8

1.3K 71 2
                                    

Suara riuh para siswa memenuhi lapangan upacara, terik matahari seolah tidak peduli dengan adanya siswa yang tengah berdiri di lapangan upacara, ia masih memancarkan panasnya dengan semangat.

Hari ini bukan hari senin, tapi mereka harus berpanas-panasan karena pihak sekolah yang ingin mengumumkan sesuatu. Entah apa yang ingin ia katakan, yang jelas itu membuat semua anak didiknya ini menderita.

"Panas oyy"

"Cepetan dong"

"Gila gue makin gosong kalo kaya gini terus"

"Aelah drama banget lo"

"Gue pingsan nih lama-lama"

Begitulah kira-kira teriakkan semua murid yang tengah berkumpul di lapangan. Kepala sekolah mereka langsung berdiri dan mengambil mikrofon, setelah mendengar ocehan anak didiknya yang membuat telinganya berdengung sakit.

"Ekhm.. tenang anak-anak, tenang" ujarnya mencoba menenangkan anak-anaknya

"Tenang-tenang.. pala lo pitak"

"Lah situ mah enak bilang tenang, orang situ gak kepanasan, nah kita"

"Panas woy.. jangan ceramah mulu"

Terlihat pak Sumardi-nama kepala sekolah-menghela nafasnya mendengar ocehan para muridnya yang makin menjadi. Kemudian, ia mengintrupsikan mereka untuk duduk.

"Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa saya mengumpulkan kalian di sini"

"Saya mengumpulkan kalian di sini untuk mengumumkan sebuah agenda sekolah yang setiap tahun kita laksanakan. Lusa nanti sekolah kita akan mengirimkan perwakilan untuk mengikuti acara di Surabaya, yaitu pada acara memperingati 'Hari Sumpah pemuda' dan kami-pihak sekolah- telah memilih siswa yang akan mewakili sekolah kita untuk tahun ini"

"Untuk perwakilannya kami mengambil dari anggota osis, itu pun bagi anggotanya yang memiliki prestasi dalam bidang akademik. Kami telah memilih 10 orang perwakilan yang akan mewakili sekolah kita, yang diantaranya orang tersebut adalah, yang pertama-" beliau menggantungkan ucapannya seraya membuka lipatan kertas di tangannya dan membaca nama-nama siapa saja yang tertera di sana "Rasya, Ridwan, Olivia, Rachel, Dinda, Garin, Arina, Zia, Putri, dan Dariel"

Semua siswa yang berada di lapangan tersebut bersorak dan bertepuk tangan ria, memberikan reward kepada nama yang disebut kepsek barusan. Kecuali, gadis cantik yang berada di barisan paling depan, ia hanya diam dengan wajah yang masih memperlihatkan wajah terkejutnya. Ia menunduk dan berucap pelan, sangat pelan sampai-sampai tidak ada yang bisa mendengarnya "Dariel dan-putri"

Setelah mengucapkan itu, ia sudah tidak lagi memperhatikan apalagi mendengarkan perkataan kepala sekolah yang sedang berbicara di depan. Ia terlalu larut dalam pikirannya saat ini, segala pikiran buruk tentang dua manusia yang sekarang memenuhi pikirannya, membuat kepalanya pusing. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi saat ini, ia hanya bisa percaya kepada kekasihnya itu. Ia hanya berharap, hubungan mereka akan baik-baik saja. Ya semoga.

"Yah, kok gue gak disebut sih, nyebelin banget" keluh Gayatri yang sekaligus membuyarkan lamunannya. Alina menoleh ke arah sahabatnya itu, lalu merangkulnya hangat "gak papa, Ya. Lagian kalo lo ikut, gue sama siapa coba?" Tanya Alina

"Oh iya ya, kalo gue gak ada nanti lo sendirian lagi. Hh, untung gue gak kesebut jadi lo gak bakal sendirian hehe" cengirnya "eh, tapi tadi Dariel kesebut ya? Yah.. lo gak bakal ketemu sama moodboster lo dong selama seminggu ini" lanjutnya lagi

Alina hanya tersenyum samar mendengar ocehan sahabatnya itu. Ia memang benar, Alina tidak akan bertemu dengan kekasihnya itu selama beberapa hari ke depan. Alina harus menahan rindu yang menggebu untuk kekasihnya itu, selain itu juga ia harus menahan dirinya untuk tidak cemburu melihat kedekatan kekasihnya dengan gadis lain. Huh, memikirkannya saja Alina sudah emosi, apalagi melihatnya? Mungkin ia akan memukul dinding untuk melampiaskan amarahnya sendiri.

Secret GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang