"Kenapa Ar? Kenapa lo terus terusan giniin gue? Lo pergi gitu aja sementara gue disini kebingungan dengan semuanya. Kenapa Ar?. Gue memang berharap lebih sama lo. Apa itu salah? Apa gue seharusnya memang pergi dari lo? Apa sikap lo itu, memang menunjukkan kalau lo udah puas sama gue? Apa lo memang mau gue pergi dari lo? Apa memang lo hanya pura pura sama gue? Apa omongan lo saat nembak gue cuman bullshit?
Jawab Ar!!"
Teriak Anya dengan sekuat kuatnya lada Arya yang berlalu pergi dari hadapannya.Dan itu semua membuat Arya terdiam terpaku di tempat dia menginjakkan kakinya sekarang
"Gue udah cukup puas main main sama lo. Dan hari ini, gue mohon sama lo kita berhenti disini" Arya pun berangsur pergi dengan gaya khasnya, kedua tangan yang berada di saku celananya.
"Sshhh. Ternyata apa yang dibilang orang sama lo itu gak cuman bullshit ya. Padahal selama ini, gue mati matian nolak semua pendapat orang tentang lo karena gue yakin lo gak seburuk itu. Tapi nyatanya?!. Lo memang BRENGSEK!!"
Teriak Anya yang sangat lantang itu untuk Arya. Namun, dengan gaya angkuhnya, Arya sama sekali tak menggubris perkataan Anya dan tetap saja berjalan menjauhi taman itu.
Dada Anya bergemuruh hebat. Matanya tak henti henti mengeluaran titahnya. Sudah terlalu banyak air mata untuk seorang sosok Arya.
----------------------------------"Pagi ma"
"Pagi Nya. Tumben banget kamu seceria ini. Biasanya murung terus kamu, memangnya ada apa?"
"Gak ada apa apa kok ma. Anya lagi seneng aja"
"Tumben kamu seneng. Biasanya murung terus"
"Ish. Mama ini suka banget deh aneh aneh. Giliran aku seneng, mama heran. Giliran aku murung, aku dibilang kesurupan"
"Iya deh iya. Tapi, kamu nanti gak ada jam pelajaran tambahan, kan?"
"Gak kok mah. Memangnya mama mau ngapain?"
"Ada deh. Yang penting kamu harus udah dirumah pukul 3. Mama gak nerima penolakan loh Nya"
"hmmmm"
"Yaudah cepet habisi sarapan kamu, nanti kamu terlambat lagi"
"Hmmmm"
Dipintu gerbang sekolah yang cukup besar itu, Anya terus menatapnya dengan pandangan sedih, namun setelahnya ia tersenyum sangat lebar hingga matanya berubah menjadi sipit.
"Gue sedih, dan itu dulu. Sekarang, gue gak boleh sedih lagi" ucapnya pada dirinya sendiri.
"Fighting!!!" Ucapnya dengan lantang.
Orang orang yang memasuki sekolah melewati gerbang itu menatap Anya aneh. Anya seperti orang gila yang sedang berbicara sendiri.
Kemudian, Anya megeratkan genggamannya pada pegangan ransel yang dibawanya dan mengelus elus dadanya untuk tidak memikirkan Arya lagi.
"Kita harus berusaha melupakan dia" kata Anya sambil mengetuk ngetuk dadanya.
Baru beberapa langkah Anya memasuki gerbang sekolah, dia kembali dihadapkan dengan Arya.
Arya yang dilihatnya kini tengah menancapkan rokok dibibirnya dan dengan senyuman mengerikan, Arya membuang asap rokoknya melalui bibir ranumnya itu.
"Baru juga niat melupakan, kenapa harus dihadapkan?"
Ketus Anya dalam hatinya yang paling dalam.Namun, tanpa disadari, Anya masih saja memperhatikan tingkah laku Arya yang menurutnya aneh itu. Saat Anya mencoba melihat Arya lebih detail lagi, pandangan Arya menangkap sesosok wanita yang tengah memperhatikannya, yaitu Anya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anya dan Arya
Teen Fiction"Karena kopi diciptakan bagi pemiliknya yang menahan rindu disetiap malamnya" -Anya "Kita tidak salah dan kita tidak benar menurut kita. Tapi, kita dapat benar menurut mereka walau kita salah dalam persepsi kita" -Arya "Aku sudah jatuh. Dan sudah be...