Kamis, 8 Maret 2018
Kelas 12 sudah bisa menghembuskan nafas leganya tepat jam 10 pagi. Ya, ujian mereka selesai hari ini dan mereka akan libur sampai pengumuman kelulusan tiba.
Saat ini, mereka telah keluar dari kawasan sekolah. Ada yang merayakannya dengan makan-makan dan ada yang sekedar refreshing di suatu tempat. Meski tidak bisa dipungkiri jika kebanyakan siswa memilih langsung pulang kerumahnya, termasuk Karel.
Karel tengah menikmati jalan raya ibukota tanpa adanya kemacetan yang sering membuatnya meruntuk kesal. Dengan kecepatan motornya yang sedang dan angin yang menabrak halus wajahnya membuat ia menikmati perjalanan ke rumah orang tua kandungnya kali ini. Ia tidak sabar untuk bertemu ayah, bunda, serta kedua adiknya.
Motor yang dikendarai Karel sudah terparkir rapi di halaman rumah Pak Dimas. Setelah menguncinya, ia bergegas masuk ke dalam rumah itu.
"Assalamu'alaikum!" teriak Karel di depan pintu rumah yang terbuka. Dan tak lama, terdengar gerutuan (namakamu) sehingga membuatnya terkekeh pelan.
"Iy-, eh kakak!" pekik (namakamu) dan langsung menghambur ke pelukan Karel. Kedua insan itu menyalurkan perasaan rindunya setelah 1 minggu tidak bertemu. Bayangkan, 1 minggu tak bertemu saja sudah seperti itu, entah bagaimana jika mereka tak bertemu selama 1 tahun.
"Gimana ujiannya? Gampang gak?" tanya (namakamu) saat mereka berdua memasuki ruang keluarga.
Karel mendaratkan bokongnya dan menyenderkan punggungnya di sofa, "Ya gitu, dibilang gampang enggak, dibilang susah juga enggak. Lumayan lah. Tapi, kalo dipikir, lebih banyak susahnya sih," jawaban Karel membuat (namakamu) terkekeh.
"Yaudah, mau makan sama minum apa? Ntar adek buatin,"
Karel menggeleng, "Gak usah deh, kakak kesini bukan buat makan-makan, tapi kangen-kangenan,"
(Namakamu) pun mengangguk lalu duduk di samping Karel.
"Bunda mana?"
"Ke sekolahnya Kiki, rapat," jawab (namakamu).
Karel menatap adiknya tak percaya, "Jadi, kamu sendirian disini?"
(Namakamu) mengangguk santai kemudian memasukkan popcorn ke dalam mulutnya.
Karel langsung menghadiahinya jitakan pada dahi tak bersalah (namakamu), sang empu hanya meringis.
"Kalo kamu sendirian, kenapa pintu di luar dibiarin terbuka? Ntar kalo ada yang nyelonong masuk terus ngapa-ngapain kamu gimana?"
(Namakamu) terkekeh, "Tenang kak, adek udah nyewa Shiva buat jagain adek. Jadi, kalau ada apa-apa, ya tinggal dihajar sama Shiva,"
Karel memutar bola matanya jengah, "Shiva kan kartun (nam), ya kali,"
(Namakamu) langsung menarik senyum yang memperlihatkan jejeran giginya, "Tadi itu ada orang nganter undangan. Nah pas orangnya udah pergi, ada telpon dari Alwan. Pas asyik-asyiknya telponan, eh ada orang lagi. Jadi, aku matiin telponnya dan ternyata kakak,"
"Oh, jadi gara-gara Alwan makanya tadi ngomel-ngomel gak jelas?" goda Karel sambil menaik-turunkan alisnya.
Muka (namakamu) langsung memerah dan cepat-cepat ia tutup dengan bantal sofa, "Ih, apa sih kak. Enggak tau,"
"Ciee, (namakamu) blushing!" pekik Karel dan berlari secepat mungkin menghindari serangan adiknya yang sebentar lagi akan datang.
"KAKAAKKK!!"
Akhirnya mereka kejar-kejaran bak kartun Tom and Jerry. Mulai dari ruang keluarga, dapur, sampai lantai atas dan berakhir di kamar Karel.
Sialnya, Karel lupa menutup pintu sehingga adiknya bisa masuk leluasa di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Victim of Feeling [Completed]
Fanfiction'Penyesalan Selalu Datang Terakhir' Mungkin, salah satu quotes itu sesuai dengan ceritaku saat ini. Ceritaku dengan dia. Dia yang berhasil membuatku jatuh dalam pesonanya. Dia yang berhasil membuatku menjatuhkan perasaanku kepadanya. Tapi, sayang. D...