12

1.1K 48 0
                                    

Alina berlari kecil menyusuri koridor sekolahnya yang mulai sepi, dengan sebotol air mineral dan sebuah handuk di tangannya. Langkah kakinya membawanya ke lapangan basket indoor yang masih cukup ramai. Terlihat beberapa orang keluar dari pintu masuk lapangan tersebut. Dengan tergesa-gesa ia masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia duduk di salah satu kursi tribun yang terletak di pinggir lapangan.

"Alin, lo belum balik?" Tanya seseorang yang berlari menghampirinya keluar dari lapangan

Alina tersenyum, dan menggeleng lemah "belum" ucapnya seraya menyerahkan air mineral dan handuk dari tangannya.

"Thanks, Lin" ucapnya seraya mengambil posisi duduk di samping gadis itu

"Tumben lo belum balik jam segini? Udah gitu nyamperin gue yang lagi main basket lagi. Biasanya juga gue ajak ke sini lo nya selalu gak mau" tanyanya heran seraya masih sibuk mengelap keringat di wajahnya

"Ya gak kenapa-napa, gue cuma pengen liat lo latihan aja, emangnya gak boleh ya?" Ujar Alina seraya melirik pria di sampingnya

"Eh, bu-bukan kaya gitu. Justru gue seneng banget lo mau liat gue main basket di sini. Gue tadi cuma heran aja" jelasnya seraya tersenyum menatap Alina. Pandangan keduanya bertemu seketika, mereka terdiam tanpa berniat mengalihkan pandangan mereka satu sama lain. Mereka seolah larut dalam pesonanya masing-masing.

"Van, buruan masuk" teriak salah satu teman pria itu seraya melambaykan tangannya, sontak perlakuan tersebut mengalihkan perhatian mereka berdua. Wajah Alina bersemu, keduanya terlihat salah tingkah atas kejadian tadi. Vano beranjak dari duduknya setelah menyadari kecanggungan diantara mereka berdua. "Ekhm, gue ke sana dulu ya" pamitnya dan berlari ke dalam lapangan basket.

Alina merutuki dirinya sendiri akan kejadian yang menimpanya barusan. "Sial" rutuknya dalam hati

-----

"Lo pulangnya buru-buru gak?" Tanya Vano di tengah-tengah perjalanan mereka. Alina menoleh dengan masih melangkahkan kakinya menyusuri lorong koridor sekolah. Ia menggeleng pelan "enggak, kenapa emang?"

"Gimana kalo kita mampir dulu ke night market, gue traktir deh, lumayan di sana lagi diskon gede-gedean" ujarnya

Alina menatap langit sore yang mulai menggelap, lalu mendesah lesu "udah sore, bentar lagi kayaknya maghrib" ucapnya lemah "padahal gue pengen banget"

Vano tersenyum, lalu merangkul pundak gadis itu hangat "lo tenang aja, kita bisa mampir dulu ke masjid depan buat sholat, gimana?" Tawar Vano yang langsung dijawab dengan anggukkan antusias dari Alina

"Yaudah, yuk buruan" seru Alina bersemangat dengan menarik lengan Vano. Vano tersenyum seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alina yang begitu antusias jika menyangkut dengan diskon sebuah novel. Ia yakin di night market nanti, gadis itu akan memborong novel-novel kesukaannya. Tapi, itu bukanlah suatu masalah jika gadis itu sendiri yang membayarnya, tetapi sayangnya dia yang harus membayar semua belanjaan gadis yang sedang menarik tangannya sekarang. Huh, Vano hanya bisa mendesah lemah meratapi nasibnya yang sebentar lagi akan kehilangan debit dari atm nya.

----

Alina tertawa tertahan melihat ekspresi pria di sampingnya yang sedang menawar pada seorang kasir di salah satu stand. Ia menawar belanjaan Alina dengan cara merayu kasir tersebut, yang kebetulan memang berjenis kelamin wanita.

"Ayolah, mba, turunin dikit aja. Masa udah ngeborong segini banyaknya gak ada harga istimewa sih" tawar Vano dengan nada memelas

"Nggak bisa, mas jumlah harga semua novel tersebut udah dipotong diskon" balas kasir itu

Vano merenggutkan bibirnya "mba cantik deh, lebih cantik lagi kalo mba kurangin lagi harganya" rayunya lagi dengan mengedipkan sebelah matanya

Alina mendecih melihatnya "dasar buaya"

"Nggak bisa, mas. Kalo saya bilang nggak ya nggak" tegas kasir itu lagi membuat Vano mendesah pasrah, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Nah, itu uang mas banyak, pake acara nawar segala lagi" ceplos kasir tadi seraya mengambil uang dari tangan Vano

Alina dan Vano kemudian pergi keluar dari stand tersebut, lalu dengan tak bisa ditahan lagi Alina mengeluarkan tawa yang sejak tadi ia tahan.

"Hahaha.. aduh, gue sakit perut.. haha lo bener-bener gila tadi, Van bikin malu" tawanya menggelegar seraya memegang perutnya yang terasa sakit akibat tawa kerasnya

Vano memandang kesal ke arah Alina "sialan lo, ini juga gara-gara lo tahu. Belanja novel segitu banyaknya, lo mau bikin gue bangkrut ini mah"

"Yee, salah sendiri bilang mau nraktir gue, jadi itu mah ya resiko lo sendiri" jawabnya santai, lalu ia memandang wajah Vano yang terlihat masam. Terbesit rasa bersalah di hatinya "iya deh, sorry.. gimana kalo gue traktir lo makan, itung-itung sebagai imbalan lo udah beliin gue novel ini" tawar Alina seraya menunjukkan bingkisan berisi novel di tangannya

Vano menoleh "sepuasnya?"

Alina terdiam, lalu menghembuskan nafasnya seraya mengangguk. "Iya" jawabnya singkat

Vano tersenyum puas mendengar jawaban gadis itu "kalo begitu ayo, gue udah laper" soraknya menarik tangan Alina menuju stand makanan jepang

Alina mengerutkan dahinya bingung, lalu memandang heran ke arah pria di sampingnya yang tengah memandang nafsu spanduk yang menampilkan beberapa jenis makanan jepang "loh, bukannya lo gak suka makanan jepang ya?"

Vano menoleh sekilas "memang, tapi kali ini gue pengen nyoba, lumayan kan makanan jepang itu harganya mahal, jadi pas buat bikin dompet lo kosong kaya gue"

Alina membeku di tempatnya, wajahnya pucat pasi mendengar penuturan pria itu. 'Bagaimana kalo uangnya kurang?' Batinya terus bertanya

Vano yang melihat Alina terdiam langsung terkekeh seraya mengeratkan genggaman tangannya "gue cuma bercanda, udah ah ayo masuk"

Vano menarik tangan Alina untuk masuk ke dalam stand tersebut. Mereka menduduki sebuah tempat yang terletak di pojok stand tersebut, karena memang hanya itu tempat yang kosong di sana. Mereka kemudian memesan beberapa menu makanan yang sudah familiar bagi mereka.

Alina mendesah lega karena Vano tidak memesan semua makanan yang ada di menu, bisa-bisa ia bangkrut jika itu terjadi.

"Gue gak akan setega itu, ngebiarain cewek cantik kaya lo harus nyuci piring gara-gara gak bisa bayarin makanan yang gue pesen" bisik Vano pada telinga Alina "udah, ayo makan" ucapnya lagi

-----

Selamat malam sabtu😊

Secret GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang