19

1.2K 55 2
                                    

Alina turun dari mobilnya, ia baru saja sampai setelah bertemu dengan Dinda tadi. Rasanya ia benar-benar lelah, bukan hanya fisiknya saja, tapi juga hati dan perasaannya.

Alina membuka pintu rumahnya yang langsung disambut oleh kehadiran Gayatri yang tengah duduk di sofa ruang tamunya. Ia yakin gadis itu tengah menunggunya sedari tadi.

Alina menghampiri gadis itu, lalu duduk di sampingnya.

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Alina

"Emangnya gue gak boleh dateng ke rumah sahabat gue sendiri" jawabnya ketus

"Ya boleh sih, tapi tumben aja gitu gak telepon dulu" ujar Alina santai yang sontak malah mendapatkan jentikan dari Gayatri pada keningnya

"Aww.. lo apa-apaan sih, Ay" sengit Alina sambil mengusap pelan keningnya

"Ya lagian lo ngeselin banget sih. Asal lo tahu ya, gue tuh udah neleponin elo puluhan kali bahkan ratusan kali dari tadi siang. Tapi, dasarnya lo yang batu atau budeg ya gue gak tahu, telepon gue sama sekali gak diangkat" omelnya

Alina cengengesan dengan cengiran lebar di wajahnya. "Hehe sorry deh"

"Hh, oh iya, gue jadi lupakan tujuan gue ke sini buat apa" ujarnya seraya mengambil sebuah paper bag di atas meja, lalu memberikannya pada Alina

"Apaan nih?" Tanya Alina heran

Gayatri mengangkat bahunya pertanda ia tidak tahu "gak tahu gue, gue cuma disuruh buat ngasihin ini ke elo-" ucapnya "dari Dariel" lanjutnya

Alina terdiam sesaat, lalu tersenyum samar ke arah Gayatri "thanks"

Gayatri mengangguk kecil "gue juga disuruh bilangin ke elo, kalo dia sayang banget sama lo, Lin"

Alina diam membisu mendengarnya. Tatapannya kosong menerawang setiap perkataan yang beberapa saat yang lalu Dinda katakan. Rasanya semua kata manis yang Dariel ucapkan padanya, baik itu secara langsung ataupun lewat perantara, rasanya percuma saja, hambar dan tak ada gunanya.

Gayatri yang melihat sahabatnya termenung hanya bisa menghela nafasnya, ia nggak tahu hal apa lagi yang bisa ia lakuin buat bantuin Alina. Rasanya semua yang ia lakuin nggak ada efek apapun untuk gadis batu seperti sahabatnya ini. Egonya terlalu tinggi untuk menerima dan mengakui sesuatu.

"Lin, coba deh lo bicarain baik-baik sama Dariel tentang masalah ini. Jangan sampe kesalah pahaman antara lo sama dia ini berlarut-larut. Apalagi sampe mutusin hal yang bakal lo sesali nantinya" ujar Gayatri mencoba menasehatinya

Dan, ya. Sudah ia tebak jika respon gadis di sampingnya ini akan seperti itu. Diam dan termenung. Namun, di luar dugaan. Alina ternyata menganggukan kepalanya setelah termenung beberapa saat. Dan itu membuat senyum Gayatri mengembang di bibirnya.

"Gue tahu, lo gak bakal nyerah buat pertahanin cinta lo" ujar Gayatri seraya menepuk pelan bahu Alina

Alina mengangguk 'gue harap gue gak salah ngambil keputusan' batinnya

"Yaudah, gue pulang dulu kalo gitu. Jangan lupa buat telepon Dariel, dan dengerin penjelasannya. Oke?" Ujarnya lagi

Alina lagi-lagi mengangguk diiringi dengan senyum di bibirnya. Setelah mengucapkan itu Gayatri keluar dengan diantar Alina sampai depan rumahnya. Ia melambaikan tangannya pada Alina seraya berteriak sebelum ia menjalankan mobilnya. "Jangan lupa pesan gue tadi ya, Al"

---------

Alina melangkah dengan girang menyusuri kolidor sekolahnya. Hari ini rencananya ia akan menemui Dariel, kekasihnya untuk mendengarkan penjelasan pria itu tentang foto yang dikirim Dinda kemarin. Alina memang sudah memutuskan untuk memaafkan dan menerima semuanya. Ia tidak mau hubungannya berakhir dengan seperti ini. Ia ingin mempertahankan apa yang ia miliki sekarang, apapun keadaannya nanti.

Secret GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang