Chapter 20 - Pertanyaan yang Terjawab

1.2K 106 3
                                    

Kakak laki-laki itu bisa jadi ayah, sahabat, sekaligus teman berantem terseru sepanjang masa. Jadi, jangan salahkan dia jika ia sangat menyayangi adik perempuannya. Karena adik perempuannya merupakan cinta keduanya setelah ibundanya.
-----

Kediaman Dimas Prasetyo, 06.12

Pagi ini sama seperti pagi di hari-hari sebelumnya. Mereka bangun, salat, mandi, berpakaian, dan bergegas untuk sarapan. Begitu pun dengan saat ini, mereka tengah asyik menyantap nasi goreng buatan (namakamu).

"Kak, lo berbakat jadi chef. Kiki ada lowongan loh, lowongan buat jadi pembantunya Kiki," ujar Kiki setelah memasukkan 1 sendok nasi goreng beserta lauknya ke dalam mulutnya.

(Namakamu) melirik Kiki sinis, "Gue mah ogah jadi pembantu lo, mending gue jadi istrinya Shawn Mendes,"

"Pembantu sama istri apa bedanya sih kak? Sama-sama masak juga ya kan? Tapi, percuma juga lo pengen jadi istrinya Shawn, di kenal sama dia aja enggak," tawa Kiki meledak ketika mengatakan itu, sepersekian detik kemudian ia tersedak dan kalang kabut mencari minum. (Namakamu) langsung menertawainya dan mengucapkan kalimat 'mampus lo' berulang kali.

"Makanya dek, kalau makan itu jangan bicara dulu," nasihat Pak Dimas yang sebelumnya menggelengkan kepala.

Setelah meminum air beberapa tegukan, ia kembali berbicara, "Tapi yah, kakak itu sebenernya pengen nyebutin nama Kak Iqbaal tadi, tapi diplesetin jadi Shawn gara-gara dia malu. Ngaku lo!" ujar Kiki sambil menunjuk kakaknya.

"Ih gak ada, Ki. Gue kan tadi bilangnya Shawn, bukan Iqbaal. Ah elah," ucap (namakamu) sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ngomong-ngomong Iqbaal kemana kak? Udah lama gak keliatan batang hidungnya," kata Bu Irina.

"Iq-"

"Kak Iqbaal musuhan sama kakak, jadi tiap hari Kak Alwan terus yang antar-jemput dia. Ayah sama bunda tau Kak Alwan gak? Itu loh anak Bandung yang udah ngewakilin Bandung di pertandingan basket nasional terus dia juara 1," ucap Kiki antusias. (Namakamu) berdecak ketika Kiki memotong pembicaraannya dan sangat semangat ketika membicarakan Alwan.

"Wow! Tapi kenapa dia ada disini?" tanya Pak Dimas merespon perkataan Kiki.

"Dia pindah sekolah yah, terus dia satu kelas sama Kak (namakamu)," jawab Kiki kemudian memasukkan satu sendok terakhir nasi gorengnya ke mulutnya.

"Jadi, pilih Alwan atau Iqbaal nih, kak?" goda ayahnya sembari menaik-turunkan alisnya.

"Apa sih yah? Gak pilih dua-duanya," kata (namakamu) lalu meneguk air putihnya sampai habis.

"Bunda pilih siapa buat dijadiin calon mantu? Iqbaal atau Alwan nih?" tanya Pak Dimas sambil menyenggol lengan istrinya yang berada di sampingnya.

"Bunda mah pilih yang terbaik buat anaknya dong. Tapi, bunda saranin kamu jangan terlalu berlebihan sama yang kayak gituan ya, kak. Kamu udah kelas 11, bentar lagi kelas 12 terus ujian. Usahain mereka gak bakal ganggu konsentrasi kamu," pesan Bu Irina bijak. Pak Dimas pun tersenyum menyetujui.

"Kamu juga dek, udah mau kelas 9, jangan cewek mulu yang digodain. Sana godain buku! Kali aja dia mau sama kamu, akhirnya isinya tuh buku bisa ditransferin ke kamu," ucap Bu Irina dan membuat ayah serta (namakamu) terkekeh. Sedangkan Kiki melongo tak percaya.

"Hah? Buku digodain? Bagaimana? Digombalin atau dikasih cokelat? Atau sebuket bunga? Gak bisa bun, dia gak bisa nerima pemberiannya Kiki,"

Ayahnya menggelengkan kepalanya, "Udah-udah, sekarang kalian berangkat, jangan sampai kalian telat,"

Victim of Feeling [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang