Chapter 4 - I'm Sorry, Iqbaal

2.4K 160 2
                                    

Kamis, 11 Januari 2018

I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman get nothing on me
I'm only one call away

Lantunan lagu One Call Away dari handphone-nya mengganggu tidur nyenyak (namakamu). Ia langsung melihat handphone-nya dan melihat nama Iqbaal Dhiafakhri tertera jelas disana. (Namakamu) langsung berdecak dan menggeser ikon hijau kemudian mendekatkan handphone-nya itu ke telinga kanannya.

"Halo, hm." Ucap (namakamu) dengan suara khas orang bangun tidur.

"Waalaikumsalam, (namakamu)." Ucap Iqbaal diseberang sana.

(Namakamu) menghembuskan nafasnya, "Iya dah. Assalamualaikum Iqbaal."

"Lo gak ada kerjaan apa? Bangunin orang jam 3 subuh. Lo mau bangun sahur?" Oceh (namakamu) dengan satu tarikan nafas, membuat Iqbaal terkekeh mendengarnya.

"Temenin gue sahur dong, (nam)." Ucapnya.

Mata (Namakamu) langsung membulat sempurna karena jawaban Iqbaal beberapa detik yang lalu, "Oh Tuhan! Sahur sendiri aja napa sih? Gak ada setan kok subuh-subuh gini."

"Oh ayolah (nam). Pahala. Sekali-kali kok." Bujuk Iqbaal berulang kali. Membuat (namakamu) tak bisa berbuat apa-apa atau dengan kata lain pasrah.

"Jadi kita video call nih?" Tanya (namakamu) sambil bangun dari tidurnya dan mengambil laptop di meja belajarnya kemudian kembali lagi ke tempat tidurnya.

"Iya."

"Yaudah, lo aja yang duluan. Yakali perempuan yang mulai dulu." Ujar (namakamu) sambil terkekeh pelan.

"Serah deh ya. Matiin aja telponnya."

'Pip'

Telepon mati.

"Alhamdulillah, tadi gue tidur cepat." Gumam (namakamu) bersyukur karena ia tidur lebih awal tadi. Ia memakai jilbab yang tergantung di belakang pintunya lalu menyalakan laptopnya dan mulai mengaktifkan koneksi WiFi di rumahnya kemudian masuk di aplikasi khusus video call, skype.

'Tring tring'

Nama Iqbaal.dr28 tertera jelas di layar laptop (namakamu). Ia langsung meng-klik tombol hijau dan mulai menampilkan wajah tampan Iqbaal yang sedang tersenyum ke arah kamera laptopnya.

"Hai (namakamu), maaf kalau gue ganggu." Ucap Iqbaal di seberang sana sambil menarik senyum bersalahnya.

(Namakamu) tersenyum tipis, "Gak ganggu kok. Buruan gih sahur, gue mau lanjut tidur lagi."

"Iya-iya, my hubby." Gumam Iqbaal.

"What? Hubby? What is hubby?" Tanya (namakamu) yang sedang merapikan jilbab pink-nya.

"Entahlah, langsung muncul di kepala." Ucap Iqbaal sambil memperlihatkan cengiran tak bersalahnya, membuat (namakamu) menghembuskan pelan nafasnya.

"Jadi? Kenapa lo sahur sendirian?" Tanya (namakamu) yang sedang dilanda penasaran sejak tadi.

"Bunda, ayah, sama kakak gak puasa hari ini. Sedangkan gue lagi ada misi buat puasa senin-kamis." Jelas Iqbaal setelah meneguk air putih.

"Yaudah gih makan dulu! Gue tunggu kok." Ucap (namakamu).

Iqbaal pun mulai melahap makanannya. Sedangkan (namakamu) sudah mulai diserang kantuk kembali, tapi sebisa mungkin ia tahan hanya demi menemani Iqbaal sahur. Sebenarnya ini bukan kali pertama Iqbaal membangunkannya untuk menemaninya sahur, jadi (namakamu) tidak terlalu keberatan.

(Namakamu) menatap layar yang menampilkan Iqbaal yang sedang melahap makanannya. (Namakamu) pun mulai merasa bosan, ia melirik sebentar handphone yang berada didekatnya, tetapi ia tak sedang ingin memainkan benda persegi panjang tipis pemberian ayahnya itu.

Victim of Feeling [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang