Chapter 13 - Balas Dendam

1.3K 109 2
                                    

Minggu, 21 Januari 2018, 09.12

Sudah 4 hari Pak Dimas dan Bu Irina meninggalkan anak-anak mereka di rumah, dan sudah 4 hari pula Karel menemani adik-adiknya di rumah dengan interior klasik ini.

"Ki, (namakamu) belum bangun?" Kiki hanya mengangkat bahunya setelah mendengar pertanyaan Karel.

Karel mendengus, "Tuh anak mentang-mentang hari minggu males banget." Gerutunya lalu berjalan ke lantai 2 menuju kamar (namakamu).

Tok tok tok

Tidak ada jawaban

"(Namakamu)?" Ucap Karel lembut, namun hasilnya nihil, masih sama seperti sebelumnya.

Karel hanya menghembuskan nafas beratnya lalu menekan knop pintu berwarna keemasan itu kebawah dan mendorong pintu kamar (namakamu).

Dan ia melihat (namakamu) masih terlelap dengan wajah damainya, senyum Karel pun tertarik lalu melangkah ke gorden merah muda yang belum membiarkan cahaya matahari menembus kamar dengan desain pink-putih ini dan membukanya.

"Hey, bangun. Udah jam 9, lo mau rejeki lo dipatok ayam duluan?" Ucap Karel lembut sembari mengelus pelan kepala (namakamu). Namun, sang pemilik rambut hanya berdehem dan kembali melanjutkan tidurnya dengan mengubah posisinya dari terlentang menjadi membelakangi Karel.

Karel memutar otaknya untuk membangunkan adiknya ini tanpa membuatnya kesal kepada dia. Beberapa detik kemudian, lampu terang langsung muncul di kepalanya seperti di kebanyakan film kartun. Ia tersenyum jahil lalu mengambil handphone adiknya yang terletak di nakas. Beruntung, ia mengetahui kode dari benda tipis milik (namakamu) ini. Ia pun segera membuka room chat adiknya dengan Iqbaal.

Iqbaal.dr

⚫Gw gak tau
22.34

⚫Kaga seru lo najis😙
2

2.34

⚫Emot lo yg najis -_-
22.35

⚫Bye princess😙
2

2.35

21 Jan 2018

⚫Baalll
09.15
⚫Hangout kuy
09.15
⚫Bosen hehe😂
09.15
⚫Gw tunggu jam set 10 yak?
09.15

Send

"Sip, mampus dah lu!" Ujar Karel kemudian meletakkan handphone   itu di tempat semula dan keluar dari kamar ini.

***

09.13. Kediaman Herry Hernawan

"Ah gak seru, gak ada kerenan dikit apa?" Gerutu Iqbaal di depan televisi sesekali memakan kue buatan bundanya.

"Le, mau nemenin teteh gak?" Teriak Fildza dari dapur.

Iqbaal mengernyitkan dahinya, "Kalau gak ke mall, pasti ke rumah temennya yang sering cubitin pipi gue."  Batin Iqbaal.

"Kemana teh?" Jawab Iqbaal teriak.

"Ke rumah Vina, temen teteh di komplek sebelah."

"Udah gue duga, pasti temen teteh yang sering nyubitin pipi, duh gila, ya kali gue mau nolak."

"Mau gak, Baal?"

Victim of Feeling [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang