Tawaran

1.7K 164 2
                                    

Esoknya setelah kejadian itu. Anya terus memikirkan perkataan laki laki jahannam itu. Memang tampangnya, tampang anak baik baik tapi kenyataannya sungguh luar biasa terbalik.

Tak banyak yang kenal dengan laki laki itu. Mungkin dia orang yang menutup diri. Tapi, tak sedikit pula fans darinya. Anya selalu resah dengan fans-fans laki laki itu yang selalu menyindir Anya ketika Anya melewati mereka.

Bukannya Anya takut pada mereka, dia hanya malas untuk membalas perlakuan mereka pada Anya.

Dia sudah muak. Muak dengan semua sikap sikap orang padanya. Banyak yang menemaninya hanya untuk dijadikan tameng agar tidak dihukum guru maupun BK.

Dan hanya satu teman yang sungguh sungguh mau menemaninya. Dia adalah Acha. Sudah 3 tahun dia dan Acha bersama. Bahkan bila Anya tidak hadir 1 hari tanpa kabar saja, Acha pasti pusing dan terus menanyai orang tua Anya.

Pagi hari ini, Anya terus mengingat ingat kata kata laki laki itu. Seakan mantra yang terus mengusik pikirannya, kata kata itu muncul begitu saja di kepala Anya.

"Argghhh!!" Anya memegang kepalanya yang terasa berdenyut itu. Ia menggerutu dengan perkataan laki laki yang ia sendiri pun tak tahu namanya.

Plakk!!

Tanpa Anya sadari, ia membuat semua makhluk dikelasnya hening seketika dengan pukulan keras dimejanya.
Semua mata dikelas itu tertuju pada anya dengan keanehannya.

"Apa? Kalian lihat lihat?!" Bentak anya

"Lo, bener bener gila! Kalau stres ya stres aja sendiri, gak usah geplak geplak meja kali. Kita kan jadi shock. Lo gimana sih? Apa lo udah jadi gak waras?" Kata sherly dengan mata yang menyala nyala.

"Ya udah sih, gue minta maaf sama kalian". Dengan wajah yang kesal anya pergi ke taman belakang sekolah untuk menenangkan dirinya.

Sepanjang jalan ia terus menggerutu teman temannya yang galak.

"Hhh!, cuma ditaman gue rasa gue bisa tenang tanpa beban yang ada sama gue" bukan dialog dengan orang lain, tapi kata kata itu ditujukan untuk dirinya sendiri. Seakan tamparan keras untuk dirinya sendiri.

Bahkan ditaman ini Anya hanya seorang diri. Semua siswa sudah masuk karena bel baru saja berbunyi.

Bukannya malas, Anya hanya ingin menenangkan dirinya sejenak dan pasti dia akan masuk kelas. Karena dia tidak mau di cap sebagai ketos yang tidak bertanggung jawab.

Sampailah Anya di bangku taman sekolah itu. Disenderkannya tubuhnya yang mungil itu ke bangku taman.

Anya jadi teringat lagi, dia teringat dengan keadaann dirinya yang miris. Tentang makian yang sudah jadi makanan sehari harinya. Bukan hanya makian dari laki laki itu yang diterimanya.

Tapi ini, masalah keluarganya. Dia tidak ingin Acha mengetahuinya.

Ditangkupnya kedua telapak tangan kemukanya. Bersamaan dengan menundukkan kepala, Anya mulai menangis. Bukan kali pertama dan kedua dia seperti ini. Hanya saja, tak banyak orang yang tahu kecuali Azam, dan dialah satu satunya orang yang tahu kalau anya memiliki masalah yang besar.

Bahu anya berguncang makin deras, rambutnya yang diikat kini sudah tak karuan. Seluruh telapak tangannya kini sudah sangat basah, dan air mata itu meluncur jatuh ke rumput ditaman itu.

Dan bersamaan dengan tangisan Anya itu. Laki laki itu adalah Arya.

Saat Anya menangis dengan segala masalahnya, Arya justru menambah penderitaan orang.

Dia membully anak- anak cupu sampai banyak diantara mereka yang hanya karena itu mencari sekolah lain dan bebas dari gangguan  orang seperti Arya. Arya memang tak terlalu populer dikalangan siswi, tapi kekejamannya sangat ditakuti kaum adam.

Sangat berbalik keadaannya, dimana seorang gadis menangis dan disaat bersamaan pula seorang pria tertawa dengan seringaian liciknya.

Arya dengan gerombolan teman temannya, sangat senang apabila berhasil membuat orang malu dan menangis mohon maaf pada mereka.

"Ini!" Arya menyerahkan duit Rp.5.000 pada aron yang dikenal cupu itu. " lo, harus bisa belikin gue semua macam coklat disini"

Mendengar penuturan Arya itu, tentusaja aron shock. Teman teman Arya, seakan sudah tau dengan sifat Arya, hanya bisa tertawa menyaksikan kelakuan Arya.Mana mungkin Aron sanggup membayari coklat mahal yang dijual dikantin sekolahnya itu.

"Tapi, saya tidak punya uang kak"

"Bukan urusan gue"

"Tapi.."

"Alah!! Bilang gak mau beli aja susah lo!. lo mau nentang kita?"

"Bu.. bukan mak su- sud "

"Udah lah, gak usah banyak alasan!" Dengan seringaian licik itu lagi dia menatap aron dengan tajam." Sekarang, lo harus cari ketua osis kita yang belagu itu dan bawa dia kesini!! Cepat!". Usir Arya pada aron yang kelihatan sangat ketakutan itu.

Aron terus mencari Anya, dia sudah mencari ke kelas Anya, ke perpus dan laboratorum. Tapi semua hasilnya nihil.

Hingga aron mendengar tangisan anya di taman, sebenarnya aron tak tahu itu Anya tapi, setelah melihatnya lebih dekat lagi, aron jadi yakin. Ternyata kakak kelasnya itu sedang menangis.

"Kak, kakak dipanggil sama kak arya". Panggil aron dengan menepuk pundak anya.

Anya yang terkejut pun memalingkan mukanya kearah aron. Arya? Siapa itu?

"A- Arya? Si siapa dia?" Tanya anya dengan sesenggukan.

"Loh! Kakak gak kenal kak Arya?. Tapi gak apa apa juga sih kak. Yang penting kakak disuruh kesana sama kakak itu. Kalau nggak nanti saya yang kena bully lagi. Kakak mau bantu saya kan?". Dengan wajah yang memelas aron meminta bantuan pada anya. Aron bukan jenis laki laki macho, bahkan dia bisa dibilang 50% perempuan. Makanya dia sangat ketakutan pada Arya.

"Oh, baiklah. Dimana dia sekarang?" Tanya anya sambil mendengus.
Dia lagi, tak ada habisnya. Kali ini mau apa lagi?

"Terimakasih ya kak!" Jawab aron dengan lebay. Bahkan dia mencium tangan anya. Dan anya pun hanya tersenyum melihat ketakutan aron itu.

Jujur saja, sebenarnya anya sekarang sangatlah takut. Telapak tangannya pun terasa dingin. Tapi, tentusaja dia tidak akan memasang muka ketakutan sepsrti aron untuk melawan laki laki jahannam itu. Tentu anya berani.

Aron dan anya segera pergi ketempat Arya. Hingga tak jauh dari tempat Arya, Anya mempercepat langkahnya.

Bahkan setelah sampai,Anya langsung membentak Arya.

"Gak usah sok pahlawan disini! atas hak apa kamu bisa membully banyak orang hingga keluar dari sekolah ini?! Saya pikir kamu memang tidak diajari sopan santun oleh orang tuamu. Kalau kau mau mencari lawan, dia bukan lawanmu" maki anya pada arya dan menunjuk aron yang terus menunduk disana. Anya yang terbawa emosi, menekan kan kata "orang tuamu" pada Arya. Dan di gantungkannya kalimat itu, untuk melanjutkan kata kata perlawanan pada laki laki itu.

"TAPI, akulah lawan yang tepat". Dan entah pemikiran dari mana, anya mengibarkan bendera perangnya pada Arya.

Mendengar penuturan gadis itu, amarah arya seakan memuncak. Dan dengan lancangnya, Anya membawa bawa keluarga Arya yang semakin membuatnya ditutupi amarah.

"Diam lo!!" Tunjuk arya kedepan wajah anya. Dan tak menduga bahwa reaksi yang ditunjukkan laki laki ini , Anya sangat terkejut dan menegang pada saat jari telunjuk arya berada tepat didepan wajahnya.
Perlahan Anya mundur ke arah tembok kantin itu.
Nyalinya jadi menciut melihat kemarahan arya.

"Jangan pernah bawa keluarga gue!. Dan kalau lo memang lawan yang pas buat gue, kita akan lihat sampai mana kekuatan lo ngelawan gue. Bukannya gue udah bilang sama lo, untuk perang dengan halus? Tapi mungkin lo lupa sama apa yang gue bilang kemarin. Dan dengan tak tahu malunya lo datang dan mulai perang dengan kekerasan. Dengan senang hati nona yang terhormat". Arya membungkukkan badannya seperti menerima sanjungan dari putri putri kerajaan tapi lain halnya dengan yang dia lakukan. Dia merasa tersanjung karena Anya telah memulai perang dengannya dan dengan senang hati pula dia menyambutnya.

Dan yang Arya pikirkan sekarang adalah TAWARAN yang baik untuk dicoba. Tak ada salahnya mencoba coba. Bahkan, lawannya kali ini tidaklah lawan yang mudah.

Permainan ini akan sangat menyenangkan, pikirnya







Anya dan AryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang