14. Bimbang

40.5K 1.4K 108
                                    

"Sama saja aku akan jadi selingkuhanmu." Ungkap Athayya.

Athayya kembali menatap iris mata cokelat yang menatapnya dengan dalam. Beberapa detik yang lalu, Sena memohon kepada Athayya agar hubungan mereka tidak berakhir dan meminta Athayya untuk menunggu sampai Sena akan menceraikan Grace.

Sena menghela napas, lalu menarik tangan Athayya dengan lembut dan menggenggamnya. "Athayya, tolong jangan egois."

"Jangan egois katamu?" Athayya melemparkan tatapan tajamnya. "Kamu yang egois, Sena."

"Kamu yang memulai awal hubungan kita ini. Kamu yang memintaku untuk selalu bersamamu walau ternyata itu detik-detik kamu akan menikah. Dan sekarang? Kamu masih memintaku untuk bersamamu walau kamu menikahi Grace." Athayya mengulum bibirnya. Menahan isak tangis yang akan merebak.

"Kamu sudah menyakiti aku lebih dari apapun." Athayya bergeming. "Aku mau pulang."

Athayya sudah berdiri dan hendak melangkah, namun langkahnya terhenti kala tangan Sena masih mencekal lengannya dan menyuruhnya untuk kembali duduk.

"Kita bisa bahas ini semua dengan kepala dingin, Athayya." Sena mengelus punggung tangan Athayya dengan lembut.

Itulah kelebihan Sena, selalu berperilaku tenang dan bisa membuat siapa saja luluh terhadap pandangan yang diberikan Sena.

"Kamu bisa tenang karena kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau. Kalau kamu sudah dengan Grace, apa itu belum cukup?" Tanya Athayya.

Sena lagi-lagi hanya diam.

Athayya lalu menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan. Athayya akan menanyakan hal ini. Dan jawaban dari Sena yang akan menentukan, setelah ini, Athayya harus tinggal atau pergi dari hadapan Sena.

"Aku mau tanya sesuatu dan kamu harus jawab dengan jujur."

Sena mengangguk, "Baiklah."

Athayya mengeratkan genggaman tangannya yang berada di genggaman tangan Sena. "Jawablah, kamu pilih aku atau Grace Amanda?"

Athayya atau Grace?

Sena menelan ludahnya dengan susah payah. Bahkan jantungnya berhenti berdetak dua detik karena pertanyaan ini. Tapi seperti biasa, Sena mencoba untuk tenang dan tidak resah.

"See? Kamu bahkan enggak bisa jawab." Athayya membuang muka. "Kamu egois." Desisnya.

Baiklah kalau begitu, Sena tidak punya pilihan lain. Toh, dirinya sampai sekarang tidak mencintai Grace.

"Aku pilih kamu, Athayya Abraham."

Athayya menoleh dengan cepat lalu bersitatap dengan Sena. Athayya menatap iris mata coklat itu, berusaha mencari kesungguhan didalamnya.

"Kamu... serius?" Entah kenapa, tetapi suara Athayya menjadi bergetar menorehkan pertanyaan itu pada Sena.

Entah kenapa, Athayya senang. Tapi tak bisa dipungkiri kalau hatinya benar-benar khawatir. Khawatir karena Sena masih berada didekat Grace dan mereka pasti akan melakukan hubungan suami istri atau apapun itu.

"Aku serius, Athayya. percayalah." Sena menarik telapak tangan Athayya lagi. Lalu mengecup punggung tangan itu dengan sayang.

Senyum tipis terulas di wajah Athayya yang cantik, menatap Avi Sena yang mengecup punggung tangannya selama beberapa detik. Merasakan sensasi bibir lembab Sena yang menyentuh kulitnya. Membuatnya seperti terkena sengatan listrik kecil.

Sena menatap iris mata hitam Athayya, "Aku akan kembali sepenuhnya padamu, Athayya."

"Kapan kamu akan benar-benar kembali?"

Love Without CertaintyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang