Hari ini adalah hari terakhir Dariel dan teman-temannya di Surabaya. Semua teman-temannya sibuk berfoto dengan pendamping yang selama ini mendampingi mereka. Tapi, berbeda dengan Dariel. Ia lebih memilih untuk duduk seorang diri di salah satu kursi taman di depan penginapannya. Raut wajahnya menggambarkan kegusaran hatinya, matanya tak bosan melirik layar ponsel di tangannya, menunggu kekasihnya membalas panggilannya.
Ia tidak sabar untuk bertemu dengan gadis itu, ia bena-benar ingin memeluknya saat ini juga. Tangannya terulur untuk menggeser layar ponselnya. Membuka gallery di ponselnya, di sana menampilkan banyak sekali gambar anime, dan juga foto dirinya yang tengah merangkul seorang gadis cantik. Keduanya tersenyum manis ke arah kamera, menampakkan raut kebahagiaan di wajah keduanya. Begitu serasi.
Dariel tersenyum melihat foto tersebut, tangannya mengusap lembut wajah gadis yang ada di foto itu. "Aku gak bisa nahan rindu ini buat kamu"
"Rindu? Rindu siapa?"
Dariel tersentak mendengar suara itu, buru-buru ia menyembunyikan ponselnya saat melihat Putri berdiri di depannya dengan wajah keheranan.
"Lo lagi kangen sama siapa, Riel?" Tanya Putri yang telah duduk di sampingnya
Dariel tergagap mendengar pertanyaan gadis itu "o-oh, itu.. itu"
"Kangen sama orang yang lo liat fotonya di ponsel lo ya?"
"Eh, lo liat?" Tanya Dariel gugup
Putri mengangguk "iya, tapi gue gak liat fotonya"
Dariel menghela nafas lega "untung gak ketauan" ujarnya pelan seraya mengusap-usap dadanya
"Lo ngomong apa barusan, gue gak denger?" Tanya Putri membuat Dariel tersentak kaget
"Ah, em enggak, gue gak ngomong apa-apa kok" ujar Dariel kikuk
Putri memandang heran ke arahnya, membuat Dariel salah tingkah karena ditatap seperti itu. "Ee.. gu-gue pergi dulu" ujar Dariel meninggalkan Putri sendirian di taman.
"Aneh" ucap Putri seraya memandang punggung Dariel yang kian menjauh
------
Alina memandang jengah ke arah seluruh siswa yang tengah berkumpul di depan gerbang sekolah. Mereka sedang bersiap untuk menyambut kepulangan sepuluh siswa yang menjadi perwakilan sekolah ke Surabaya.
"Napa lo? Mandangnya gitu bener" ujar Gayatri
Alina mendengus tanpa menjawab pertanyaan dari gadis di sampingnya itu.
"Udah gak sabar yaa buat ketemu sama Dariel. Hm... hmm" goda Gayatri seraya menaik turunkan kedua alisnya
Alina menunduk, dan tersenyum pahit dalam diamnya. Lalu mendongakan kepalanya untuk menatap wajah Gayatri yang tengah sibuk menggodanya. Ia memasang wajah sedatar mungkin untuk menutupi semua kesedihannya.
"Biasa aja" ujarnya dingin
Gayatri menghela nafasnya pelan "lo masih kepikiran sama foto itu ya?" Tanya Gayatri
Alina terdiam, dan berjalan meninggalkan Gayatri tanpa memperdulikan pertanyaannya itu.
"Eh, Lin! Lo mau kemana? Jangan tinggalin gue" teriak Gayatri memanggil Alina yang masih saja terus berjalan tanpa memperdulikan panggilannya
--------
Semua siswa berteriak riuh saat mobil sekolah yang berisikan siswa-siswa yang baru datang dari Surabaya berhenti di depan gerbang sekolah. Satu persatu siswa tersebut turun dari mobil diikuti dengan teriakan histeris para murid, terutama murid perempuan.
"DARIELLLL LO GANTENG BANGET"
"GARIN GUE KANGEN"
"ENENG RINDU SAMA AA RIDWAN TERSAYANG"
"UHH I LOVE YOU KALIAN"
"RASYAA KOK LO MAKIN GANTENG SIH"
"DARIEL GANTENG LO KAGAK NAHAN"
Bla.. blaa.. blaa
Suara teriakan siswi-siswi yang menyambut mereka pecah seketika. Bahkan Alina sampai menutup kedua telinganya saking dahsyatnya teriakan mereka. Batinnya menggerutu kesal mendengar ocehan siswi yang meneriaki nama kekasihnya."Lebay banget" ketusnya pelan
Gayatri terkikik geli melihat wajah kesal sahabatnya ini "haha bilang aja kalo lo cemburu"
"Sok tahu" jawabnya
Alina berjalan ke arah kerumunan siswa yang baru datang dari Surabaya. Niatnya ia ingin bertemu dengan Dinda sekaligus melihat kekasihnya juga tentunya.
"Lo yakin mau ke sana, Lin?" Tanya Gayatri ragu saat tiba-tiba Alina menghentikan langkahnya. Gadis itu melihat sesuatu yang membuat hatinya kembali tercabik sakit. Di sana terlihat Putri yang tengah menggenggam erat tangan kekasihnya, Dariel. Dadanya bergemuruh menahan api cemburu yang kembali hadir menguasainya.
Alina memejamkan matanya, mencoba mengontrol emosinya "iya, udahlah ayo"
"Tapi, Lin-.. Lin" teriak Gayatri mencoba menghentikan langkah Alina untuk menemui mereka
Kini Alina sudah berada di depan mereka, ia tersenyum masam ketika melihat Dariel yang terkejut melihatnya yang tiba-tiba berada di depannya. Pria itu berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Putri yang justru malah semakin kuat menggenggamnya, membuat ia beberapa kali meringis kesakitan.
"Selamat ya, Put udah kembali lagi ke sini dengan selamat. Lo beruntung banget bisa kepilih buat ngewakilin sekolah kita" ujar Alina tersenyum seraya mengulurkan tangannya
Gadis itu langsung menyambut hangat uluran tangan Alina "iya, Lin. Thanks banget ya, gue juga gak bakal kepilih kalo lo gak bantuin gue buat ngomong sama pak Samsul"
Alina mengangguk. Matanya melirik ke arah pria di samping Putri yang masih sibuk melepaskan genggaman tangannya. Kemudian tersenyum kecil ke arahnya.
"Erat banget pegangannya" canda Alina dengan diiringi kekehan kepahitan
Putri terbelak "haha.. takut jatuh gue, Lin"
Alina tertawa mendengarnya, ia mengedarkan pandangannya untuk mencari Dinda yang ternyata tengah mengobrol ria dengan Garin dan Gaytri.
"Em, kayaknya lo lagi gak bisa diganggu ya" goda Alina seraya melirik sekilas pria disampingnya. Putri terkekeh geli. Gadis itu tersipu, terlihat dari rona wajahnya yang memerah.
"Lin"
"Kalo gitu gue duluan ya, have fun, Put" ujar Alina meninggalkan kedua sejoli tersebut tanpa menghiraukan panggilan dari kekasihnya. Sebelum ia benar-benar pergi, ia sempat melirik sekilas wajah pria tampan yang tengah menggambarkan raut kekecewaan. Mungkin dia kecewa karena Alina tidak menghiraukannya sedikit pun. Tapi, jauh lebih kecewa Alina yang harus menahan kepahitan yang diakibatkan oleh perlakuan mereka berdua.
"Maaf" ucap keduanya, namun di tempat yang berbeda.
Kisah cinta yang begitu menyedihkan yang harus Alina dan juga Dariel alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Girlfriend
RomanceAku bahkan lupa sama senyuman kamu, senyuman yang selama ini jarang aku lihat, kamu selalu diam seakan kamu anggap aku gak ada. Aku akan terima apa pun kondisi kamu, asalkan kamu jangan pergi. Hidup tanpa kamu, rasanya seperti hidup tanpa jiwa - Ali...