Setelah sepulang sekolah, Arya, hari ini sudah berjanji akan membawa Anya pergi ke taman kota.
Anya yang sudah lama menunggu Arya bersiap siap, menjadi jengkel, karena Arya sudah sangat lama bersiap siap. Sudah setengah jam Anya menunggu Arya, tapi sampai sekarang dia tak kunjung datang.
Anya yang tepat berada dibawah tangga, berteriak sekencang mungkin.
"Ar, masih lama gak? Kalau masih lama, kita gak usah pergi aja ya Ar"
"Tunggu sebentar Nya"
"5 menit kamu gak turun, kita gak jadi pergi" Ancam Anya yang sudah sangat kesal itu
"Gak sampai 5 menit kok Nya".
Kata Arya yang kini sudah sampai di depan Anya. Dilihat Anya dengan wajah kesalnya yang sangat khas dan lucu."Yaudah yuk, kita pergi" kata Anya yang sangat bersemangat itu.
"Yuk" jawab Arya yang langsung menggenggam tangan Anya yang lembut.
"Gak usah gugup lagi Nya, nanti kita bakal sering kayak gini kok" kata Arya yang seakan tahu, kalau Anya benar benar gugup sekarang. Saat Arya menggenggam tangan Anya pun, wajah Anya kontan memerah seketika.
"Ih, apaan deh Ar. Siapa yang gugup coba?"
"Trus kalau gak gugup, yang merah merah di wajah kamu itu apa namanya?"
"Hah?! Merah merah?. Pipi aku kenapa?"
"Pura pura gak tahu lagi"
"Ih, serius nih Ar. Pipi aku kenapa?"
"Pipi kamu ada merah merahnya karena pegangan tangan sama aku"
"Eh? Gak kok" balas Anya yang membuat pipinya semakin merah saja.
Perjalanan mereka diisi dengan kata kata manis dari Arya, yang sesekali menggombali Anya. Anya hanya bisa menekan jantungnya yang memompa lebih cepat dari biasanya, karena perlakua Arya itu.
Setiap bersama Anya, Arya lupa pada Acha. Arya lupa dengan rasa yang dimilikinya untuk Acha. Arya lupa.
Dan ketika Arya bertemu Acha, rasa itu tak lagi mengganggunya. Tak ada rasa ingin memiliki untuk Acha, tak ada debaran yang terlalu pada Acha. Dan, tak ada satupun pikiran yang menyangkut Acha.
Kini, semua pikiran Arya tertuju pada seseorang. Yaitu, Anya. Hanya Anya, tak ada yang lain.
Dan, beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di taman kota.
"Sejuk, Ar. Pingin deh, ngelihat suasana taman ini. Kalau di Taman, serasa gue gak punya beban. Rasanya, damaiii banget"
"Kalau lo suka sama Taman, gue malah suka lihat, lo senyum di bangku Taman. Rasanya, damai banget. Apalagi, duduk berdua sama gue. Rasanya, indah banget Nya"
"Ar, gue pengen lihat Taman lagi. Kapan gue bisa lihat taman lagi, Ar?. Serasa udah lama banget ya gue jadi buta. Bahkan, baru seminggu, udah terasa lama banget"
"Gak sampe 1 tahun kok Nya. Jadi sabar aja dulu, kalau lo pingin lihat Taman. Lo harus optimis aja, dan itu kunci utamanya.
"Hmmmmmm"
Jawab Anya yang kini sudah memejamkan matanya, meresapi udara segar di taman ini. Angin yang cukup kencang, melambai lambaikan rambutnya yang hitam legam itu.Semilir Angin itu, membuat wajah Anya terlihat jelas dimata Arya.
Dilihatnya, wajah Anya yang sangat ringan tanpa beban di raut wajahnya. Dan bangku yang sama, juga mengingatkan Arya pada kejadian yang sama.
Taman ini, adalah juga taman yang sama ketika dia menawarkan kesepakatan konyolnya pada Anya.
Taman ini juga, taman dimana Arya menyaksikan drama sepasang kekasih yang membuat hatinya hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anya dan Arya
Teen Fiction"Karena kopi diciptakan bagi pemiliknya yang menahan rindu disetiap malamnya" -Anya "Kita tidak salah dan kita tidak benar menurut kita. Tapi, kita dapat benar menurut mereka walau kita salah dalam persepsi kita" -Arya "Aku sudah jatuh. Dan sudah be...