Extra Part (2): My Little Dog

2.4K 285 29
                                    

Extra Part
(2)

My Little Dog

*****

Kenapa kau tidak membuka matamu lebih lebar? Padahal ada orang yang selalu mencintaimu...

***

Aku menguap lebar-lebar lalu meregangkan otot-ototku kemudian aku kembali melipat kaki depan dan meletakan dagu. Aku mengibaskan ekor sambil melihat siswa-siswa yang keluar dari gerbang sekolah dari atas pohon. Ada seekor burung hinggap di dahan, di sampingku. Jika aku adalah 100% kucing, maka burung ini sudah kujadikan makan malam. Namun aku bukan kucing rendahan dan tidak berkelas seperti itu.

Aku adalah siluman kucing yang cukup ditakuti di desa ini. Selain kekuatanku yang kuat, aku... jujur, sedikit malu aku mengakuinya... Aku ditakuti karena terkenal mesum. Hehehe...

"Ichigo, tunggu. Kau meninggalkan ini."

Telinga kucingku berdiri saat mendengar nama itu dan kepalaku refleks menoleh. Ada dua anak laki-laki berdiri di gerbang, sambil bercakap-cakap lalu salah satunya pergi setelah menyerahkan buku yang tertinggal pada pemiliknya. Aku menyengir. Itu dia. Orang yang kucintai. Si Stroberi.

Aku cepat-cepat turun dari pohon, mendekatinya lalu mengelus kakinya dengan kepalaku layaknya kucing pada umumnya. Ichigo terkejut bukan main.

"K–Kau?!" katanya berubah pucat.

"Miaw...," aku mengeong lalu menunjukkan senyuman mautku.

Kulit Ichigo yang putih pucat tambah pucat. Dalam sepersekian detik, dia langsung ambil langkah seribu.

"Miaw!" aku berteriak.

Orang-orang yang kami lewati menoleh dengan heran, bahkan ada yang tertawa. Memang lucu melihat seekor kucing mengejar manusia. Ah, bukan. Seekor kucing mengejar seekor anjing. Jika hukum alam menyatakan anjinglah yang mengejar kucing, maka ini sebaliknya. Ya, Ichigo sama sepertiku. Dia siluman, tapi siluman anjing. Dilihat dari betapa lemah dan polosnya dia, aku yakin, Ichigo lahir beberapa belas tahun lalu, tidak seperti kebanyakan youkai di sini yang sudah berpuluh-puluh tahun, bahkan beratus-ratus tahun.

"Miaw! Miaw!"

"Jangan ikuti aku, kucing mesum!"

Ichigo terus berlari namun semakin lambat. Napasnya sudah terengah-engah. Aku yakin, bila dia memaksakan untuk berlari, dia akan pingsan saat ini juga. Tubuhnya yang ramping akan jatuh bila aku tidak berubah dalam wujud manusiaku dan langsung menggendongnya di kedua tangan.

"Turunkan... aku...," katanya dengan napas memburu.

"Mana mungkin aku menurunkanmu. Cepat atau lambat kau akan pingsan lagi seperti kemarin."

Ichigo tidak berkata apa-apa lagi lalu kedua matanya tertutup. Lihat? Sudah kuduga hal ini akan terjadi.

***

Ichigo membuka mata perlahan. Aku hanya memperhatikannya layaknya seekor kucing peliharaan. Ichigo bangun, mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar lalu terkejut lagi melihatku duduk di atas meja belajarnya.

"K–Kenapa kau ada di sini? Bukannya kemarin sudah kuusir?!"

Aku menjilat sebelah tanganku, "Asal ada celah sedikit saja, aku bisa masuk ke kamar ini kapanpun aku mau."

"Ugh!"

Aku berhenti menjilati tangan lalu menatapnya, "Kenapa kau tidak suka aku ada di sini?"

"Memangnya harus ada alasan?" Ichigo memalingkan wajah, dahinya berkerut.

My Little FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang