Azka melaju dengan kecepatan tinggi. Ia sangat khawatir kepada Salsa. Ia tidak habis pikir, kenapa Farell begitu tidak bertanggung jawab atas Salsa.
Kalau tau kayak gini... Ngga bakal deh aku rela Salsa pergi sama Farell. Batin Azka kesal.
Dikejauhan, tampak seorang gadis sedang duduk sendirian.
Azka memarkirkan motornya tak jauh dari Salsa dan segera menghampiri Salsa.
Azka menghembuskan nafas lega, namun ia sedikit sedih melihat Salsa yang ternyata sedang menangis itu.
Salsa tak menyadari keberadaannya.Azka menjulurkan tangannya kearah Salsa.
"Salsa" ucapnya pelan.
"Jangan menangis lagi, sekarang kamu ngga sendirian".
Salsa mendongakkan kepalanya. Ia menatap mata Azka yang tampak tulus.
Untuk pertama kali, tatapan Azka teduh."Azka...hh..hiks" Salsa terisak. Ia menangis sejadi-jadinya. Akhirnya ada yang datang menjemputnya.
"Ayo.. Jangan nangis.." ucap Azka menenangkan Salsa.
"Aku pikir aku bakal disini sampai besok.." Suara Salsa berubah serak.
"Aku... Mana mungkin membiarkan itu terjadi" ucap Azka. Salsa pun meraih tangan Azka dan Azka membantu Salsa berdiri.
"Darimana kamu tau aku disini?" tanya Salsa.
"Kamu ngga perlu tau itu... Walaupun kamu hanya pacar pura-pura... Tapi entah mengapa kekhawatiran ku ini sama halnya kepada pacar sungguhan.." ucap Azka menyentuh kepala Salsa dan berhasil membuat Salsa terkejut walau sedikit.
"Makasih Azka.. Sungguh, terimakasih" ucap Salsa.
Dikejauhan, Farell melihat kejadian itu. Nafasnya masih ngos-ngosan karena tadi ia berlari. Tak lama Fano juga muncul dan berdiri di samping Farell.
"Aku.. Terlambat" ucap Farell dengan penuh rasa sesal. Farell tadi melihat Salsa terisak dan itu cukup membuat hatinya terasa sakit.
Dan... Sekarang aku berubah menjadi pengecut yang membuat gadis yang dicintainya menangis... Ada apa denganmu Farell?!. Batin Farell.
"Kenapa kamu seperti ini Rell? Kamu masih waras kan? Dia itu cewek Rell! Aku tau kamu khawatir sama Wirda.. Tapi, bisa-bisanya kamu ninggalin dia begitu lama? Disini sepi Rell.. Kamu ngga mikir hah kalau dia bisa kenapa-napa?!" bentak Fano kepada Farell. Ucapan Fano benar-benar tepat mengenai hatinya.
"Kamu benar Fan.. Aku emang cowok ngga bertanggung jawab.. Aku... Pengecut bodoh" ucap Farell dingin.
"Hufftt.. Untunglah sekarang dia ngga kenapa-napa.. Kamu bahkan tadi tenang-tenang aja dirumah Wirda.. Aku ngga habis pikir..".
"Iya.. Cowok mana yang ngga sama sekali khawatir disaat cewek yang dicintainya dalam bahaya kan? Dan cowok itu adalah aku" ucap Farell.
"Benar Rell.. Kamu cowok seperti itu! ... Eh? Apa tadi?" ucap Fano yang baru menyadari maksud perkataan Farell.
"Lupakan. Kalau kamu tau maksudku tadi.. Jangan beritahu ke siapapun" ucap Farell langsung pergi meninggalkan Fano yang masih bingung sendiri.
.
.
.
Farell berjalan dijalanan gelap dan sepi seorang diri. Ia masih terjebak oleh rasa penyesalannya. Dadanya sesak. Tak sedikitpun senyum terukir di wajahnya.
Ia meletakkan motornya agak jauh dari lokasi Salsa berada.Kenapa bisa-bisanya kamu lupa sih Rell sama Salsa?! Sumpah... Kalau terjadi sesuatu dengan dia... Kamu ngga bakal bisa maafin diri kamu sendiri! Bodoh!. Batin Farell.
Ia ingin berkata maaf kepada Salsa. Namun, ia tak memiliki keberanian. Melihat Salsa menangis seperti tadi saja cukup membuatnya sesak.
Sekarang ada Azka, pasti Salsa bisa lebih tenang sekarang.. Batin Farell sedikit lega, ya.. sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMOST
Teen FictionSaling mencinta, namun tak saling menyadari... Saling menatap, namun tak benar-benar tau artinya.. Saling mendamba, namun tak pernah rindu tersampaikan... Saling Berbicara, namun tak pernah bibir mengatakan cinta...