Salsabila.
Seorang gadis berumur 16 tahun yang masih menduduki kelas 1 SMA.
Sosoknya begitu anggun dan murah senyum. Ia bersekolah di SMA Diamond dan sudah 4 bulan sejak masuknya ia disana.
Pagi hari yang cerah, Salsa berjalan di koridor kelas. Sekolah masih sangat sepi, namun ia tak pernah menyesal datang sepagi ini. Karena baginya, ia jadi bisa lebih lama menikmati kesendiriannya di sekolah. Salsa benci telat. Ia tak suka menunggu. Dan ia orang yang sangat disiplin terhadap waktu. Ia masih berjalan dengan tenang, namun dari arah belakang Salsa terdengar suara langkah kaki orang yang sedang berlari dan akhirnya tampaklah sosok si pembuat suara. Seorang cowok sedang berlari tanpa melirik Salsa sedikitpun hingga ia sudah mendahului Salsa. Salsa hanya dapat memandangi punggung cowok itu.Bukannya itu...dia? Batin Salsa.
.
.
.Farell masih terus berlari tanpa kenal lelah. Ia ingin segera sampai dikelasnya karena ia meninggalkan ponselnya semalaman di kelas. Akhirnya ia pun sampai di kelas dengan ngos-ngosan. Segera ia melangkahkan kaki menuju bangkunya yang terletak di baris kedua dan di urutan ketiga. Ia memeriksa dibawah kolong meja dan akhirnya ia pun lega setelah menemukan ponselnya masih utuh disana. Reflek Farell langsung terduduk di bangkunya dan mulai mengutak-ngatik ponselnya.
"Duhh nyusahin aja nih... Sampai harus ke sekolah pagi gini.." omel Farell yang ditujukan untuk ponselnya. Tapi Farell tiba-tiba teringat bahwa tadi ia berpapasan dengan seorang gadis di koridor. Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Farell melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.05 WIB.
Yakali ada hantu pagi gini... Batin Farell menenangkan diri.
30 menit telah berlalu, beberapa murid mulai berdatangan. Farell sedari tadi hanya duduk sambil memainkan ponselnya.
"Hoy... Tumben datang awal?" ucap seseorang sambil menepuk bahu Farell. Farell pun menoleh.
"Ini nih, ponselku ketinggalan" ucap Farell sambil tersenyum kecil. Seseorang itu adalah Tarra, teman dekat Farell.
"Ya ampun... Ceroboh banget sih... Gimana kalo diambil orang,kan rugi besar" ucap Tarra.
"Hmm... Iya bro.. Tapi ini kan udah ketemu, jadi berhenti deh ngocehnya" ucap Farell. Tarra pun berhenti berbicara dan duduk di samping Farell.
.
.
.
Salsa duduk di tepi kelas,tepat di sebelah jendela yang dimana bisa melihat kearah jalanan yang ramai oleh kendaraan yang berlalu-lalang. Salsa termenung dengan wajah yang menghadap ke jendela. Masih basah diingatannya tentang cowok yang memberinya sebuah payung kemarin.Apa dia masih ingat sama payungnya ya? Batinnya.
Tak terasa bel mulai pelajaran pun berbunyi, menyadarkan Salsa dari lamunannya dan kembali ke alam nyata.
"Melamun aja daritadi?" ucap Franda, teman sebangku Salsa yang sebenarnya sudah sedari tadi berada di sampingnya.
"Aku mau nanya deh... Kamu tau ngga nama cowok yang punya tatapan teduh, dia agak tinggi, kulitnya putih agak coklat dikit..?" tanya Salsa. Franda terdiam sesaat.
"Cowok yang kamu sebutin itu sih kayaknya banyak deh di sekolah ini... Ada apa emangnya?" tanya Franda.
"Yah.. Ditanya malah nanya balik. Ngga, aku mau ngembaliin payungnya".
"Payung? Jarang banget deh cowok bawa-bawa payung" ucap Franda sedikit tertawa.
"Ihh... Beneran tau, dia itu ya..tiba-tiba aja disamping aku lalu nanyain aku 'nunggu ujan?' dan aku bilang iya... Lalu dia ngasi payungnya deh" jelas Salsa dengan antusias.
"Jadi gimana? Mau cari tau?" tanya Franda.
"Nanti pas istirahat temenin aku nyari ya".
...
Bel istirahat berbunyi, Salsa dan Franda sudah berada di kantin sekitar 10 menit sebelumnya. Dua porsi nasi goreng dan es jeruk hanya diangguri saja oleh mereka.
"Dingin nih lama-lama nasinya" celetuk Franda yang ternyata sedari tadi sudah tidak sabar menyantapnya.
"Yaudah deh makan aja gih duluan... Aku nunggu dia lewat pokoknya" ucap Salsa. Franda pun tersenyum dan langsung menyantap nasi gorengnya.
Tak butuh waktu lama, sosok yang Salsa tunggu-tunggu pun lewat, cowok yang memberinya sebuah payung. Cowok itu tidak sendirian, ia bersama temannya.
"Kak Farell!".
Tampak seorang gadis yang tak asing bagi Salsa mengejar kedua cowok itu. Salah satu cowok itu pun menoleh kearah suara yang memanggil namanya. Dan Salsa pun akhirnya mengetahui, cowok itu bernama Farell."Tuh, dia orangnya" ucap Salsa menunjuk Farell dengan dagunya.
Franda pun menoleh."Siapa? Kak Tarra?" tanya Franda.
"Bukan, namanya Farell".
"Hmm.. Boleh juga sih... Lumayanlah..." ucap Franda kembali menyantap nasi gorengnya.
"Tapi kamu liat deh, kayaknya si Wirda kenal sama dia... Tuh buktinya dia nyamperin kak Farell dan temannya" ucap Salsa layaknya detektif.
Salsa masih memandangi sosok Farell yang sedang berbicara dengan Wirda, teman seangkatannya.
.
.
"Jadi gini kak, Wirda mau nanya soal
Pendaftaran anggota OSIS periode baru, kapan ya?" tanya Wirda dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya. Farell terdiam sesaat, lalu tersenyum manis"Wirda mau daftar ya? Masih belum di tentukan ya... Nanti kakak kasi tau lagi kalau udah ditentuin". Ucap Farell ramah. Wajah Wirda memerah.
"Makasih ya kak.. Mmm.. Yaudah, Wirda permisi dulu" Wirda pun pergi meninggalkan Farell. Farell pun melanjutkan langkahnya menuju tempat memesan makanan di kantin. Tarra juga mengikutinya.
"Gilaa, ketua Osis kita ini" canda Tarra. Farell hanya menggeleng kepala.
"Gak nyangka aja, bisa kepilih jadi ketua osis" ucap Farell.
"Cielahh, tu adek kelas lumayan juga tuh rel..."
"Apaan sih.."
-
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMOST
Teen FictionSaling mencinta, namun tak saling menyadari... Saling menatap, namun tak benar-benar tau artinya.. Saling mendamba, namun tak pernah rindu tersampaikan... Saling Berbicara, namun tak pernah bibir mengatakan cinta...