"Astaga!" Athayya terpekik terkejut. Begitu dia menutup pintu ruangan dokter Sean dengan keras, dan begitu Athayya berbalik, terdapat dokter Gerald dihadapannya. Tersenyum dengan senyumannya yang kharismatik.
"Selamat siang, dokter Athayya." Sapa dokter Gerald.
Athayya mengangguk, "Se-selamat siang." Jawabnya gugup.
Athayya masih dengan debaran jantungnya dan tingkat kemarahan serta kepanikan yang tinggi. Dia baru saja dicium oleh atasannya yaitu dokter Sena dan dia telah menampar atasannya setelah ciuman itu. Dan sekarang, Athayya panik tingkat tinggi. Takut dengan sanksi yang akan diberikan dokter Sena kepadanya.
"Kenapa? Sepertinya sedang ada masalah." Dokter Gerald tersenyum, menatap Athayya dari atas sampai bawah. Wanita didepannya ini terlihat gugup, bingung, dan shock.
"Em, tidak ada masalah, dok." Athayya tertawa sumbang.
Dokter Gerald tersenyum penuh arti, pasti ada suatu kejadian didalam ruang kerja Sean sehingga dokter Athayya yang baru keluar dari ruangan dokter pecinta wanita itu.
"Dokter Sean ada didalam?" Tanya dokter Gerald kemudian.
Athayya mengangguk, lalu menggeser badannya yang menutupi pintu. "Silahkan masuk, saya pamit dulu. Ada jam praktek setelah ini."
"Baiklah, semangat bekerja, dokter!" Dokter Gerald menyemangati.
Dan Athayya hanya bisa mengangguk meng-iyakan dan langsung pergi begitu saja dari depan pintu ruangan dokter Sean.
Di sepanjang koridor yang dilewatinya, beberapa suster yang ada disana menatapnya dengan heran. Dan Athayya tidak bisa hanya diam ditatap seperti itu.
"Suster," Athayya beerhenti berjalan. Mencegat tiga orang suster yang baru saja keluar dari ruangan pasien dan menatapnya dengan heran. "Kenapa melihat saya begitu? Ada yang salah dengan saya?"
Suster itu saling lirik, lalu saling menyenggol lengan temannya. Seperti tidak berani mengatakan yang sebenarnya.
Athayya menggeram jengkel, "Ada apa? Bilang saja."
"Dokter habis masuk keruangan dokter Sean?" Tanya salah satu suster itu.
"Ya, kenapa?"
Lalu ketiga suster itu maju selangkah, membuat Athayya otomatis terjengkang kebelakang satu langkah. "Dokter punya hubungan special dengan dokter Sean?!"
"Eh?!" Mata Athayya melotot kaget. "Enggak, saya Cuma memberi proposal kegiatan seminar yang akan dilakukan dokter kandungan di rumah sakit ini."
Suster tersebut menyipitkan matanya, makin menatap Athayya dengan curiga. "Biasanya yang masuk ke ruangan dokter Sean hanyalah pasien penting, teman-temannya, keluarganya, dan juga wanita-wanitanya."
Athayya hanya diam. Terlalu bingung dengan ucapan suster-suter muda didepannya. Athayya termasuk dokter yang jarang mengunjungi gedung B. Gedung B adalah gedung yang berisi ruangan rapat besar untuk para investor, dokter, professor, ruangan rawat inap bagi pasien pejabat Negara, ruangan operasi besar, dan juga ruangan Avi Sean selaku pewaris rumah sakit tempat Athayya bekerja. Dan Athayya baru saja memasuki ruangan itu.
Selama ini Athayya hanya berada di gedung A. Gedung rumah sakit umum untuk kontrol, UGD, IGD, ruangan kontrol kandungan, dan dokter-dokter spesialis lainnya. Athayya adalah dokter kandungan termuda di rumah sakit ini dan dia belum menikah karena alasan tertentu dan alasan terkonyol bagi seorang Athayya Abraham.
"Dokter Athayya, apa anda...," Suster itu menatap Athayaa dari atas kebawah – bawah keatas. Seperti memastikan sesuatu. "didalam ruangan dokter Sean, anda melakukan hal itu?" Suster itu tertawa menggoda. Matanya mengerling menatap Athayya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Certainty
Romance-My second story on wattpad- ( Cinta Tanpa Kepastian ) Sebuah pertemuan tak sengaja mempertemukan Avi Sena dengan Athaya Abraham yang membawa mereka kedalam cinta yang rumit dan tanpa kepastian. Sedangkan Avi Sean, harus mempertahankan cintany...