Sesampainya di rumah sakit. Anya segera dibawa keruang ICU.
Arya yang frustasi tak bisa masuk, mendudukkan badannya di lantai rumah sakit itu. Badannya bersender di dinding yang dingin itu.
Badannya menggigil kedinginan. Sebab sedari tadi dia menerobos hujan yang turun.
Bibirnya pucat dan tangan Arya kini sudah keriput.
Dia sendiri pun bingung. Seakan ada yang mendorong hatinya untuk menolong Anya walaupun Anya adalah Rival Arya.
Melihat kondisi Arya ini, seorang perawat menghampirinya segera.
"Maaf dek, didekat sini ada toko baju. Adek ganti baju aja dulu baru kesini lagi nunggui pacarnya"
"Makasih bu. Tapi dia bukan pacar saya" jawab Arya seraya tersenyum lembut pada perawat yang umurnya kira kira seperti umur ibu Arya.
perawat itu pun membalas senyum Arya dan pergi membawa beberapa obat di genggamannya.
Arya yang sudah merasa kedinginannya memuncak itu, mau tak mau membeli baju untuk mengganti bajunya yang sudah kuyup itu.
Dia pergi ke toko yang diberitahu perawat itu. Dan mengganti bajunya di kamar mandi rumah sakit dimana Anya dirawat.
Tak sampai 15 menit, Arya sudah rapi dengan baju barunya itu. Wajahnya pun kelihatan lebih segar dibandingkan tadi.
Arya kembali kedepan ruangan Anya, dimana ruangan itu akan menentukan , antara hidup dan mati Anya.
30 menit berlalu, pintu ruangan masih sama saja keadaanya
Hingga 45 menit berlalu pun masih saja sama keadaan ruangan itu.
jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Sampai sekarang, tak ada satupun keluarga Anya yang tahu. Sahabatnya pun tidak tahu akan hal ini.
Arya bingung, sangat bingung sekali.
Dia akan memberitahu siapa? Dia tidak memiliki kontak semua orang terdekat Anya. Bahkan, sepasang kekasih yang baru tadi, nomornya tidak aktif. Mungkin mereka tengah bermanja manja disaat kekritisan Anya.
"Arghhh!!" Arya menggeram dengan semua pikiran yang terlintas dibenaknya. Dia sungguh sangat bingung.
Semua mata yang ada disana, sontak langsung menuju dirinya. Mereka heran melihat anak SMA yang berkeliaran dirumah sakit hampir 1 jam itu.
Arya yang seakan tak perduli dengan keadaan sekitar dan dia hanya bisa menatap pintu yang tak kunjung terbuka
Dia merasa sangat bersalah pada Anya. Kalau dia tidak membuat kesepakatan konyol itu, pasti Anya tidak akan berada di ruangan yang menakutkan itu. Pasti Anya akan bersenang senang dengan buku dan materi pelajaran kesukaannya.
Pasti Anya bisa bermain lagi dengan sahabatnya. Pasti Anya bahagia tanpa ada orang yang mengganggunya saat saat terakhir di SMA.
Pasti.
Itu pasti.
Tapi....
Kenyataannya...
Anya sakit.
Anya sakit karena ada pengusik di hidupnya. Anya menderita karena Arya. Anya selalu murung dan kesal itu semua karena Arya. Arya lah penyebab semua ini.Itulah yang dipikirkan Arya sejak tadi.
Lintu ruangan itu lun akhirnya terbuka. Tampaklah dokter dan beberapa asistennya.
Arya pun, langsung menghampiri dokter itu seraya bertanya.
"Dok, bagaimana keadaan pasien itu? Apa dia masih hidup? Apa yang terjadi padanya? Dia tidak apa apa kan dok?" Tanya Arya bertubi tubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anya dan Arya
Teen Fiction"Karena kopi diciptakan bagi pemiliknya yang menahan rindu disetiap malamnya" -Anya "Kita tidak salah dan kita tidak benar menurut kita. Tapi, kita dapat benar menurut mereka walau kita salah dalam persepsi kita" -Arya "Aku sudah jatuh. Dan sudah be...