19. Sebuah Kenyataan

40.5K 1.4K 182
                                    

Satu bulan kemudian...

Selama satu bulan ini, entah menjadi bulan yang membuat Athayya terpuruk atau membuatnya tenang. Pasalnya, dia benar-benar bertengkar hebat dengan kembar Avi Sena dan Avi Sean.

Sebuah kebodohan memang, seorang wanita diperebutkan oleh dua pria kembar yang benar-benar memiliki wajah dan bentuk fisik yang identik. Tapi, rasa cinta Athayya lebih terdorong mencintai seorang Avi Sena. Walaupun dirinya telah tersakiti berkali-kali oleh Sena.

Nasib seorang wanita simpanan, memiliki kebahagiaan yang sedikit dan hanya memuaskan sang lelaki.

Athayya menghela napas saat dia melihat Sean yang baru saja keluar dari pintu ruangan UGD dilantai dasar.

Dirinya yang hendak melewati UGD terhenti. Athayya ingin pulang sekarang, tapi bila dia melewati UGD, dia akan bertemu dengan Sean.

Sebelum Athayya hendak berbalik dan mengambil jalan lain, Sean sudah berjalan kearahnya.

Pandangan mata Sean lurus menatap Athayya saat berjalan. Napas Athayya seakan tertahan dan dirinya menjadi patung yang tak bisa bergerak sekalipun. Terkunci oleh pandangan mata Sean.

Saat Athayya sudah hendak menyapa Sean, alangkah terkejutnya dirinya saat Sean mengalihkan pandangan dan hanya melewati Athayya begitu saja.

Athayya tercenung, pandangannya kosong kedepan. Namun sedetik kemudian, Athayya membalikkan badannya kearah Sean.

Punggung tegap dibalut jas kedokteran itu terlihat benar-benar berwibawa. Selama satu bulan ini, Sean sudah tidak pernah menggodanya ataupun mengajaknya bicara.

Dua orang yang pernah setidaknya menghabiskan malam bersama, saling berdebat panjang, menjadi dua orang yang seakan tidak pernah bertemu.

Dengan langkah gontai Athayya membalikkan badan kembali kedepan. Berjalan lurus menuju pintu keluar.

Memorinya kembali pada malam ulang tahun dokter Gerald. Saat Athayya menghampiri Sean hendak minta maaf, Sean sudah bercumbu dengan wanita lain yang cantik. Bahkan wanita itu seperti memiliki keturunan timur tengah.

Dan entah mengapa, saat melihat Sean dan wanita itu keluar dari club untuk naik ke lift, Athayya yakin kalau mereka menuju ke kamar vvip yang tersedia di klub malam mewah milik dokter Gerald.

Nyatanya, yang mengucapkan setia dan benar-benar mencintai tidak menepati ucapannya.

***

Senyum Sena mengembang sempurna saat melihat wanita yang baru saja keluar dari gedung rumah sakit.

Wanita itu langsung terpaku dengan mata yang melebar. Terkejut melihat Sena dihadapannya sekarang.

"Hai," sapa Sena. "Aku sengaja membatalkan meeting untuk jemput kamu sore ini."

Athayya mendengus kecil, setelah satu bulan lebih Sena dan dia bertengkar, lalu mereka lost contact begitu saja dan sekarang Sena datang dengan wajahnya yang tanpa perasaan bersalah.

Melihat Athayya yang hanya diam, Sena berinisiatif menarik tangan Athayya dengan lembut. Membukakan pintu penumpang dimobil mewahnya.

Athayya sendiri menurut saja saat Sena menyuruhnya masuk ke mobilnya yang sudah berganti lagi dari mobil yang kemarin-kemarin. Sena selalu menjemputnya dengan mobil yang berbeda setiap pertemuan mereka.

"Semoga kamu akan menikmati perjalanan kita, tuan putri." Sena menarik seatbelt dan memasangkannya untuk Athayya.

Dahi Athayya mengernyit bingung dengan ucapan Sena. Tetapi lagi-lagi dia hanya memilih diam sampai kemudian Sena sudah duduk dikemudi dan menjalankan mobilnya entah kearah mana.

Love Without CertaintyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang