Alina membuka kertas yang berisi surat dari kekasihnya, ia sekarang telah berada di salah satu kursi taman sekolahnya.
Dear Alina..
Maaf telah mengecewakanmu, Alina. Aku tidak bermaksud untuk mengingkari janjiku sendiri dan meninggalkanmu yang pasti telah menungguku di perpustakaan sekolah. Ini benar-benar di luar dugaanku, Alina kepala sekolah kita tiba-tiba memintaku untuk menemuinya. Aku tidak mungkin mengecewakannya, maka dari itu aku meninggalkanmu dan menitipkan surat ini pada bu Lastri. Sekali lagi maafkan aku, semoga harimu menyenangkan..-D-
Alina menghembuskan nafasnya pelan, hanya sebuah permintaan maaf tanpa ucapan cinta sedikit pun. Kekasihnya itu memang terlalu kaku dan monoton sekali hidupnya. "Membosankan" ujarnya seraya meremas kertas tersebut dan melemparnya ke dalam tong sampah di depannya asal.
Buk.
"Aww.." seseorang meringis akibat lemparan Alina tadi. Ternyata kertas yang dilemparnya tadi tidak tepat sasaran dan mengenai kepala seseorang yang kebetulan lewat ke sana.Orang itu membalikan tubuhnya dan menoleh ke arahnya, Alina yang melihat orang tersebut hanya menyengir polos. "Sorry"
Ia menatap tajam ke arah Alina dan berjalan menghampirinya. Tangannya masih berada di belakang kepalanya yang tadi terkena lemparan gadis itu. Setelah ia berada di depan Alina, kemudian ia duduk di sampingnya seraya mengusap-usap kepalanya yang terkena lemparan itu. Wajahnya yang sebelumnya begitu menyeramkan, tiba-tiba berubah menjadi begitu menggemaskan. Ia merenggutkan wajahnya seperti anak kecil yang begitu lucu "sakit tau" ucapnya manja. Alina terkikik geli melihat wajah konyol pria di sampingnya itu, lalu mendekatkan tangannya ke arah belakang kepala yang terkena lemparannya tadi.
"Maaf deh, gue gak sengaja hehe.. sakit banget emangnya ya?" Tanya Alina seraya mengusap pelan kepala pria itu dan dibalas amggukkan kecil olehnya "lagian suruh siapa jalan gak liat-liat, udah tahu gue mau ngelempar sampah, lo malah seenak jidatnya jalan ke sana"
"Yee.. bukannya disayang-sayang malah diomelin, nyebelin banget" gumamnya merenggut kesal, namun terlihat oleh Alina begitu menggemaskan
"Hihi.. lo lucu banget sih, Van" ucap Alina seraya terkekeh geli, sedangkan pria itu yang ternyata adalah Alvano hanya terdiam mendengar kalimat ajaib yang baru saja gadis itu ucapkan. Ini pertama kalinya gadis cantik itu mengatakan bahwa dirinya lucu, benar-benar di luar dugaannya sama sekali. Tapi Vano buru-buru merubah ekspresi terkejutnya menjadi normal seperti semula.
"Gue emang lucu udah dari lahir kali, lo nya aja yang gak pernah nyadar" ucapnya santai membuat Alina mendengus
"Ah iya, lo ngapain di sini, Lin?" Tanya Vano membuat Alina terdiam. Lidahnya kelu, tak tahu harus menjawab apa "gu-gue.. ah gue lagi ngerjain tugas, iya tugas" jawab Alina gugup, Vano melihat kegugupan itu sendiri pada diri Alina, ia mencoba melihat kebohongan pada matanya, namun gadis itu lebih dulu menundukkan kepalanya, menghindari tatapan dari Vano.
Vano kemudian mengangguk sesaat "kalo gitu, ayo gue anter ke kelas" ujar Vano seraya menggandeng tangan Alina meninggalkan taman tersebut, dan pergi menuju kelas Alina.
--------
Alina's pov
Hari ini adalah hari dimana Dariel dan semua perwakilan dari sekolah untuk ke surabaya berangkat. Kemarin Dariel datang ke rumahku untuk berpamitan, namun hanya sebentar-paling hanya 5 menit saja-sehabis itu ia langsung pulang. Menyebalkan sekali mempunyai kekasih seperti dia, tapi mau bagaimana lagi? Cintaku untuknya melebihi rasa kesalku padanya.
Sebenarnya, aku ingin sekali mengantarnya ke Bandara, tapi dia melarangku dan memintaku untuk bersikap biasa saja. Dariel itu bego apa tolol sih? Mana bisa aku bersikap biasa saja seperti yang ia katakan, ketika kekasihku akan pergi untuk seminggu ke depan, bersama wanita yang sedang dikabarkan tengah dekat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Girlfriend
RomanceAku bahkan lupa sama senyuman kamu, senyuman yang selama ini jarang aku lihat, kamu selalu diam seakan kamu anggap aku gak ada. Aku akan terima apa pun kondisi kamu, asalkan kamu jangan pergi. Hidup tanpa kamu, rasanya seperti hidup tanpa jiwa - Ali...