil tidur. Karena faktanya, hari ini adalah hari pernikahanku.

INI HARI PERNIKAHANKU, OH MY GOD!!!

Aku turun dari ranjang dan berdiri didepan kaca riasku, melihat pantulan diriku yang berantakan karena baru bangun. Aku mengumpulkan semua udara yang bisa aku hirup, untuk menenangkan degupan di dadaku yang membuatnya kesakitan. Seperti ada kupu-kupu menari-nari di dalam perutku, sensasi aneh ini menyiksaku.

Aku sedang berjalan mondar-mandir menenangkan pikiran ketika aku menangkap sesuatu yang asing di kamarku. Kutoleh, dan kusadari itu adalah gaun pernikahan yang terpakai sempurna pada sebuah manekin, tepat di depan lemari bajuku yang baru kuingat utusan butik letakkan disitu tadi malam. Detak jantungku malah semakin menjadi-jadi karena itu. Aku menangkup pipiku sendiri dengan tangan karena kurasakan pipiku memanas saat ini juga.

"Tenang, tenang, rileks Eve, rileks!" Kataku pada diriku sendiri.

Kuhampiri manekin bergaun itu. Ini adalah gaun yang aku pilih ketika fitting gaun pengantin beberapa hari yang lalu. Kusentuh gaun itu dengan jemariku, merasakan tekstur dari kainnya yang lembut. Dan kusadari pita putih yang ada di depan bagian dada pada gaun itu menghilang. Mungkin ini tante Natali lakukan karena saran yang Genta katakan waktu dia melihatku saat fitting gaun pengantin. Aku masih ingat betul saat Genta mengatakan bahwa gaun ini memiliki pita yang terlalu besar saat itu.

Aku mengumpat di dalam hati, karena dengan mengingat Genta juga memberikan efek luar biasa bagi kesehatan jantungku. Demi Tuhan, aku ingin bersembunyi di dalam lubang semut kalau memang bisa, karena aku begitu malu untuk menemuinya di altar nanti. Status kami akan berubah dalam beberapa jam lagi. Dia akan berubah menjadi seseorang yang akan sedekat nadi bersamaku. Dia, akan menjadi suamiku.

Bayanganku tentang sosok Genta terpecah belah ketika seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku menyahut dan berjalan ke arah pintu untuk membuka kuncinya, karena aku adalah tipe orang yang harus mengunci pintu kamar ketika akan tidur, ini lebih karena faktor pengamanan saja.

Ketika aku membuka pintu, aku terkejut karena sosok kak Angelina lah yang ada disana.

"Pagi, calon adik." Katanya bersemangat. Dari tempatku berdiri aku bisa mencium bau shampoo yang dia gunakan, begitu harum dan lembut.

"Pagi, kak." Sahutku padanya, dan memberikan sinyal padanya untuk masuk ke dalam kamarku.

Ketika kak Angel sudah ada di dalam, aku menutup pintunya pelan.

"Kamar yang manis," Katanya memandang sekeliling kamarku. "kamu pasti bakalan kangen deh sama kamar ini." lanjutnya dan berbalik menatapku sendu.

Aku tersenyum miris dan mengangguk.

Mengejutkan ketika kak Angel maju ke arahku dan menggenggam kedua tanganku. "Kamar Genta mungkin nggak semanis kamar ini. Kamar dia itu manly banget. Tapi, kamu bebas ngelakuin apapun sama kamar dia kalau itu bisa bikin kamu betah tinggal di rumah kami." Katanya berusaha menghiburku.

"Kamar bukan masalah, itu hak Genta kan, kak." kataku berusaha menyampaikan pesan bahwa suasana kamar bukanlah masalah utama bagiku.

"Santai aja, anggep aja disana itu rumah kamu sendiri, kayak disini. Kalau Genta nolak biar Kak Angel yang urus." Kata kak Angel masih bersikukuh.

Dan akupun hanya bisa tersenyum dan mengangguk kepadanya. Kak Angel balas tersenyum dengan lembut kepadaku. Aku suka dia kalau boleh berpendapat. Dia selalu bisa membuatku merasa tidak asing ketika berada di sekitarnya. Dia membuatku merasa seperti memiliki seorang kakak yang akan selalu ada untukku.

Sweetest BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang