Part 4
Di Belakang Sekolah Dia Berteriak
*****
"...me."
"...sume."
"...Natsume."
"Oi, Natsume!"
Aku membuka mata perlahan saat suara itu memanggilku. Kulihat dahi Shigure berkerut khawatir. Aku perlahan duduk sembari memegang kepala yang sedikit pusing. Suara burung berkicau menyadarkanku bahwa ternyata kami masih di atas bukit. Lebih tepatnya di depan kuil kecil.
Aku mengingat-ingat lagi. Apa yang terjadi padaku beberapa saat yang lalu, ya?
Ah!
"Shi–Shigure... kau–"
Shigure menutup mulutku cepat, "Anggap saja yang kau lihat tadi hanyalah imajinasimu."
Aku menyingkirkan tangannya tersebut, "M–Mana bisa aku menganggap itu imajinasi! Si–Siapa... sebenarnya kau?"
"Shigure-sama adalah rubah pembawa berkah–"
"Oi! Kalian, diam!" seru Shigure ketika seekor rubah menyeletuk. Shigure membentak kepada empat rubah yang kini menunduk ketakutan.
"Di–Dia bisa bicara?!" aku melebarkan mata keheranan. "Dan...," aku mengerutkan dahi menatap Shigure. "Kau rubah pembawa berkah?"
Shigure mendorong tubuhku tiba-tiba dan menyipitkan mata padaku. Kini ia di atasku, meletakkan kedua tangan di bahuku agar aku tidak bisa melarikan diri. Tatapan yang menghangatkan itu kini berubah dengan penuh ancaman, "Karena kau sudah tahu siapa aku sebenarnya, kau harus merahasiakan hal ini dari siapapun atau tidak kau akan mendapatkan masalah!"
Aura yang dikeluarkan Shigure benar-benar berbeda. Tatapan mata itu sungguh tajam, seolah bisa menusuk bagian terdalam sekalipun. Aku mendorong tubuhnya kuat namun Shigure semakin menahan bahuku bahkan mencengkramnya sehingga aku meringis pelan.
Bahaya! Bahaya! Ini benar-benar bahaya!
"Le–Lepaskan aku!" teriakku mendorong tubuhnya sekeras mungkin.
"Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau berjanji tidak akan memberitahu siapapun!" tegas Shigure. Ketika ia bicara, aku bisa melihat dua gigi taring seperti vampire di mulutnya.
"Lepaskan aku! Kau bukan rubah pembawa berkah! Kau siluman jahat! Lepaskan aku!" aku meronta. Jantungku semakin berdebar keras saat kurasakan udara sekitar menjadi dingin dan rambut Shigure perlahan memanjang.
"Kau harus berjanji dulu!"
"Uhk! Kubilang lepaskan aku!" aku mendang selangkangannya keras sehingga ia refleks menyingkir dariku dan merintih kesakitan.
Aku mengambil kesempatan ini untuk melarikan diri. Tak lupa aku membawa tas sekolahku yang tergeletak di dekat patung rubah. Ketika aku menariknya, tasku tersangkut pada patung tersebut yang kemudian terjatuh hingga beberapa bagiannya pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Fox
FantasyDi umurnya yang ke 17 tahun, Hayashi Natsume yang telah kehilangan ibu serta kakak laki-laki harus tinggal di desa kelahirannya lagi bersama kakek dan neneknya. Karena 'keanehan' pada Natsume yang sudah ia miliki sejak kecil, Natsume berdoa di kuil...