"Selamat malam Mr. Gerald, saya diberi tugas datang kemari oleh Mr. Sena dan memberikan kado ini untuk anda. Mr. Sena mengucapkan selamat ulangtahun dan beliau minta maaf tidak bisa datang karena ada urusan pekerjaan di Singapura malam ini."
Gerald mengerjapkan matanya begitu mendengar penjelasan panjang dan cepat dari wanita cantik yang sedikit berwajah keturunan timur tengah dihadapannya ini. Tapi kemudian Gerald segera menguasai dirinya kembali dan menampilkan senyum menggodanya.
"Ah, terimakasih nona." Gerald menerima kotak kecil yang dibawakan oleh wanita cantik dihadapannya ini. "Siapa kamu?"
"Nama saya Risya Melodi dan saya adalah sekertaris pribadi Mr. Sena."
"Bukannya Sarah?"
Risya sedikit tertegun dalam hati saat lagi-lagi lelaki dihadapannya menanyakan tentang Sarah. Sebenarnya, seberapa popular Sarah dikalangan teman-teman lelaki Sena?
"Sarah hamil besar dan akan melahirkan, Ger." Sean menjawab mewakili Risya.
"Sayang sekali," Gerald menghela napas sedih. "Tapi tidak apa, Sena mendapatkan semangat kerja yang lebih fresh dari Sarah."
Ucapan Gerald membuat Sean tertawa kecil. Tapi saat Sean menatap Risya, lagi-lagi wanita itu masih dengan wajah datarnya.
"Oke Miss Risya, nikmatilah pestanya dan terimakasih sudah datang." Gerald menepuk bahu Sean. "Selamat menikmati."
Begitu Gerald meninggalkan keduanya, Risya menghela napas. Dia sedikit memperhatikan keadaan sekitar. Keadaan di klub malam ini membuatnya bergidik ngeri sedikit. Kalau bukan karena uang bonus dari Sena, Risya tidak akan kemari.
"Duduklah dulu." Risya menoleh, mendapati lelaki menyebalkan yang duduk dikursi bar yang tinggi.
Risya menggeleng kecil, "Permisi, aku mau pulang."
Sean mencekal lengan Risya, menahan langkah wanita itu. "Temani aku malam ini. Akan aku beri berapapun uang yang kamu mau."
"Maaf?"
Sean sudah mendengar nada keberatan di ucapan Risya. "Hanya menemaniku mengobrol. Mau? Menemaniku mengobrol, mendengar ceritaku, dan kamu akan kuberi berapapun uang yang kamu mau."
"Baiklah."
Sean sedikit terkejut saat Risya dengan cepat menyetujui ucapannya. Terkadang, wanita ini selalu tidak terduga.
Sedangkan Risya, begitu mengetahui arti ucapan Sean, dia langsung menyetujuinya. Karena Risya benar-benar membutuhkan uang untuk kehidupannya yang harus ia tanggung sendiri semenjak dia pergi dari rumah keluarganya.
"Anda mau cerita apa?" Tanya Risya langsung pada topiknya.
Sean tertawa, "Minumlah dulu."
"Saya tidak minum alkohol." Tolak Risya.
"Oke, pesanlah minuman dulu baru aku ceritakan."
Risya menghela napas, sebenarnya dia juga bingung dengan ucapan Sean. Tapi Risya lebih memilih menurutinya.
"Lemon tea," Ucapnya pada bartender.
Sean tebahak mendengarnya, bahkan menatap Risya dengan geli. "Disini tidak menjual minuman non alkohol."
"Kalau begitu untuk apa kamu menyuruhku pesan?"
"Benar ternyata, kamu mirip dengan dia." Sean menyodorkan segelas wine kepada Risya, "kadar alkohol ini rendah. Tidak akan buat kamu mabuk kalau hanya segelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Certainty
Romance-My second story on wattpad- ( Cinta Tanpa Kepastian ) Sebuah pertemuan tak sengaja mempertemukan Avi Sena dengan Athaya Abraham yang membawa mereka kedalam cinta yang rumit dan tanpa kepastian. Sedangkan Avi Sean, harus mempertahankan cintany...