Extra Part (5): My Little Master

3.9K 286 55
                                    

Extra Part
(5)

My Little Master

*****

Hidup dan matiku hanya untukmu, Tuanku. Bahkan cinta ini.

***

"Arata-sama, airnya sudah siap."

Seorang laki-laki yang sedang duduk di teras samping rumah tidak bergeming. Aku mendekatinya, menyebut namanya sekali lagi. Dia masih tidak bergerak dan membiarkan angin malam menerpa wajahnya.

"Arata-sama," aku menepuk pundaknya pelan.

Dia terkejut kemudian menatapku dan tersenyum, "Mikio..."

Aku menatap wajah itu. Wajah yang manis namun pucat. Walaupun bibirnya sedikit terangkat, matanya tidak tersenyum sama sekali. Matanya seperti orang mati, tidak ada cahaya sedikitpun.

Aku menuntunnya ke ofuro*, melepaskan semua pakaian yang membalut tubuhnya, kemudian menggosok tubuhnya menggunakan sabun pelan-pelan, membersihkannya dengan air, lalu meletkannya ke bak mandi kayu ini. Sementara dia berendam, aku ke dapur, menyiapkan makan malam. Setelah aku selesai menyiapkan semuanya, aku kembali ke kamar mandi. Dia tidak begeming sejak terakhir aku meninggalkannya. Aku mengangkat tubuhnya, mengeringkannya, lalu memakaikan kimono favoritnya sebelum menuntunnya ke meja makan.

"Arata-sama," panggilku.

"Mikio?"

Aku menatapnya sejenak. Kedua tangannya berada di atas paha, tidak menyentuh makanannya. Dia kembali melamun dengan tatapan kosong. Aku yang hendak makan, meletakkan kembali sumpitku, medekatinya, lalu mengambil daging, meniupnya sebentar kemudian mendekatkan itu ke bibir mungilnya.

"Arata-sama."

Dia berkedip, sadar akan makanan di dekat wajahnya kemudian menggigit daging itu dengan sangat pelan. Setelah dia menelan makanannya, aku melakukan hal yang sama lagi berkali-kali. Ketika makanannya habis, aku menuntunnya ke kamar dan merebahkan tubuhnya ke futon yang sudah kusiapkan sebelumnya. Selesai menyelimutinya, aku memadamkan lilin, mengucapkan selamat malam padanya sebelum menutup pintu. Mataku sempat meliriknya. Walaupun tubuhnya sudah berada di atas futon, matanya tidak tertutup sama sekali, memandang ke langit-langit dengan tatapan kosong.

Aku kembali ke meja makan, memakan makananku yang sudah tidak hangat lagi. Terkadang aku makan makanan yang sudah dingin, karena aku harus menyuapi tuanku terlebih dahulu.

Arata.

Dialah satu-satunya orang yang pernah menyelamatkan hidupku ketika aku masih kecil. Aku dibuang oleh keluargaku sendiri dan tidak tahu harus kemana. Aku menahan lapar dan haus, tidur beralaskan daun, dan hidup tanpa tujuan. Aku yang saat itu masih kecil, ditemukan oleh Arata-sama di dekat tempat yang penuh sampah. Tanpa merasa jijik, tangannya meraih kepalaku, mengusapnya dengan lembut. Bahkan dia memberikanku nama. Walaupun dia tersenyum, matanya tidak bercahaya sama sekali, seperti orang mati.

Aku dibawa oleh Arata-sama ke tempat tinggalnya. Dia merawat dan mengasuhku hingga aku sudah bisa mengurus diriku sendiri. Sebagai balas budi, aku mengabdi padanya, bersumpah pada diriku untuk melindunginya segenap jiwa dan raga, untuk tetap berada di sampingnya. Berkat Arata-sama, aku punya tujuan hidup, yaitu untuk menjaganya.

Jika dulu aku adalah siluman yang dikenal sebagai boneka karena aku tidak memiliki ekspresi, maka kini Arata-sama yang menjadi boneka. Setiap hari aku memandikannya, menyuapinya, memakaikan pakaian padanya, dan semua kegiatan lainnya. Arata-sama hanya diam, melamun dengan tatapan kosong, pasrah pada apa yang kulakukan. Benar-benar seperti boneka. Tidak ada ekspresi dan bergerak jika dikendalikan. Sesekali dia tersenyum tipis, tapi itu tidak menunjukkan perkembangan apa-apa. Arata-sama memang memiliki tatapan seperti orang mati, tapi tidak dengan kebiasaannya. Dulu dia masih beraktifitas dengan lancar, berubah wujud menjadi rubah ekor tiga, sihir, bahkan bertarung. Tapi kini, dia tidak melakukan apapun. Hanya duduk termenung di teras dari terbit hingga tenggelamnya matahari.

My Little FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang