Grace mematut dirinya di cermin. Dia terdiam, lantas kemudian senyumnya merekah. Ia lalu memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Membuat Gaun pengantin yang ia kenakan ikut bergerak ke kanan dan ke kiri.
"Oh, Grace ku sayang, lihatlah dirimu!"
"Hai Grandpa, bagaimana penampilanku?" Grace tersenyum lebar, menatap kakeknya melalui pantulan kaca.
Ferdinan Lord, lelaki berumur enam puluh tahun itu mendekati Grace, lantas memegang bahu cucunya itu. "Perfect,"
"Aku pilih gaun yang ini, Grandpa." Ucap Grace.
Ferdinan mengangguk, ia selalu menyetujui pilihan cucu satu-satunya itu. "Dimana Sena? Bukannya hari ini seharusnya dia ikut memilih baju pernikahan?"
"Ya," Jawab Grace singkat. Dia berjalan keruang ganti dan menutup pintunya dibantu dengan karyawan wanita yang berjumlah tiga orang. Cukup susah memakai dan melepas gaun-gaun pengantin yang dipilihnya. "Sena sibuk sekali, aku yang akan memilih setelan tuxedo untuk pernikahan kita."
Dari luar ruangan ganti, terdengar Ferdinan tertawa cukup keras. "Astaga, apa-apaan itu. Dia tidak bisa meluangkan sedikit waktunya untukmu?"
"Dia sibuk, Grandpa. Dan aku sebagai calon istri yang baik harus memahaminya." Jawab Grace.
Ferdinan hanya menghela napas, lalu duduk dikursi tunggu. Menunggu Grace yang sekarang sudah keluar dari ruangan ganti dan berjalan kearah dimana tuxedo pria dipajang di butik ini.
"Aku masih bingung kenapa Grace dengan cepat memintaku untuk menikahkannya ke salah satu anak Evan." Ferdinan mendengus, lalu menyesap anggur merah yang disediakan oleh butik mewah ini.
Tulip Lord, istri dari Ferdinan alis nenek Grace, memandang suaminya dengan alis terangkat. Lantas tersenyum tipis, "Aku selalu percaya pada cinta pada pandangan pertama."
"Yeah, tapi tidak harus langsung meminta untuk dinikahkan, Tulip." Jawab Ferdinan dengan kesal.
"Tapi kamu tetap menyetujui permintaannya." Tulip memandang Grace yang lincah mondar-mandir butik mewah ini. "Grace sudah dewasa, Fer. Aku tahu, selain cinta pada pandangan pertama, gadis itu juga ingin yang terbaik bagi perusahaan yang telah dibangun keluarga kita. Dia bermaksud menggabungkan dua perusahaan besar, agar sebagian sahammu tidak terancam terjual."
Kepala Ferdinan menunduk, dia memang kakek tua yang payah. Dia baru menyadari detik ini, bahwa sama saja Grace menjual dirinya. Menjual dirinya ke Evan Group Company yang dari dulu selalu mengincar kerja sama bisnis dengan Lord Bussines Group. Perusahaan yang dibangun oleh Ferdinand an ayahnya dulu.
Ferdinan dengan sombongnya selalu menolak kerja sama dengan Evan Group Company karena ia merasa kurang cocok dengan keuntungan bila ia menerima kerja sama dengan perusahaan Evan.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan Evan yang dipimpin oleh Avi Sena, menjadi raja diantara perusahaan-perusahaan bisnis yang lain, bahkan mengalahkan perusahaan Lord. Lalu, perusahaan Lord ditimpa banyak masalah dan kerugian sehingga sekarang Ferdinan berusaha menjual saham besar-besaran dan perusahaannya.
Grace yang menjadi CEO dari perusahaan kakeknya tidak setuju dengan usulan kakeknya. Otak wanita itu berpikir bagaimana menyelamatkan perusahaan Lord dari krisis besar ekonomi ini, dan akhirnya ia bertemu dengan Avi Sena dalam pertemuan bisnis se-Asia. Grace berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Grace berhasil menarik Avi Sena agar mau menikahinya, dan Grace sebentar lagi akan menyelamatkan perusahaannya.
"Ferdinan, ini bukan salahmu." Tulip mengelus bahu Ferdinan dengan lembut.
"Apakah dia bahagia, Tulip?" Mata Ferdinan berkaca-kaca, memperhatikan Grace yang sedang fokus dengan ponsel milik gadis itu. "Rasanya baru kemarin dia menangis dipelukanku karena marah denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Certainty
Romance-My second story on wattpad- ( Cinta Tanpa Kepastian ) Sebuah pertemuan tak sengaja mempertemukan Avi Sena dengan Athaya Abraham yang membawa mereka kedalam cinta yang rumit dan tanpa kepastian. Sedangkan Avi Sean, harus mempertahankan cintany...