1

5.1K 161 0
                                    

"Aku harus pergi" ucapnya setelah ia mendapatkan sebuah pesan dari ponselnya.

"Tapi, Riel kita-"

"Maaf, aku bener-bener harus pergi, Lin" lanjutnya memotong ucapan Alina seraya beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkannya yang sebentar lagi akan menjatuhkan air mata. "Sekali lagi aku minta maaf" ucapnya sekali lagi sebelum ia benar-benar meninggalkannya seorang diri.

Alina terduduk dengan tangan menangkup wajahnya. Tubuhnya bergetar hebat dengan isakkan kecil yang terdengar mengisi keheningan malam itu. Ia benar-benar tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Rasanya begitu sesak setiap kali kekasihnya itu meninggalkannya seorang diri tanpa memikirkan keadaan dan juga perasaannya saat itu. Kekasih? Apa ada kekasih yang meninggalkan gadisnya seorang diri di tempat yang baru pertama kali ia kunjungi? Hanya pria bodoh yang melakukan hal gila seperti itu. Dan pria bodoh itu adalah kekasih dari seorang gadis cantik, seperti Alina. Bukan hanya tempat yang baru pertama mereka kunjungi saja pria itu meninggalkannya, tapi kapan dan dimana pun mereka saat itu jika ponselnya sudah berdering ia akan pergi tanpa memikirkan perasaannya.

"Kapan kamu ngerti sama perasaan aku, Dariel" ucapnya lirih di tengah isakkan kecilnya

----------------

Alina berjalan gontai menyusuri kolidor sekolahnya. Matanya bengkak, hidungnya merah, bahkan penampilannya pun juga sangat terlihat-acak-acakkan-tidak seperti biasanya. Orang-orang yang melihat ke arahnya hanya bisa mengerutkan dahinya heran, mereka heran dengan sikap Alina akhir-akhir ini, biasanya dia selalu ceria setiap datang ke sekolah, tapi akhir-akhir ini penampilannya selalu menunjukkan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Tapi, ketika dia sedang bersama teman-temannya wajahnya pun selalu kembali terlihat ceria, menandakan bahwa dia baik-baik saja. Seolah seekor bunglon yang berkamuflase untuk menutupi dirinya sendiri.

"Alinaa.." teriak seseorang memanggilnya dari belakang. Ia menolehkan kepalannya dan kemudian tersenyum tipis saat melihat orang yang memanggilnya. Dua orang yang berlawanan jenis itu menghampirinya dengan tas yang masih bertengger di punggung mereka.

"Nanti siang jangan lupa ya buat kumpul dulu di ruang seni, ada yang perlu dirapatin" ucap gadis berambut pirang di hadapannya. Alina menganggukkan kepalanya seraya tersenyum, lalu matanya menatap ke arah seorang pria di belakang gadis itu yang juga tengah menatapnya, namun dengan cepat pria itu mengalihkan pandangannya dari Alina. Ia yang melihatnya hanya bisa tersenyum samar.

"Gue usahain ya, Put, soalnya gue lagi gak enak badan" ujar Alina dengan masih memperlihatkan senyumnya

Gadis yang bernama putri itu memandang Alina dengan pandangan khawatir "lo sakit apa? Udah minum obat?" Tanyanya dengan tangan meraba kening Alina "panas banget" lanjutnya

Alina lagi-lagi hanya tersenyum menanggapinya, lalu kembali ia alihkan pandangannya ke arah pria di belakangnya yang sama sekali tidak terlihat mencemaskannya.

"Gue gak papa, Put. Paling cuma kecapean doang" lirihnya

"Lain kali jangan terlalu capek, kalo lo sakitkan gak ada yang merhatiin lo, mblo haha iya kan, Riel?" Tanyanya pada pria di belakangnya itu yang sedari tadi hanya diam seraya terkekeh geli. Alina hanya bisa ikut tertawa walaupun memang dipaksakan, mengingat dia sudah memiliki kekasih bahkan kekasihnya itu tepat di hadapannya, ia melihat kekasihnya itu hanya diam seolah tidak terusik dengan penuturan Putri.

Ya. Semua orang memang tidak mengetahui hubungan Dariel dan Alina, karena yang mereka tahu Alina itu seorang jomblo yang tak pernah sekalipun dekat dengan pria manapun. Begitu pula dengan Dariel, pria dingin yang tek pernah sekalipun terlihat terarik kepada lawan jenisnya.

Secret GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang