"Lin"
Suara itu membuat Alina harus menolehkan kepalanya ke arah sumber suara tersebut. Terlihat seorang pria dengan paper bag di tangannya, tengah berdiri menatapnya dengan sendu. Alina kemudian membuang mukanya dari pria itu, dan kembali sibuk dengan percakapannya bersama Garin dan Gaytri.
Dariel menatap nanar punggung Alina, lalu menatap Gayatri yang juga tengah menatapnya naas. Ia memberikan isyarat pada gadis itu, dan seolah mengerti, Gayatri mengangguk paham.
"Lin" panggil Gaytri "mending lo temuin Dariel gih, kayaknya ada yang pengen dia jelasin" lanjutnya
"Males. Lagian hal apa lagi yang mau dia jelasin, kayaknya foto itu udah cukup jelas" ketusnya seraya berlalu meninggalkan mereka. Membuat Gaytri lagi-lagi hanya bisa membuang nafasnya geram.
"Tapi, Lin se-" Baru saja ia ingin melangkahkan kakinya untuk mengejar Alina, sebuah tangan sudah lebih dulu mencekal lengannya.
"Udahlah, Gay. Gue emang gak tahu apa masalah yang udah terjadi sama mereka. Tapi, gue rasa kita juga perlu ngasih waktu buat Alina berpikir, biarin dia sendiri dulu" potong Garin
Gayatri terdiam mendengarnya, mungkin benar kata Garin, Alina butuh sendiri untuk menenangkan hati dan juga fikirannya. Dengan ragu ia mengangguk lemah, dan berjalan menghampiri Dariel yang sedari tadi sibuk menatap kepergian Alina.
"Sorry" ucap Gayatri pelan
Dariel yang mendengarnya hanya menggeleng "lo gak perlu minta maaf! Ini emang salah gue yang gak bisa jaga sikap gue selama ini. Gue gak pernah ngertiin perasaan Alina, gue yang salah"
"Riel-"
"Harusnya gue gak perlu nyembunyiin hubungan gue sama Alina cuma buat jagain dia. Harusnya gue gak perlu takut kalo gue bisa jagain dia walaupun orang lain tahu semuanya. Tapi, gue terlalu pengecut buat lakuin itu. Terlalu naif" ujar Dariel dengan nada yang gemetar seolah menahan sesuatu yang sedari tadi ingin ia keluarkan. Matanya menyiratkan begitu banyak kesedihan yang ada di hatinya "Ekhm, sorry, gue malah curhat sama lo, Gay" lanjutnya
Gayatri menggeleng "gak papa, Riel. Gue bisa ngerti kok apa yang lo rasain selama ini, lo bisa cerita apa aja sama gue. Ya, selama lo mau"
"Thanks, Gay. Em, btw gue boleh minta tolong gak? Kasih ini buat Alina, dan bilangin kalo gue sayang banget sama dia" ujarnya seraya menyerahkan paper bag di tangannya itu
Gayatri mengangguk senang seraya mengambilnya "gue pasti bakal sampein ke dia" ujarnya seraya menepuk pundak pria itu
Dariel tersenyum tipis, dan berlalu meninggalkan Gayatri bersama Garin yang sedari tadi diam mematung di belakangnya.
--------
Alina melempar asal tasnya pada lantai kamarnya, disusul dengan tubuh mungilnya yang mendarat dengan mulus pada ranjang kesayangannya. Perasaannya sedang kesal sekarang, terlihat jelas sekali pada raut wajahnya yang terlihat sedang menahan amarah. Ia mengeram kesal, lalu bangun dan duduk di pinggiran ranjang. Sekilas ia melirik ponselnya yang terus saja berdering tanpa henti. Entah siapa saja yang menghubunginya saat ini, yang jelas dia tidak peduli, dan tak akan pernah peduli.
"Gue harus gimana?" Ujarnya gusar seraya mengusap kasar wajah lelahnya
"Dinda, ya gue rasa Dinda bisa bantuin gue" ucapnya, lalu menyambar ponselnya yang tergeletak di atas kasur
"Banyak banget" ucapnya pelan saat tahu begitu banyak orang yang menghubunginya. Ia mengabaikan panggilan mereka tanpa berniat menghubunginya kembali, lalu ia menekan tombol hijau setelah menemukan kontak sahabatnya, Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Girlfriend
RomanceAku bahkan lupa sama senyuman kamu, senyuman yang selama ini jarang aku lihat, kamu selalu diam seakan kamu anggap aku gak ada. Aku akan terima apa pun kondisi kamu, asalkan kamu jangan pergi. Hidup tanpa kamu, rasanya seperti hidup tanpa jiwa - Ali...