13

891 153 86
                                    

Author POV

"Wuah, Soonyoung! Tidak kukira kau akan menggantikanku!"

"Aigoo, santai saja!"

"Jihoon-ah, memangnya kau benar-benar bisa lari?"

"Yah, kau tahu. Kakiku pendek jadi mungkin lariku-"

"Tenang! Jihoon pasti bisa berlari dengan cepat!"

"Kau menyindirku Yebin?"

"Terima kasih sudah mau menggantikanku Eunha!"

Eunha tersenyum. "Tentu. Aku akan melakukannya dengan baik."

"Pasti! Kau pasti akan melakukan dengan sangat baik!"

"Sudah kuduga, kau pada akhirnya akan ikut mencalonkan diri," kata Jiho. Eunha tersenyum sebagai balasan.

Wonwoo menghampiri Eunha setelahnya. "Terima kasih. Sekarang, aku semakin menantikan lomba estafetnya. Ini melegakan," katanya, sambil tersenyum di akhir.

Melihat Wonwoo yang tersenyum, Eunha ikut tersenyum manis.

"Ya! Sekarang, aku berpikir kita benar-benar bisa memenangkan lomba ini!" Seru Yebin sambil menyeret Jihoon.

"Kumohon, Yebin. Jangan suka kebiasaan menyeretku."

~

"Sebenarnya, aku senang bisa menjadi seperti ini akhirnya."

"Kita memilih pilihan yang berbeda dari surat tersebut. Tapi, kalau pada akhirnya hal ini akan menyelamatkan Wonwoo, berarti itu adalah pilihan yang tepat!"

Eunha menyimak ucapan Soonyoung di telepon. "Mm-hm. Kupikir kau benar."

"Ah, tidak begitu. Ini berkat kau juga dan yang lainnya- ah, eomma! Kenapa harus masuk sekarang?"

Mendengar itu, Eunha terkekeh. "Yup."

"Sekarang aku yakin, kita bisa melakukan ini."

"Eunha kan? Itu pasti Eunha kan, Soonyoung?!"

"Ah, eomma! Sudahlah, appa diluar menunggu tuh! Duh, maaf ya, ibuku tuh."

"Tidak apa-apa kok." Eunha tertawa lagi. "Omong-omong, aku sekarang akan mencoba untuk berhenti bergantung pada suratnya. Aku akan memikirkan apa yang akan membuat Wonwoo senang, dan melakukan itu untuknya."

"Benar. Sekarang, aku harus tidur. Selamat malam, dan sampai besok, Eunha!"

"Baiklah, selamat malam," balas Eunha sebelum memutuskan sambungan.

Gadis itu menoleh ke arah surat yang terletak diatas mejanya. Dan melihatnya sekali lagi.

"Kalau dipikir-pikir, sepertinya aku selalu membawa surat ini kemana-mana," gumam Eunha. Setelah berpikir kembali, dia memasukkan surat-surat tersebut ke dalam amplopnya, lalu menaruh amplopnya di dalam laci.

Saatnya untuk tidak bergantung pada surat itu.

~

"Hah.. hah. Sudahlah! Ini sudah 5 kali aku mencobanya!" Gerutu Jihoon, sambil menjatuhkan lututnya di atas lantai lapangan indoor.

Yebin menekan stopwatchnya. "Ah, sayang sekali. Hanya berbeda 0,3 detik dari larimu yang sebelumnya."

"Lebih cepat atau lebih lambat?"

"Lebih lambat."

"Lah?!"

"Sebenarnya, dia bisa saja berlari lebih cepat," komen Jiho, dibalas oleh anggukan setuju dari Eunha.

reset | wonwoo, eunha✔Where stories live. Discover now