Almost - 2

137 8 0
                                    

"Apa?! Jadi kak Farell itu... Ketua osis?" ucap Salsa terkejut.

"Beneran... Aku dengar dari cewek-cewek yang lagi duduk-duduk di bangku selasar... Mereka ngomongin kak Farell" ucap Franda seperti seorang penjual informasi.

Salsa benar-benar tak menyangka. Ini Farell yang memang tidak terkenal, atau dirinya yang kudet?

"Kamu ngga lagi suka sama dia kan?" tanya Franda.

"Ya ngga lah! Cuma aneh aja... Bisa-bisanya seorang ketua osis ngasi payung ke aku".

"Ketua osis kan juga manusia..." ucap Franda.

"Aku mau nanya sekali lagi..."

"... Kamu ngga lagi suka sama dia kan?" tanya Franda serius. Salsa menggeleng. Salsa bukanlah tipe gadis yang mudah untuk jatuh cinta. Sebenarnya ia 'bisa' saja jatuh cinta, namun itu dulu, sebelum seseorang pernah mematahkan harapannya.

"Jadi... Dapat info ngga dia kelas mana?" tanya Salsa penasaran.

"Ngga". Franda menggeleng, agak sedikit kecewa Salsa mendengarnya.

"Kamu bawa aja payungnya tiap hari... Ntar kalau ketemu sama dia, kamu kembaliin" saran Franda. Salsa hanya mengangguk tanpa semangat.
.
.
.
Farell sedang berjalan menuju kelas, ia baru saja dari ruang kepala sekolah. Tiba-tiba seseorang berjalan di sampingnya.

"Rell, mana payungku? Yang waktu itu aku titipin ke kamu" ucapnya. Dia adalah Putri,teman satu organisasinya.

"Duhh.. Aku lupa, besok aja ya" ucap Farell.

"Pokoknya harus utuh. Ingat juga tu payungnya si Amel yang warna biru" ucap Putri langsung pergi meninggalkan Farell. Farell pun langsung teringat sesuatu..

Farell sedang sibuk mengerjakan laporan-laporan OSIS, ia sedang berada di kelasnya bersama beberapa temannya yang juga punya kesibukan lain.

"Rell, bentar lagi hujan tuh... Baiknya kamu pulang aja deh" ucap Joan.
Farell hanya mengangguk tapi tak melaksanakannya.
Beberapa menit kemudian, hujan turun dengan lebatnya. Ada rasa menyesal di hati Farell karena tidak mendengar perkataan Joan.

"Tuhkan benar ujan... Aku sih punya payung... Kan kamu tau sendiri jarak gedung sekolah sama parkiran itu jauh banget" ucap Joan.

"Yaudah, pinjem payung aku aja rell..." ucap Putri tiba-tiba.

"Aku kayaknya masih sekitar setengah jam lagi deh di sekolah... Yakin kamu mau nungguin?" tanya Farell tak yakin.

"Yaudah sih, Joan kan udah mau pulang... Biarin aku numpang payung dia aja" ucap Putri. Farell pun menyetujuinya. Tak lama kemudian Putri dan Joan pun pulang dan meninggalkan Farell sendirian di kelas.

Farell sangat serius memandangi laptopnya. Tak terasa sudah 15 menit berjalan, ponselnya bergetar. Ada pesan masuk dari Putri.

[LINE]

Putri : masih di sekolah? Tolong bawain payungnya Amel yaa di dekat kantor guru.. Dia kelupaan

Farell : sipp..

Farell pun meletakkan kembali ponselnya di kolong meja. Dan kembali fokus kepada laporannya. Hampir sekitar 10 menit akhirnya laporannya pun selesai, segera Farell mengemasi laptopnya dan memasukkannya kedalam tas. Tiba-tiba ada bunyi benda yang jatuh dari arah belakang kelas. Farell terkejut dan ia tidak berani melihat kearah belakang. Ia pun segera keluar dari kelas dan tidak menyadari bahwa ponselnya tertinggal.

Ia sudah berjalan menjauhi kelas. Nafasnya yang tadinya tidak beraturan kini menjadi normal kembali. Ia pun berjalan perlahan-lahan seperti tidak terjadi apa-apa.

Duhh... Serem banget sih.. Batinnya.

Farell teringat bahwa ia harus mengambil payung milik Amel. Ia memang lupa dengan ponselnya, namun ia tidak lupa terhadap payung milik Putri. Kini ia memegang dua buah payung. Ia pun sampai di teras sekolah dan mendapati seorang gadis sedang berdiri sambil memandangi hujan.

Pasti dia ngga punya payung... Batin Farell.
Ia pun memberanikan diri mendekati gadis itu. Farell sangat suka hujan. Setiap ia melihat hujan, hatinya akan tenang.

"Nungguin hujan?" tanya Farell pada gadis itu. Gadis itu menoleh dengan tatapannya yang dingin.

"Iya" jawabnya singkat. Farell sebenarnya agak kecewa mendapati jawaban yang seadanya dari gadis itu. Bagaimana tidak? Gadis itu bahkan tidak tersenyum sama sekali padahal Farell sudah berusaha ramah dan tersenyum sangat manis kepadanya.
Tanpa basa-basi, Farell langsung menyodorkan payung milik Amel kepada si gadis. Dan setelah gadis itu menerima payungnya, Farell langsung membuka payung milik Putri dan segera pergi tanpa pamit.

Percuma pamit, paling ngga di gubris... Batinnya.

Sesampainya dirumah, Farell segera mengganti seragamnya yang sudah basah terkena hujan. Ia menggigil. Setelah itu, Farell mengambil tasnya dan mencari ponselnya namun hasilnya nihil. Seketika Farell teringat bahwa ponselnya tertinggal di kelas.

"Duhh... Parah banget sih sampe lupaa..." celoteh Farell. Mau tak mau ia harus datang pagi esok hari agar ponselnya tidak hilang.

Lamunan Farell pun buyar. Ia teringat bahwa payung milik Amel berada ditangan seseorang yang ia tak kenali.

Bisa-bisa diomelin Amel ini mah... Semoga aja tu cewek ngembaliin... Batin Farell. Farell pun sampai dikelas. Ia segera duduk dibangkunya. Disana ada Tarra yang sedang asyik bermain game.

"Gimana? Proposalnya diterima kepsek ngga?" tanya Tarra fokus pada ponselnya tanpa menoleh Farell.

"Ya.. Belum sih... Semoga aja di terima" ucap Farell pasrah.

"Ngomong-ngomong... Tadi ada tiga cewek ke kelas... Mereka nyariin kamu..." ucap Tarra.

"Ada urusan apa?" tanya Farell.

"Ya.. Palingan tentang Osis" ucap Tarra.

"Ngga ada yang ngembaliin payung?" tanya Farell.

"Apaan sih...? Kok ngembaliin payung?".

"Aku pernah minjemin payung ke cewek... Tapi aku agak lupa juga mukanya... Duhh.. Semoga dia ngga lupa deh" ucap Farell.

"Yailah.. Ikhlasin aja tuh payung..."

"Bukan gitu Tar, itu payungnya Amel... Ngga enak lah"

"Lagian, kamu sih pake sok-sokan minjemin payung punya orang" ucap Tarra.

"Kasian dia... Soalnya pas itu ujannya lebat banget, kayaknya dia mau ke parkiran.. Taulah, jarak sekolah sama parkiran kan jauh" jelas Farell.

"Hmm iya deh iyaa".

Farell pun merenung sejenak. Ia berusaha untuk mengingat wajah si gadis. Namun hasilnya nihil. Hanya samar-samar saja yang ia ingat.

"Siapa sih dia... Susah banget ingatnya"

-

Bersambung...

ALMOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang