Satu

22K 591 3
                                    

"Ata, bola basket yang biasa di garasi lo pindah, ya? Di mana?" Suara Kak Andre dari balik pintu kamar membuat Renata terbangun dari lamunan siang harinya.

"Ini." Renata melemparkan bola basket yang dia maksud. Langsung ditutup lagi pintu kamarnya yang menjadi gerbang pembatas antara dunia Renata dan dunia luar.

Kak Andre membuka pintu lagi dan nyelonong masuk tanpa izin. Dia merebahkan tubuhnya di sofa warna hitam disudut kamar dengan dominasi warna merah jambu itu. Sofa yang sering menjadi tempat tidur Coki, kucing Anggora Renata.

"Ta, malam Minggu besok lo ada acara nggak?"

"Kenapa memangnya?"

"Ada atau nggak?"

Netra Renata melihat kalender kecil di atas meja belajarnya. Tidak ada coretan apapun di tanggal itu. "Nggak ada."

"Mantab!" Kak Andre langsung bangun dan duduk disebelah adik semata wayangnya itu, disamping tempat tidur. "Temenin gue ke acara temen."

"Malas, ah."

"Ayolah, Ta. Sama abang lo sendiri aja pakai malas segala."

"Acara apaan?"

"Grand Opening kafe. Please, Ta."

"Dress code nya apa?" Renata lirik Kak Andre dengan lirikan super sinis.

"Terserah lo. Asal jangan kebaya, 'ntar pada sangka gue bawa eyang putri."

Kak Andre langsung berlari meninggalkan kamar adiknya itu dengan membawa bola basket yang dia pantulkan ke lantai.

Renata sudah bisa membayangkan akan bertemu manusia-manusia sok kece yang akan berhamburan di mana-mana.

Kak Andre masuk dalam kategori anak muda yang terancam masuk dalam golongan anak gaul Bandung. Hampir seluruh kafe di kota ini sudah pernah dia kunjungi dan sebaagian besar pemilik kafe itu adalah teman-teman kak Andre. Outlet baju yang punya nama di kota ini juga merupakan hasil dari teman-temannya. Entah mengapa kak Andre tidak mengikuti jejak mereka. Dia lebih suka menjadi konsumen daripada produsen. Dia juga tergabung dalam club mobil di Bandung. Kak Andre memang sudah diberikan oleh Ayah dan Ibu sebuah mobil dari SMA, dan sekarang mobil Kak Andre adalah mobil ke 2-nya selama 6 tahun ini. Mobil yang cukup mahal untuk golongan anak-anak biasa semacam keluarga Renata.

Keluarga Renata memang tidak lagi sempurna, Ayah Renata meninggal 2 tahun lalu akibat serangan jantung. Bisnis Ayah kemudian diambil alih oleh Ibu yang dibantu oleh adik-adik Ayah. Semenjak itu, Kak Andre berusaha untuk mengambil posisi Ayah untuk menjaga Renata dan Ibu serta sesekali ikut bergabung dalam usaha keluarga itu.

Otak gue dan otak kak Andre memang tidak berbanding lurus. Mulai dari SMP sampai ke jenjang Universitas, Kak Andre selalu lolos masuk ke sekolah dan universitas favorit. Tapi yang buat Renata tidak pernah iri dari kak Andre adalah dia selalu perhatian ke Renata.

Renata langsung mengobrak-abrik isi lemari, tidak mungkin Renata datang bersama Kak Andre dengan baju yang berbanding terbalik dengan apa yang dia pakai. Sepanjang dia hidup bersama kak Andre, laki-laki itu selalu berpakaian super match from top to toe.

"Kamu ini ngapain?" suara Ibu menganggetkan Renata. "Ini baju kamu mau apain, Ta?"

"Aku lagi bingung cari baju buat pergi sama Kak Andre."

Ibu menumpuk sebagian baju yang berada disudut kasur untuk memberikan ibu ruang untuk duduk. "Kapan?"

"Malam Minggu besok." Renata masih sibuk mengeluarkan semua baju terbagus yang dia punya dari dalam lemari.

you had me at hello...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang