Evelin Point-of-view
Akhirnya hari ini datang juga. Hari yang sudah dinanti-nantikan. Hari pertandingan turnamen basket itu. Aku senang menyambut datangnya hari ini, karena kak Genta akan segera kembali menemaniku tanpa harus terhalang oleh jadwal latihannya.
Ini hari minggu, dan aku sudah memiliki janji bersama yang lainnya untuk menonton pertandingan itu bersama-sama sore nanti. Pertandingan itu di selenggarakan di kandang lawan, tepatnya di SMA Ganesha.
SMA Ganesha dan sekolahku adalah salah dua dari 5 SMA terbaik provinsi kami, jadi jangan salahkan jika persaingan di antara kami sangat ketat. Yang lain selalu ingin lebih unggul dari yang lainnya di bidang prestasi akademik maupun non-akademik.
Itulah yang membuat pertandingan kali ini sangat di nanti-nanti oleh kedua kubu.Itu merupakan beban berat yang di gendong Genta selaku kapten tim. Aku sebagai istri yang baik tentu saja harus menyemangatinya. Karena itulah pagi tadi, sesudah sarapan aku menelfon pria itu untuk memberinya suntikan semangat.
Akan aku ceritakan beberapa dialog yang masih aku ingat ketika berbincang dengannya tadi.
Flashback on
Itu adalah kali kedua aku menelfonnya, karena telefon pertama tidak dia angkat.
Dering pertama,
Dering kedua,
Sampai kemudian dering ke 7 barulah dia angkat.
Aku langsung saja menyapanya dengan ceria. "Pagi, kak Gen."
"Pagi," suaranya seperti baru bangun tidur. Masih serak. "Siapa ya?" lanjutnya.
Aku melongo tidak percaya. Bagaimana dia bisa tidak mengenali suara istrinya sendiri? Hei, yang benar saja.
"Evelin lahhh, siapa lagi." gumamku cepat."Evelin siapa?"
"Kak Genta!" rengekku kesal. Dia sedang mencoba mengusiliku ternyata. Dasar, menyebalkan. Ini masih pagi kali, kak.
"Siapa itu Genta?" nadanya masih pura-pura bodoh.
"Cowok paling rese sedunia. Udah kenal belum?" kataku sarkasme.
"Hah? Paling ganteng itu? Iya udah kenal."
"Apasih pagi-pagi ngelantur." Serius, nadanya menjengkelkan.
"Suka nggak?" tanyanya tiba-tiba.
"Suka apa? Diusilin? Nggak."
"Suka kak Genta?"
DEG. Seperti ada panah yang menusuk rasanya mendengar itu, tapi rasanya menyenangkan. Pipiku terasa memanas tiba-tiba.
"Nggak suka." aku sengaja berbohong untuk mengimbangi alur candaannya sejak awal tadi. Intinya sih ingin balas membuatnya kesal, hehehe.
"Sama ya." aku bisa mendengar tawa renyahnya di seberang sana.
"Sama apanya?" tanyaku penasaran.
"Kak Genta juga suka kamu."
Lagi-lagi DEG. Aku meleleh kak Gen, cukup!
"Heh kok diem." dia menegurku karena aku tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Bagaimana mau menjawab kalau otak saja rasanya berhenti memikirkan apapun selain pernyataan suka darinya.
"Hem." aku hanya berehem ria menjawabnya entah kenapa.
"Kak Gen rindu. Yang ini kamu juga?"
Iya kak Gen, iyaaa. Eve sangat rinduuuu.
Rasanya aku ingin meneriakkan itu di telinganya."Lah diem lagi." ucapnya pelan seolah berbicara pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Bride
RomanceEvelin hanyalah anak SMA biasa yang harus dihadapkan pada takdir mendadak di hadapannya, Dia harus menikah dengan Genta Airlangga, kakak kelas pujaan satu sekolah, karena perjanjian politik kedua orang tua mereka. Bisakah Evelin dan Genta menyatukan...