Evelin point-of-view
Terhitung sudah dua minggu sejak makan malam bersama kedua orang tuaku. Dua minggu juga aku sudah menikah dengan Genta.
Kalau harus aku ceritakan tentang keseharianku bersamanya selama dua minggu ini, maka bisa aku katakan bahwa selama ini, dalam waktu sesingkat ini, adalah hari hari paling berwarna di dalam hidupku. Banyak sekali yang dia lakukan untukku di rumah. Karna di sekolah dia sudah mengerti bahwa aku tidak ingin orang-orang melihat interaksi dan kedekatan kami.
Beberapa contoh hal berwarna yang aku ingat dan benar-benar tertanam di otakku adalah ketika dia selalu membantuku mengerjakan tugasku, namun disisi lain dia juga menyuportku untuk terus mengembangkan kemampuanku yang menurutnya di bawah rata-rata ini. Dengan telaten dia membimbingku dari nol sampai aku bisa mengerti beberapa hal yang sebelumnya tidak aku mengerti. Aku begitu berterimahkasih atas segala perlakuannya kepadaku.
Dan satu hal yang sangat tertanam di dalam hatiku adalah ketika aku menyadari bahwa selama ini dia tidak pernah tidur satu ranjang denganku. Dia selalu menemaniku di ranjang tepat di sampingku sampai aku terlelap. Namun, setelah itu dia akan pindah untuk tidur di sofa.
Bagaimana aku tahu?
Karena aku beberapa kali terbangun di tengah malam dan mendapatinya di atas sofa. Aku ingin mengatakan kepadanya bahwa dia tidak perlu melakukan seperti itu. Bahwa setelah semua yang dia lakukan kepadaku sudah membuatku merasa harus menghormatinya sebagai pasanganku. Namun, aku tidak punya keberanian untuk mengatakan hal itu kepadanya. Ini membunuhku begitu dalam menyadari bagaimana aku terlalu pengecut hanya untuk mengatakan kepadanya bahwa aku tahu kalau dia tertidur di sofa setiap malam, dan aku ingin memintanya untuk tidak melakukan itu lagi. Karena setiap malam, ketika aku sadari dia ada di sofa aku selalu merasa hatiku teremukkan.
Dia berkorban begitu banyak untukku. Banyak hal yang sudah dia berikan kepadaku lebih dari yang kuharapkan. Namun, apa yang aku bisa lakukan untuk dia? tidak ada. Karena itu ketika dia menyuruhku untuk belajar dan mengembangkan kemampuanku aku selalu patuh kepadanya dan berusaha semaksimal mungkin untuk memuaskan harapannya. Aku merasa bahwa inilah satu-satunya cara membuat dia bahagia.
Masih teringat ketika aku sudah menghafalkan perkalian 1 sampai 10 dengan sempurna dan cepat, dia langsung mengacak-ngacak rambutku dengan tawa di bibirnya. Dia berkata bahwa aku memiliki potensi yang bahkan tidak pernah bisa aku temukan sendiri. Dia percaya bahwa aku bisa melakukan lebih dari itu. Bahwa apa yang ada pada diriku saat ini hanya karena rasa malas, dan sekarang dia ada disampingku untuk merubah semua itu. Dia akan berusaha semaksimal mungkin dan sebaik mungkin untuk membuatku menjalani hidup yang lebih baik bersamanya.
Tidak bisa kupungkiri bahwa dalam 2 minggu ini perasaan sekecil tunas yang tumbuh didalam hatiku kepadanya Sudah tumbuh menjadi sebuah pohon muda. memang belum sekokoh pohon beringin yang tak tergoncang oleh angin, namun pohon untuk Genta itu suatu saat akan terus tumbuh menjadi sepeti pohon beringin itu. Aku yakin.
∆∆∆∆∆
Saat ini aku Tengah terduduk di kantin sekolah bersama ketiga sahabatku. Kami sedang menikmati jam kosong dikelas kami karena Guru kami yang harus mengajar sedang ada keperluan ke sekolah lain. Kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini hanya dengan di kelas saja. Jadi disinilah kami sekarang, dengan siomay di hadapan dan es teh di sampingnya.
Kami sudah cukup lama di kantin, namun sejak tadi pikiranku melayang kepada masalahku dengan Genta. Masalah bagaimana dia tidur berbeda tempat denganku. Beberapa hari ini pikiranku tercurahkan untuk mencari solusi terhadap masalah itu.
Bagaimana aku bisa mengatakan kepadanya bahwa dia sudah bisa tidur satu ranjang denganku?
Namun kami tetaplah seorang anak SMA meskipun sudah terikat oleh sebuah ikatan sakral pernikahan. Aku masih wanita yang merasa malu untuk mengatakan hal tersebut kepada seorang lelaki. Aku tahu bahwa Genta tidak akan menertawakanku, tetapi tetap saja itu terlalu memalukan bagaimana kau meminta seorang pria untuk tidur satu ranjang denganmu.Membayangkannya saja aku begitu Malu. Mau ditaruh di mana wajahku jika mengatakan itu kepadanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Bride
RomanceEvelin hanyalah anak SMA biasa yang harus dihadapkan pada takdir mendadak di hadapannya, Dia harus menikah dengan Genta Airlangga, kakak kelas pujaan satu sekolah, karena perjanjian politik kedua orang tua mereka. Bisakah Evelin dan Genta menyatukan...