'Semua masalah tidak akan selesai jika dicampuri dengan pikiran tak jernih'
***
"Heh, lo itu siapa sih? Kenapa lo narik gue tanpa perasaan? Kenapa lo berani buat ngebuka aurat orang? Kena-"
"Itu kayak suara (namakamu)." Teka Dianty, dan disetujui oleh Iqbaal serta Raffy. Mereka pun bergegas menuju sumber suara tersebut.
"Gak salah lagi." Ucap Iqbaal kemudian mengendap-endap sambil memata-matai orang yang berada dalam bangunan ini.
"Sial! Kita gak bisa lawan mereka kalau cuma 2 orang." Gumam Iqbaal lalu kembali pada posisi Raffy dan Dianty.
"Gue udah ngasih tau Aldi sama Karel, jadi kita harus cari cara gimana nyelamatin (namakamu) tanpa ketahuan sama mereka." Ucap Raffy.
"Lo yakin (namakamu) ada di dalam?" Tanya Karel tiba-tiba dengan Aldi yang mengikutinya dari belakang.
Iqbaal mengangguk, "Tapi gue belum bisa nemuin dimana posisi dia."
Karel menghembuskan nafasnya perlahan, "Kita pencar buat nyari (namakamu) dimana. Oh iya, Raffy jaga Dianty, gue gak mau dia kenapa-napa."
Ada sesuatu yang berbeda pada diri Dianty setelah mengetahui bahwa Karel mengkhawatirkannya, dan tanpa sadar senyumnya pun mengembang.
"Yaudah, yuk Dant." Ucap Raffy lalu menarik tangannya.
"Gini aja, ada diantara kita yang jaga di luar, mungkin Raffy sama Danty. Terus kita bertiga nerobos masuk. Gimana?" Usul Aldi kemudian diberi respon anggukan dari keempat keempat temannya.
Setelah itu, mereka bertiga pun mengendap-endap masuk ke bangunan tersebut. Beruntung, saat itu para pria berbadan kekar tadi sedang bermain kartu dengan posisi yang membelakangi mereka. Ceroboh memang.
Tap
Tap
Tap
"(Nam), lo dimana? Please jangan bikin gue tambah bersalah." Batin Iqbaal cemas.
Prang
Tangan Iqbaal tak sengaja menjatuhkan gelas yang berada di tepi meja, alhasil suara dari pecahan itu membuat para pria berbadan kekar menolehkan kepalanya ke sumber suara. Bersamaan dengan itu, ada suara teriakan dari dalam kamar yang diduga Iqbaal adalah suara (namakamu).
"Shit." Umpat Aldi yang berada di belakangnya tak bersuara.
"Cepat lari, Baal! Cari (namakamu)! Biar gue sama Aldi yang ngurusin mereka." Ujar Karel, Iqbaal pun mengangguk lalu lari kearah salah satu kamar.
***
Pisau itu mulai menjamah leher (namakamu). Dingin. Itu yang ia rasakan. Ia hanya bisa memejamkan matanya, merapalkan doa, berharap agar seseorang datang dan menyelamatkannya.
"Kalau kamu masih mau melawan sama saya, pisau ini tidak segan-segan menebas lehermu!" Bisik pria itu dan membuat (namakamu) meriding.
"Ayah, bunda, kak Karel, Kiki, Iqbaal, tolong aku." Batin (namakamu) kemudian meneteskan air matanya.
Pria itu tersenyum sinis lalu mencengkram dagu (namakamu), "Saya tidak suka melihat air mata buaya!"
Sakitnya tuh disini
Di dalam hatiku
Sakitnya tuh disini
Melihat dia selingkuh"Badan kekar, lagu dangdut." Batin (namakamu).
"Kamu diam disitu!" Perintah pria itu setelah melihat handphone nya lalu keluar dari kamar tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Victim of Feeling [Completed]
Fanfiction'Penyesalan Selalu Datang Terakhir' Mungkin, salah satu quotes itu sesuai dengan ceritaku saat ini. Ceritaku dengan dia. Dia yang berhasil membuatku jatuh dalam pesonanya. Dia yang berhasil membuatku menjatuhkan perasaanku kepadanya. Tapi, sayang. D...