Empat

8.5K 359 1
                                    

Kak Andre pulang kerumah setelah empat hari dia menghabiskan liburan di Manado. Rumah menjadi terasa ramai lagi. Ibu menyambut Kak Andre dengan masakan kesukaan kak Andre. Tak henti-hentinya Kak Andre bercerita tentang Manado dengan penuh semangat.

Ketika makan malam berlangsung, Renata hanya terdiam. Setelah kejadian dimobil bersama Niko, dia belum berani untuk bercerita ke Ibu maupun kak Andre tentang permintaan Niko yang akan menikahinya. Jelas Renata masih bungkam perihal itu. Ada syarat yang Renata ajukan sebelum Niko melamarnya secara resmi kepada Ibu dan Kak Andre. Renata harus bertemu dengan Ibu Niko, dan mendapat persetujuan dari Ibu Niko terlebih dahulu.

"Kenapa sih lo, Ta? Diam aja dari tadi." Tanya Kak Andre yang menyadarkan Renata kembali.

"Ehm.. Kak.. Bu..." Entah dari mana Renata akan bicara.

Kak Andre dan Ibu menatap Renata dan menunggu apa yang akan dia katakan selanjutnya. "Besok Renata minta izin mau pergi ke Jakarta." Renata menggigit bibir bagian bawahnya dan tak berani menatap Ibu dan Kak Andre.

"Acara apa?" Tanya Ibu penasaran.

"Besok Renata mau pergi sama... Niko." Renata memejamkan matanya. Takut Kak Andre akan melarangnya.

"Niko? Teman gue?"

Renata mengangguk dengan sangat yakin.

"Okay. Pergi aja." Jawaban Kak Andre meloloskan nafas Renata yang dari tadi ditahannya.

Renata menatap Kak Andre dengan heran. Bahkan Kak Andre tidak menanyakan tujuan Renata dan Niko pergi.

"Gue percaya sama Niko. Tapi nggak boleh nginep ya, langsung pulang!" Warning Kak Andre disambut senyuman dari Renata dan juga Ibu.

Nanti bu, Kak, Ata pasti cerita tentang pernikahan Ata dan Niko. Bukan sekarang. Nanti. Kata Renata dalam hati.

Tepat pukul 10 pagi, Renata tiba dirumah dengan arsitektur kolonial bercat putih. Halaman depan rumah yang cukup luas dipenuhi tanaman bunga yang sedang mekar warna-warni. Ya, Niko sengaja satu hari sebelumnya tidur dirumahnya yang di Bandung agar dapat menjemput Renata pagi.

Niko menuntun tangan Renata masuk kedalam rumah. Pintu kayu berwarna putih itu tertutup dan Renata menghentikan langkahnya tepat didepannya. Niko secara otomatis ikut berhenti dan mengurungkan niatnya untuk membuka pintu.

Dilihatnya, Renata hanya tertunduk. Genggaman ditangan Niko semakin erat dan tangan Renata terasa dingin. Niko paham, Renata gugup.

"Kamu cantik, kok." Kata Niko menenangkan.

"Bukan itu yang gue khawatirin."

Niko mengernyitkan dahi. "Lalu?"

"Gue takut, pakaian gue nggak sopan. Kalau Nyokap lo nggak suka gimana?"

Niko terkekeh mendengar pengakuan Renata. Dress berwarna peach dengan panjang selutut tanpa lengan itu membalut tubuh Renata dengan cantik.

"Nyokap gue nggak konservatif. Percaya sama gue, dia suka sama lo." Niko tersenyum meyakinkan Renata.

Digenggamnya tangan Renata erat. Niko dan Renata memasuki rumah Ibunya dengan suara Niko yang meneriakan panggilan untuk Ibunya. "Maaa...."

Tak perlu waktu yang lama, Nyonya Arum, wanita yang sudah cukup tua namun terlihat masih cantik itu menghampiri Niko dari arah samping rumah. Tangan Niko terlepas dan dipeluknya wanita yang dia sebut 'Mama'.

Wanita itu menyadari kehadiran manusia bernama Renata yang dari tadi hanya tersenyum tipis. Tanpa ragu-ragu wanita itu melangkah ke arah Renata.

"Ini pasti Renata. Calon mantu Mama." Tanya wanita itu sambil menatap wajah Renata dengan senyuman.

you had me at hello...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang