Almost - 3

142 9 1
                                    

14.30 WIB, Di SMAN Diamond.

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Salsa masih sibuk mengerjakan tugas yang wajib dikumpulkan hari ini juga.

"Udah deh Sal... Kumpulin besok aja, lagian ini udah pulang sekolah" ucap Franda santai. Namun, Salsabila bukanlah seorang gadis yang mudah mengikuti apa saja yang diajak oleh orang lain.

"Aku ngga kayak kamu Fran" ucap Salsa masih memegang bolpoin.

"Susah juga punya temen kerajinan" ledek Franda.

"Yaudah... Aku pulang duluan aja ya" sambungnya lagi. Salsa mengangguk. Franda pun berjalan meninggalkan Salsa. Perlahan-lahan, kelas pun mulai sepi dan akhirnya tinggal Salsa seorang diri.
Sudah 15 menit yang ia lewati untuk menyelesaikan tugas itu.

"Hufft... Tinggal kumpulin" ucap Salsa menghembuskan nafas. Salsa pun mengemasi buku-buku lalu memasukkannya ke dalam tas, kecuali buku tugas.
Setelah rapi, ia merangkul tas ranselnya lalu berjalan keluar kelas dan menyusuri koridor menuju kantor guru.
Sesampainya disana, langkah Salsa terhenti di palang pintu kantor guru. Ia memandangi sosok seorang cowok yaitu Farell. Tampak Farell sedang berbicara kepada bu Dina, guru biologi. Bu Dina adalah guru yang memberi tugas yang tadi Salsa kerjakan. Dengan langkah ragu, Salsa berjalan mendekati mereka. Saat Salsa hanya berjarak setengah meter dari Farell, barulah bu Dina dan Farell menyadari keberadaan Salsa.
Farell menoleh sebentar ke Salsa, lalu kembali menatap bu Dina.

"Iya Farell.. Pokoknya besok kamu sudah harus mengumpulkan tugasnya untuk remedial". Itulah yang hanya bisa Salsa dengar.

"Permisi bu" Salsa membuka mulut. Pandangan bu Dina dan Farell pun kembali menatapnya penuh tanya.

"Iya, ada apa nak?" tanya bu Dina ramah.

"Saya mau ngumpulin tugas" ucap Salsa sedikit canggung.

"Cuma kamu sendiri? Mana yang lain? Ibu tidak mau menerimanya kalau hanya satu murid saja yang mengumpulkan" omel bu Dina. Salsa tertunduk. Bukan karena ia takut terhadap omelan dari beliau, melainkan ia malu di omel tepat di depan seorang kakak kelasnya.

"Bu... Terima aja tugasnya dia... Mungkin hanya dia murid yang rajin dikelasnya" bela Farell. Salsa terkejut lalu menatap Farell seketika.

"Kamu ini ya Farell... Bisa-bisanya merintah ibu... Kamu ingat-ingat juga loh, kalau kamu malas ngerjain tugas dari ibu" ucap bu Dina.

Kasian Farell, niatnya membela namun ia juga kena. Begitulah kira-kira isi hati Salsa.

"Yasudah bu... Saya pamit aja" ucap Salsa sedikit kecewa. Ia juga tak tega melihat Farell ikut-ikutan diomeli bu Dina.

"Hmm baiklah, siniin tugas kamu" ucap bu Dina. Salsa pun memberikannya.

"Silahkan,kalian boleh kembali" perintah bu Dina. Serentak Salsa dan Farell berjalan bersamaan. Lengan mereka bersentuhan. Sepersekian detik mereka saling bertatapan karena refleks.

"Maaf" ucap Salsa pelan. Farell hanya mengangguk biasa lalu pergi mendahului Salsa. Mereka pun kini berada di selasar. Salsa penasaran apakah Farell masih mengingatnya atau tidak.

"Permisi kak" ucap Salsa memberanikan memanggil Farell yang sudah berjalan 5 meter di depannya. Langkah Farell terhenti, lalu ia menoleh ke belakang dengan tatapan bingung.

"Saya?" tanya Farell sambil menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Salsa memanggil dirinya. Salsa mengangguk lalu berjalan menghampiri Farell. Kini mereka berdiri berhadapan.

"Saya mau nanya, kak" ucap Salsa canggung.

"Ohh.. Masalah Osis ya? Hmm pendaftarannya belum ditentuin berapa tanggalnya... Nanti kakak kasi tau lagi ke... Siapa nama kamu?" ucap Farell.

"Salsa" jawab Salsa agak kecewa karena Farell tidak mengingatnya.

"Yaa... Nanti kakak kasi tau lagi ke Salsa ya" ucap Farell ramah. Senyumnya pun meneduhkan.

"Sebenarnya... Bukan masalah itu kak" ucap Salsa ragu. Farell kembali menatap Salsa dengan tatapan 'bertanya'.

"Memangnya apa?" tanya Farell.

"Kakak... Masih ingat saya?" tanya Salsa. Jantung Salsa berdegup kencang. Ia baru menyadari bahwa pertanyaannya memang terdengar aneh. Ada rasa menyesal dihati Salsa karena telah menanyakannya.

"Hmm..." Farell meneliti wajah Salsa. Ia berusaha mengingat sesuatu.

"Maaf, Kakak sepertinya tidak pernah bertemu sama Salsa sebelumnya" ucap Farell dengan wajah tidak enak.

"Oh... Yasudah kak... Maaf nanya yang aneh-aneh" ucap Salsa kecewa.

"Maaf ya" ucap Farell tersenyum manis. Salsa membalas senyumannya dengan senyuman kecut. Salsa berpikir bahwa, Bagaimana mungkin seorang ketua Osis yang dikenal banyak orang bisa mengingat dirinya yang bahkan bukan siapa-siapa. Salsa pun pergi begitu saja tanpa pamit kepada Farell.

Ngga usah pamit deh, malu-maluin banget sih kamu Sal... Batin Salsa. Farell hanya terdiam melihat Salsa yang main pergi saja tanpa memberitahu.

Sebegitu mirisnya aku sampai ditinggalin gitu aja... Batin Farell.

Setelah berada diparkiran, dengan segera Salsa menaiki motor matic-nya yang berwarna biru. Ia sangat tergesa karena ia tak dapat menahan malu apabila bertemu dengan Farell lagi.

Di perjalan menuju rumahnya, Salsa memikirkan sesuatu.

Padahal baru aja beberapa hari... Masa udah lupa sih... Apa itu berarti, dia ngga butuh payungnya lagi? Ahh.. Yasudahlah, bodoamat! Siapa suruh lupa... Batin Salsa kesal.

Untuk beberapa saat, Salsa berpikir untuk berhenti memikirkan soal payung dan ia akan mengembalikannya jika Farell mengingat dan memintanya sendiri kepada Salsa.

Capek-capek aku mikirin payungnya... Tapi si yang punya malah lupa... Hmm... Batin Salsa.

Salsa pun sampai dirumahnya. Ia langsung memasuki kamarnya setelah tau bahwa rumahnya sedang kosong. Salsa langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur saking letihnya. Ia menatap langit-langit kamar dan entah kenapa ia terbayang akan senyuman Farell yang manis, juga tatapannya yang teduh.

"Apa ini Sal? Kok kamu malah ngingat mukanya?!" ucap Salsa berusaha tidak ingin mengakui bahwa ia sedang memikirkan Farell. Tapi untuk yang kedua kalinya, ia yakin bahwa ia mengingat wajah Farell bukan karena hal lain. Pasti itu hanya karena Salsa terlalu memikirkan bagaimana ia akan mengembalikan payung milik Farell. Begitulah isi hati Salsa.
-
Tetapi, sebenarnya bukan itu alasan mengapa Salsa membayangkan wajah Farell. Salsa sebenarnya paling tau apa alasannya yang tepat. Namun, Salsa hanya tidak ingin mengakui perasaan itu. Salsa berusaha keras untuk menutupi perasaannya dengan alasan lain dan hati kecil Salsa berkata "Ia jatuh cinta dengan senyuman Farell yang menawan".

-

Bersambung...

ALMOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang