Sean memijat pelipisnya saat berada di Starbucks dekat rumah sakit miliknya. Sean hanya duduk disana dengan segelas hot Americano dihadapannya yang tinggal setengah.
Satu jam lagi dia harus kembali ke rumah sakit dan menjemput Athayya.
Sean hanya menghela napas mengingat nama wanita itu lagi. Sudah dua hari ini Sean menghindari Athayya semenjak Sean tidak sengaja melihat wanita itu bersama dengan Sena.
Dan tiga jam yang lalu, Sean harus bertemu dengan Sena di kantor pusat Evan Group Company untuk turut hadir dalam penandatanganan perjanjian penggabungan dua perusahaan besar yang terkenal.
Lorde Bussines Group milik Grace akhirnya berhasil bersatu dengan Evan Group Company yang akan diwarisi 80% saham oleh Sena.
Sean tersenyum miris, lalu menyesap hot Americano nya lagi. Sena sudah mendapat apa yang dia inginkan.
Apalagi tadi Sean melihat Sena yang begitu mesranya dengan Grace.
Dari tadi saat jamuan makan siang keluarga, Sean bahkan memilih hanya berkomentar secukupnya dan menjawab beberapa percakapan dari Sena.
Bahkan Sean juga merasa, bahwa Sena terkadang menatap Sean tidak suka. Entahlah, tapi Sean tidak mau peduli. Saat jamuan makan siang tadi, tatapan mata Sean malah beralih pada Grace yang terlihat bahagia dan berbinar selama acara berlangsung.
Sena benar-benar bejat dan ingin rasanya Sean memukul kepalanya saat itu juga karena sudah berani-beraninya menyakiti perasaan Grace dan juga, Athayya.
"Boleh saya duduk disini?"
Sean tersentak dari lamunannya. Dia mendongak dan kemudian menghela napas saat melihat Athayya yang sudah duduk dihadapannya tanpa dipersilahkan.
"Sepertinya anda lupa kalau sudah terlambat satu jam menjemputku di rumah sakit?"
Sean mengernyit, "Ini masih jam-"
"Jam enam malam." Athayya mengangguk. Melirik jam tangan Sean yang jarum jamnya berhenti berputar dan berhenti pada angka lima.
"Astaga!" Sean mengusap wajahnya. Dia terlalu banyak melamun dan memikirkan banyak hal sampai lupa kalau jamnya habis baterai.
"Untung aku inisiatif ke mall ini untuk jalan-jalan dan kebetulan bertemu kamu disini."
Sean tidak menjawab. Dia memilih kembali bersandar di sofa hijau yang empuk dan menggaruk bagian belakang kepalanya walaupun tidak terasa gatal. Sean hanya resah.
Athayya menghela napas saat kembali melihat sifat Sean yang mengacuhkannya akhir-akhir ini.
"Dokter Sean, kenapa menghindari saya akhir-akhir ini?" Tanya Athayya curiga.
Sean mengalihkan pandang, tidak mau menatap mata Athayya. "Cuma perasaanmu saja. Aku sedang sibuk akhir-akhir ini."
"kalau Evelyn tidak memaksaku datang untuk menepati janji makan malam bersama, kamu pasti tidak akan bertemu denganku, dokter."
"Sudahlah, Athayya." Sean berdiri, lalu menarik pergelangan tangan Athayya dengan lembut. "Ayo, Evelyn sudah menunggu lama di apartmen."
Athayya hanya mencibir, walau dirinya tetap mengikuti langkah Sean.
Dalam diam, Athayya memperhatikan tangannya yang terasa pas digenggaman tangan Sean. Mereka berjalan menuju lobby mall ini beriringan dengan santai.
Membuat beberapa orang menatap mereka dengan kagum, karena Athayya yang cantik bersanding dengan Sean yang tampan dan juga gagah.
Sean dan Athayya terlihat serasi di mata orang-orang yang menatap mereka semua. Membuat pipi Athayya bersemu merah ditatap seperti itu dan kemudian Sean yang tertawa setelah keduanya berada didalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Certainty
Romance-My second story on wattpad- ( Cinta Tanpa Kepastian ) Sebuah pertemuan tak sengaja mempertemukan Avi Sena dengan Athaya Abraham yang membawa mereka kedalam cinta yang rumit dan tanpa kepastian. Sedangkan Avi Sean, harus mempertahankan cintany...