Athayya mengerjapkan matanya saat merasakan cahaya yang menyilaukan langsung mengenai matanya. Tangan kanan Athayya terangkat keatas, menghalau cahaya matahari dari jendela raksasa dihadapannya.
"Sudah bangun?"
Athayya membalikkan badannya ke kiri saat melihat Sena sedang mengancingkan kemeja yang entah mengapa sudah berbeda dengan yang tadi malam.
"Jam berapa sekarang?" Athayya yang tadi berbaring mengubah posisinya menjadi duduk dengan selimut yang ia angkat makin keatas untuk menutupi tubuh polosnya.
Sena tersenyum melihat Athayya yang manis saat masih bangun tidur. "Jam tujuh."
Athayya mengernyit, "Ini masih jam tujuh dan kamu mau kemana?"
"Aku ada urusan sekarang." Sena terkekeh mendengar nada tidak rela dari ucapan Athayya. "Ada pakaian baru, makeup baru,dan satu setel baju buat kamu. Aku menyuruh pelayanku membawakan itu semua agar kamu tidak perlu kembali ke rumahmu." Jelas Sena yang kali ini memakai dasinya.
Athayya terperangah, melihat semua barang-barang barunya diatas meja rias. "Itu berlebihan, Sena."
Sena tersenyum yang lagi-lagi membuat Athayya luluh. "Tidak berlebihan buatku. Apapun untukmu, Athayya."
Sena duduk disamping Athayya. Membelai pipinya dengan jari telunjuknya. Menatap iris mata hitam Athayya. "Ada lagi yang kurang untukmu?" Tanya Sena dengan lembut.
Athayya otomatis menggeleng. Tidak ada yang kurang dan itu semua sudah lebih dari cukup.
Ibu jari Sena menyentuh bibir Athayya. Membuat Athayya terpejam merasakan sentuhannya. Sena kemudian menekan bibirnya pada bibir Athayya merasakan bibir candu wanita itu sebelum harus melakukan pekerjaan padatnya ini.
Sena kemudian melepaskan ciumannya, menatap Athayya yang merona malu. "Aku berangkat dulu, Athayya. Dan aku harap jadwalmu kosong nanti malam."
"Nanti malam? Ada apa lagi?"
Sena tersenyum tipis, "Aku rasa satu malam denganmu tidak cukup, sayangku."
Senyum Athayya melebar, lalu memeluk Sena dengan erat. "Aku luangkan waktuku nanti malam."
Seperginya Sena dari kamar ini, Athayya bangun dari kasur lalu berjalan ke kamar mandi. Dia tercengang. Kamar mandi ini begitu besar dan mewah. Ada kaca besar disampingnya dengan meja rias dan kaca besar. Ada Jacuzzi mini yang menawarkan air panas, bathup besar yang muat untuk lebih dari dua orang mungkin.
Dan yang paling Athayya suka, tersedia parfum-parfum mahal dan bermerk sebagai gift dari kamar hotel ini. Tak lupa juga lilin aroma therapy dengan wangi-wangi yang manis dan juga sabun-sabun bermerk yang mahal. Athayya tau itu.
Saat Athayya masuk ke Jacuzzi, matanya menangkap wine dihadapannya. Segera dituangkannya wine ke dalam gelas itu dan meminumnya.
"Astaga, ini sangat nikmat." Athayya menyesap wine itu lagi lantas tersenyum. "Sena benar-benar hebat."
Lagi-lagi Athayya tersenyum mengingat Sena. Avi Sena dimatanya benar-benar lelaki yang sempurna. Dengan sikap manisnya kepada wanita, amat sangat baik hati, dan Athayya suka bagaimana cara Sena memuaskan dirinya saat bercinta.
"Belum-belum aku sudah merindukannya lagi." Gumam Athayya. Dia sudah tidak sabar bertemu lagi dengan Sena nanti malam.
***
Langkah Grace berhenti begitu dia melihat seorang lelaki yang tidak asing akhir-akhir ini. Lelaki itu melambaikan tangannya keaarah Grace.
Grace mendengus geli, tidak menyangka Avi Sena akan berada di gate kedatangan non domestic. Menyambutnya kedatangan Grace dari Italia setelah menyelesaikan urusan bisnis.
Tanpa basa-basi, Grace langsung memeluk Sena dengan erat lalu berjinjit untuk mengecup bibir Sena dengan cepat. Membuat para wartawan dan paparazzi mengambil gambar mereka dengan cepat. Sena sendiri sedikit tersentak dengan respon yang diberikan Grace saat menemuinya kali ini.
"Enjoy your flight?" Tanya Sena. Dia mengambil alir koper Grace dan menariknya. Tak lupa melingkarkan tangannya dipinggang Grace saat mereka berjalan ke mobil Sena yang sudah siap menjemput Grace.
"Not really." Jawab Grace dengan senyum manisnya. Grace dan Sena membiarkan para wartawan yang makin lama makin mencecar mereka dengan macam-macam pertanyaan.
Sena dan Grace sama-sama memilih bungkam. Tadinya Sena hanya ingin menjemput Grace di bandara untuk menebus rasa bersalahnya karena tidak bisa ikut Grace memilih baju pengantin di Italia. Tapi Sena tidak menyangka saat ia menjemput Grace, sudah banyak wartawan yang menunggu juga kedatangan Grace.
Grace Amanda calon istrinya cukup sering tampil di talkshow tentang bisnis atau membahas tentang wanita-wanita hebat. Karena Grace termasuk wanita yang berpengaruh dan hebat karena bisa menjadi pemimpin tertinggi dan sudah mengambil alih mejadi pimpinan Lord Bussines Group. Walaupun terkenal menjadi pribadi yang tertutup, para wartawan selalu mencari tahu kabar terbaru dari pimpinan tertinggi Lord Bussines Group ini.
Apalagi setelah informasi perusahaan bocor ke media. Informasi bahwa Lord Bussines Group sebentar lagi akan menjadi satu dengan Evan Group. Itu membuat banyak perusahaan takut kalah saing dan berita tentang Avi Sena, CEO Evan Group dan Amanda Grace pewaris tunggal Lord Bussines Group akan melangsungkan pernikahan sudah heboh di media.
Pintu mobil ditutup setelah Sena dan Grace sudah berada didalam mobil. Membiarkan para wartawan disamping mobil mereka yang mulai berjalan perlahan-lahan.
Grace mendesah lelah, ia menyandarkan punggungnya di kursi mobil yang nyaman.
"Hari ini kenapa romantis?" Grace melepas kaca mata hitamnya. Menyisir rambutnya kebelakang.
Sena tersenyum tipis, "Sebentar lagi kita menikah bukan? Kita harus lebih mengenal satu sama lain, Grace."
Grace melirik Sena, dalam hati sebenarnya yakin Sena hanya ingin memberi sensasi di berita. Dan soal ciuman itu, Grace sengaja melakukannya juga agar semua orang tahu bahwa dia sudah berhasil menggaet pria yang di incar oleh banyak anak pengusaha lainnya.
"Mau kemana kita sekarang?" Tanya Grace.
"Aku belum sarapan, dan aku mau mengajak calon istriku ini sarapan." Ucap Sena sambil menatap mata Grace. Mengambil hati wanita cantik itu lebih dalam lagi.
Semakin dalam Sena menatap mata Grace, mata hitam kecoklatan dihadapannya semakin mirip Raysa. Dan senyuman lembut Grace semakin lama mirip Raysa.
"Aku tidak salah memilihmu Grace, kamu mirip seperti almarhum mamaku." Sena menggenggam tangan Grace. Mengecup punggung tangan wanita itu.
Sena akan mencoba memberikan hatinya untuk wanita dihadapannya ini.
---
A/N: selamat datang di ketidakpastian ini! See you in next chapter guys!
Regards,
A
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Certainty
Romance-My second story on wattpad- ( Cinta Tanpa Kepastian ) Sebuah pertemuan tak sengaja mempertemukan Avi Sena dengan Athaya Abraham yang membawa mereka kedalam cinta yang rumit dan tanpa kepastian. Sedangkan Avi Sean, harus mempertahankan cintany...