Part 25: Kata Selamat Tinggal pun Terucap

5.8K 477 138
                                    

Part 25

Kata Selamat Tinggal pun Terucap

*****

Pria yang berwajah hampir mirip denganku itu juga sama terkejutnya ketika kami saling bertatapan. Sejenak kami tidak bicara sebelum aku mendengar kalimat, "Natsume...," yang ia ucapkan.

Dia tersenyum, "Sungguh mengejutkan bertemu denganmu lagi. Kau sudah besar, ya?"

"Y–Ya..."

"Natsume, ada hal yang ingin kubicarakan–"

"Pergi."

"Eh?"

"Kubilang pergi!" bentakku sekaras mungkin.

Haruskah aku bahagia bertemu dengan pria yang melarikan diri akibat terlibat hutang ini? Haruskah aku tersenyum ketika melihat wajah yang sudah membuat ibuku menangis ini? Haruskah aku menyambutnya dengan bahagia setelah ia meninggalkan keluarganya tanpa pernah menghubungi mereka sekali pun? Haruskah aku berbaik hati? Tidak. Hanya itu jawaban yang kutemukan.

Aku mengepalkan tangan, "Kemana saja kau selama ini, hah?! Apa kau sudah melupakan keluargamu sendiri?! Kenapa kau tidak pernah datang saat pemakaman Kaachan dan Niichan?! Bahkan kau tidak datang ketika pemakaman orangtuamu sendiri! Kau tega meninggalkan keluargamu! Kau pengecut! Pergi dari sini! Aku tidak mau melihat wajahmu lagi!"

Air mataku membanjiri wajah. Ingin rasanya aku menghajar pria ini namun tidak kulakukan mengingat dialah orang yang sangat dicintai ibuku. Luka di hatiku kembali terbuka kembali ketika aku mengingat kejadian sepuluh tahun yang lalu. Malam itu pria ini dan Kaachan bertengkar hebat kemudian keesokan harinya dia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan tidak pernah menunjukkan dirinya sampai saat ini. Kaachan tidak membencinya, tidak pernah sama sekali. Kaachan selalu menunggu dan menunggunya hingga napas terakhirnya dia tidak pernah muncul.

"Maafkan aku..."

"Hanya itu saja yang kau ucapkan?!" aku hendak melayangkan tinjuku namun Shigure menahan tanganku cukup kuat, "Lepaskan aku! Dia pantas mendapatkannya!"

"Natsume, tenanglah," Shigure menahan tubuhku yang mulai memberontak.

"Pergi kau dari sini!"

Raut wajah pria itu berubah. Dia menghela napas kemudian berkata, "Baiklah..."

Pria itu segera meninggalkan halaman rumah dengan sedih dan kecewa. Aku tidak peduli dengan tatapan itu. Walaupun dia berbaik hati sekalipun, aku tidak akan pernah menyukainya lagi. Apa yang telah ia lakukan pada keluarganya masih teringat jelas di kepalaku.

Setelah mobil itu meninggalkan rumah, napasku mulai teratur dan perlahan-lahan Shigure melepaskan genggamannya pada tanganku.

"Natsume..."

Aku menatap Shigure dengan mata berkaca-kaca dan saat itu pula dia meraih tubuhku, memelukku dengan lembut sambil mengusap kepalaku, berusaha menenangku yang menangis di dekapannya.

=*=*=*=

"Haruka, Natsume. Sore ini kita ke taman bermain."

My Little FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang