Almost - 16

115 3 3
                                    

Farell dan Salsa berjalan menghampiri motor matic berwarna hijau yang terparkir di halaman rumah Salsa.

"Duhh.. Maaf jadi ganggu acara keluarga kamu" ucap Farell.
Salsa tersenyum.

"Ngga ganggu kak, ini kan mama yang ngajak".

Farell pun memasang helmnya, juga Salsa.

"Kamu ngga keberatan kan naik motor matic ini lagi? Maaf.. Kakak ngga punya mobil sendiri.." ucap Farell.

"Ngga apa kak, santai aja".

Farell tidak suka dengan kemewahan. Dulu ayahnya ingin membelikannya motor baru, namun ia menolak dan mengatakan bahwa motornya masih bagus.
Berbeda dengan Azka yang memang terlahir dari keluarga 'konglomerat'. Ia sudah memiliki mobil dan motor sport pribadi.

Farell pun menaiki motornya dan diikuti oleh Salsa. Dan akhirnya motor pun melaju dengan kecepatan sedang.

Diperjalanan, tak henti-hentinya senyum terukir di wajah Salsa dan Farell. Namun, sebisa mungkin keduanya menyembunyikan rasa bahagia yang mereka sama-sama rasakan.

Selang beberapa lama, akhirnya mereka pun sampai di toko buku.
Dengan semangat, Salsa langsung memasuki toko itu dan segera menuju rak buku non-fiksi. Farell hanya tertawa kecil melihat tingkah Salsa.

Perasaanku saat ini... Sama persis seperti saat aku dan Layla ke Playstation... Layla waktu itu semangat sekali, seperti Salsa... Batin Farell sambil tersenyum tipis.

Farell pun menghampiri Salsa yang berusaha meraih buku yang berada di bagian atas. Farell langsung mengambilkan buku itu dan menatap Salsa.

"Besok-besok, tinggi-in badan" ucap Farell bercanda.

"Yaa.. Mentang-mentang kakak tinggi... Salsa sadar kok kalau Salsa pendek" ucap Salsa cemberut.

"Tapi ngga apa sih kalau kamu pendek" ucap Farell.

"Kok?".

"Jadi kakak bisa bantu kamu ngeraih buku terus". Deg. Seketika itu jantung Salsa berdetak kencang. Entah ia salah dengar atau ia salah mengartikan.
Farell pun baru tersadar atas apa yang ia katakan tadi.

Apaan sih Rell? Kamu jadi ngegombalin pacar orang gini? Ntar si Salsa malah ngejauh lagi.. Ugghh Batin Farell menyesal.
Suasana pun berubah canggung. Farell tak berani menatap Salsa, begitupun sebaliknya.

"Mm.. S.. Salsa, jadi.. Bukunya yang ini aja?" tanya Farell berusaha mencairkan suasana.

"Iya kak".

"Yaudah, kita ke kasir ya.. udah selesai kan nyari bukunya?" ucap Farell.

Apa? secepat ini? duhh.. Batin Salsa sedikit kecewa.

"Salsa?" panggil Farell menyadarkan Salsa dari lamunannya.

"Eh?" Salsa pun tersadar dan akhirnya mengikuti Farell.

Kini, Salsa dan Farell sudah berada di luar toko buku. Rasanya malam ini seperti kisah indah mereka berdua walaupun hanya dengan waktu yang singkat. 

"Salsa" ucap Farell sambil menatap Salsa penuh arti. Salsa pun membalas tatapan itu. Keduanya begitu merasa gugup.

"Mmm.. ini udah jam setengah sembilan.. kita pulang ya" ucap Farell sambil tersenyum.

"Ini masih awal loh kak" ucap Salsa membuat Farell sedikit terkejut.

"Tapi bagi kakak, cewek ngga boleh keluar larut malam.. dan juga kakak udah janji sama papa kamu" ucap Farell.

"Yahh... padahal Salsa mau ke datang ke festival disana... banyak lampu-lampu cantik bergantungan" ucap Salsa tampak memohon kepada Farell. Farell pun tersenyum melihat tingkah Salsa.

ALMOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang