20. Berakhir?

39.7K 1.5K 351
                                    

Sena menyesap sampanye miliknya dengan perlahan, dia menatap jalanan kota dari lantai lima puluh gedung Hotel.

Kurang dari tiga puluh menit lagi, suara kembang api dan sorak-sorai orang-orang akan terdengar menyambut tahun baru yang akan datang.

Kejadian keributannya dengan Grace sudah seminggu berlalu. Dalam seminggu itu, Sena tidak mencoba mencari Grace atau menghubungi wanita itu. Sena terlalu marah akan sifat Grace yang berbeda dari biasanya.

Grace yang selama ini dia kenal sebagai wanita yang lemah lembut, membentaknya bahkan bertingkah brutal dihadapannya.

Selama seminggu pula, hari-hari dilewatkan Sena tanpa Grace, tanpa wangi Grace setiap malam dikasurnya, tanpa sarapan Grace disetiap paginya, tanpa kopi Grace yang selalu ada di sela sarapannya.

Bahkan, ulang tahunnya dilewatkan tanpa Grace.

Pandangan mata Sena kemudian beralih pada Athayya yang berjalan kearahnya dengan dress berwarna biru dongker bertaburan swarovki yang indah. Dress itu jelas membalut tubuh Athayya dengan sempurna, memperlihatkan belahan dadanya dan kaki jenjangnya.

Athayya terlihat anggun dengan dress itu, ditambah dengan riasan wajah cantiknya dan juga rambut hitam curly Athayya yang digerai ke kanan.

"Jangan terlalu banyak minum," Athayya mengambil gelas Sena dan meletakannya begitu saja di meja dekat mereka.

Sena tersenyum lalu merengkuh pinggang Athayya.

Selama seminggu tanpa Grace, Athayya yang selalu ada untuknya. Menemaninya setelah tugas Athayya sebagai dokter telah selesai.

"Terimakasih sudah mau merayakan tahun baru bersamaku." Ucap Athayya.

Sena hanya mengangguk sebagai jawabannya. Dia berada di rooftop restaurant yang berada di hotel miliknya, bersama dengan tamu-tamu lainnya.

Tamu-tamu yang lain bahkan sempat mencuri pandang pada Athayya dan Sena yang berpelukan mesra. Mereka bingung akan status Sena.

Sena sudah menikah dengan pengusaha cantik Grace Amanda, tetapi dia malah menghabiskan tahun baru bersama wanita seksi yang mereka tidak tahu itu siapa.

Sena dan Athayya jelas mengetahui pandangan mereka itu, tapi mereka bersikap biasa saja.

Apalagi Sena, sebagai pemilik hotel dirinya biasa saja. Bahkan tidak ada yang berani bertanya tentang Athayya. sebagian orang penting yang datang hanya menyapa Sena dan mengajak berbincang-bincang untuk sekedar formalitas.

"Sena, lihat!"

Sena menoleh kedepan, melihat dinding kosong dihadapan semua tamu sudah berubah menjadi angka yang terus menghitung mundur.

"Lima! Empat! Tiga! Dua! Satu!"

Disaat semua orang berteriak bersuka cita meneriakaan happy new year, suara terompet dan kembang api memenuhi gendang telinga.

Athayya menarik Sena kedalam ciumannya, memberikan ciuman tahun baru seperti yang banyak dilakukan orang-orang disini kepada pasangannya.

Sena memejamkan matanya dan merasakan ciuman Athayya, walaupun entah kenapa hatinya malah terasa tidak ikut suka cita menyambut pergantian tahun.

"Happy new year, darling." Athayya mengecup bibirnya lagi dan lagi-lagi Sena hanya tersenyum menjawabnya.

Darling.

Memori Sena seperti ditarik beberapa bulan yang lalu, suara Grace seperti membisikinya di tengah-tengah keramaian ini.

"Hey darl, where are you?"

Love Without CertaintyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang