Rabu, 10 Januari 2018
"Kak, lo berangkat bareng siapa?" Tanya Kiki disela-sela kegiatannya melahap roti tawar yang menjadi sarapannya pagi ini.
(Namakamu) menghela napasnya, "kayaknya Iqbaal."
"Ciee.." Goda Kiki sambil menarik senyum jahilnya.
Namun sepertinya (namakamu) memiliki bad luck hari ini, ternyata orang tuanya juga ikut menggodanya.
"Ciee, anak bunda udah besar ya." Ejek bundanya sambil terkekeh pelan.
"Ayah udah gak dengerin cerita kakak berapa abad sih? Perasaan baru kemarin diadzanin, eh sekarang udah ada yang gebet aja." Goda ayahnya sambil terus menatap anak sulungnya itu dengan tatapan jahil.
"Ih, ayah sama bunda kenapa sih? Kakak gak pacaran kok sama dia."
Ayahnya mengangkat salah satu alisnya, "yang bilang kakak pacaran sama dia itu siapa sih?"
Kiki langsung tertawa, "Ciee, yang pengen jadi pacarnya kak Iqbaal." (Namakamu) hanya memanyunkan bibirnya, entah mengapa adiknya sangat mengesalkan hari ini.
"Ayah sama bunda tau gak? Kemarin sore, kakak ditem-" ucapan Kiki terpotong karena sang kakak langsung menutup mulut Kiki.
Bundanya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua anak kesayangannya itu, "Lebih baik kalian buruan habisin sarapannya, terutama kamu kak, ntar Iqbaal jemput kamunya belum selesai sarapan, kan malu-maluin."
"Ih bundaaa."
Tok tok tok
"Assalamualaikum."
"Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kayaknya itu deh yang namanya Iqbaal, ayah yang bukain deh." Ucap ayahnya kemudian bangkit dari duduknya.
"Eh, biar adek aja yang bukain yah."
"Kalian makan aja, biar bunda yang bukain, bunda mau nyapa calon mantu dulu."
"Biar kakak aja yang bukain, bun."
"Ciee, yang ngebet ketemu Iqbaal." Ucap ayah, bunda, dan Kiki kompak. (Namakamu) heran kepada mereka bertiga, entah mereka sudah latihan tadi malam atau apa, yang pastinya mereka berhasil membuat mood putri sulung keluarga ini menjadi buruk.
"Udah deh, kakak cepetan habisin sarapannya. Biar adil bunda aja yang bukain." Putus bundanya kemudian bangkit dari duduknya dan bergegas menuju pintu utama.
Cklek
"Assalamualaikum, tante." Sapa Iqbaal sambil mencium tangan bunda (namakamu).
"(Namakamu)nya ada?" Tanya Iqbaal sopan.
Bunda (namakamu) tersenyum, "Iya, dia masih sarapan di dalam. Masuk dulu yuk, nak Iqbaal."
Iqbaal terkejut ketika bunda (namakamu) mengetahui namanya, tapi secepat mungkin ia mengubah air wajahnya menjadi seperti semula, "Gak usah tante, Iqbaal nunggu disini aja."
"Bun, kakak berangkat dulu, ya." Pamit (namakamu) kemudian mencium tangan bundanya.
"KAK IQBAAL, NYETIR MOBILNYA JANGAN LAJU-LAJU YA!" Teriak Kiki dari dalam dan itu membuat (namakamu) memutar bola matanya, sedangkan Iqbaal dan bunda (namakamu) hanya terkekeh.
***
"Lo kenapa, (nam)? Ngomong kek, jangan kayak gini. Berasa kayak gak saling kenal aja." Ucap Iqbaal dengan mata yang tetap fokus kedepan.
"Gue gak papa." Ucap (namakamu) singkat, sedangkan Iqbaal yang mendengar itu langsung menghela napasnya pelan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Victim of Feeling [Completed]
Hayran Kurgu'Penyesalan Selalu Datang Terakhir' Mungkin, salah satu quotes itu sesuai dengan ceritaku saat ini. Ceritaku dengan dia. Dia yang berhasil membuatku jatuh dalam pesonanya. Dia yang berhasil membuatku menjatuhkan perasaanku kepadanya. Tapi, sayang. D...