30. Evelin 'Detik Perpisahan'

134K 8K 454
                                    

Evelin point-of-view

Aku benci menyadari betapa cepatnya waktu berlalu pergi. Pagi menjadi malam, malam menjadi pagi, terus seperti itu tanpa mengikuti apa yang aku mau.

Waktu membawa perpisahan menjadi semakin dekat. Perpisahanku dengan dia: Genta Airlangga.

Tiba-tiba saja hari ini datang. Graduation untuk kak Genta dan semua siswa kelas dua belas di sekolah kami.

Pagi tadi kak Genta bersama Mama dan Papa sudah pergi ke sekolah untuk menerima surat kelulusannya. Dan nanti malam adalah puncak acara, yaitu Prom Night. Pesta dansa sekaligus pesta perpisahan untuk mereka yang sudah lulus dari SMA ini.

Jika pagi harinya, kami selaku adik-adik kelas tidak boleh datang ke sekolah, alias diliburkan, maka lain halnya dengan malam ini, setiap orang bebas membawa pasangannya masing-masing. Dan tentu saja, aku akan datang bersama kak Genta.

Lihat saja dia di ujung sana, tepat di depan cermin yang berdiri di pojok kamar, sedang kesulitan memasang dasi. Membuatku terkekeh diam-diam melihat kerutan di dahinya itu, pertanda bahwa dia sedang kesal. Dasar, suamiku itu, sepertinya lupa caranya meminta tolong.

Akupun berjalan menghampirinya yang sedang dalam posisi membelakangiku.
"Butuh bantuan?" aku menatap pantulan wajahnya di cermin.

Dia balas menatapku dengan senyum kecil dan lalu berbalik badan ke arahku.
"Butuh kamu." ucapnya.

Aku tercengang namun kemudian tertawa setelah menyadari tatapan jenaka di matanya. Kakiku maju selangkah lebih dekat, sehingga aku tepat berada di hadapannya.

Kudongakkan kepalaku untuk menatap wajahnya. Tinggiku hanya setinggi telinganya saja, dan menurutku ini sudah perfect. Memudahkanku jika ingin bersandar di bahunya.

Ku ulurkan tanganku untuk merapikan dasinya yang tampak kacau pada simpulnya. Padahal asal tahu saja, tadi pagi dia masih bisa memasang dasinya sendiri. Mengherankan bagaimana kak Genta bisa lupa cara mengikat dasi dalam hitungan jam seperti ini.

"Masih lama, santai aja." ucapnya yang hanya aku balas dengan anggukan, karena aku sedang fokus kepada dasinya.

Kenapa memasang dasi bisa sesusah ini? Aku memberengut sebal, dengan tangan masih mengutak-atik simpul dasi kak Genta.

Satu dua kali aku merombaknya lagi, dan tiap kalinya kak Genta selalu terkekeh menyikapinya, membuatku semakin ingin segera berhasil. Sudah sukur kubantu, malah di tertawakan. Kan menyebalkan.

Apa kali ini aku sudah benar?
Aku menatap simpul yang baru saja aku selesaikan. Tapi kenapa tidak berbentuk segitiga? Ini malah hampir seperti persegi. Ya biar saja, anggap saja ini gaya yang khusus aku ciptakan untuk kak Genta.

Aku bersiap untuk mendorongnya agar lebih ke atas. Namun, kenapa ini tersangkut. Mungkin sedikit lebih kuat, pikirku.

Jadi langsung saja kudorong simpul itu lebih kuat, namun malah terlalu kuat.

"ADUH!" kak Genta dengan secepat kilat melonggarkan simpul dasi yang tidak sengaja kubuat mencekik lehernya.

"Ma...Maaf." Aku mundur dengan terkejut.

Sweetest BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang