11. Grace or Athayya?

47.4K 1.7K 116
                                    

Athayya harus melihat pemandangan yang menyedihkan, lagi.

Setelah dia menyesap wine yang begitu enak tadi dan mendengarkan alunan musik dansa yang lembut, matanya kembali melihat pasangan yang menjadi sorotan bahagia semua orang saat ini.

Sena dan Grace.

Mereka berdua terlihat bahagia, saling berpelukan dan tersenyum saat menari di tengah-tengah lantai dansa. Beberapa pasangan dan tamu undangan juga berdansa disana. Bahkan, Athayya juga melihat Evelyn yang juga berdansa dengan remaja tampan berwajah bule. Entah itu siapa. Athayya juga tidak mau tahu.

Athayya memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dari pemandangan yang menurutnya memuakan. Athayya lebih memilih menatap Sean dihadapannya. Lelaki itu tersenyum menatap seorang wanita yang berdansa dengan lelaki berwajah barat.

"Kamu mau berdansa dengan ibu itu?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Athayya membuat Sean menatapnya dengan senyuman geli.

"Ya, aku mau berdansa dengan ibu itu. Karena dia ibu kandungku." Jawab Sean. Tatapannya kembali memandang Abella dan Grayson yang sedang berdansa.

Athayya terdiam. Mengikuti arah pandang Sean. Ditatapnya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.

Dalam hati Athayya mengagumi wanita yang telah melahirkan Sena dan Sean. Seorang ibu yang hebat karena telah melahirkan anak lelaki tampan dan sukses seperti Sean dan Sena. Juga anak perempuan cantik bak model seperti Evelyn.

"Ayo berdansa."

Athayya mendongakkan kepalanya, menatap uluran tangan Sean di depan matanya. Athayya hanya diam dalam duduknya. Menatap tangan Sean dan Sena yang sedang berdansa dengan Grace secara bergantian.

"Apa aku harus bersimpuh supaya kamu mau berdansa denganku, Athayya Abraham?" Gurau Sean.

Entah kenapa, tetapi candaan garing Sean bisa membuatnya tertawa kecil karenanya. Dan dengan mudahnya Athayya menerima uluran tangan itu.

Sean menggenggam telapak tangan Athayya yang terasa begitu pas ditangannya. Ditariknya Athayya ke tengah-tengah lantai dansa.

"Tersenyumlah, Athayya." Ucap Sean sambil kemudian meletakkan kedua tangannya di pinggang ramping Athayya.

Iris mata cokelat itu. Athayya kembali terpaku pada sorot mata hangat yang ditampilkan Sean. Athayya tersenyum seiring dengan Sean yang melebarkan senyumnya.

"Sudah pernah berdansa?" Sean menarik Athayya sehingga satu langkah lebih dekat dengannya.

Athayya terdiam, dia mengalungkan kedua tangannya di leher Sean. Bingung mau menjawab apa. Karena kemudian Athayya teringat saat menari dengan Sena di club malam.

"Baiklah kalau kamu tidak mau menjawab." Sean menggerakan tubuhnya melangkah perlahan ke kanan dan ke kiri. "Pejamkanlah matamu."

Mata Athayya menatap Sean, sampai kemudian akhirnya dia menurut dan memejamkan matanya.

"Dengarlah lagu ini dan ikuti langkah kaki ku." Bisik Sean.

Athayya tersenyum, mendengarkan lagu thinking out loud yang sedang dimainkan untuk mengiringi dansa di pesta ini. Langkah kakinya serasa ringan, mengikuti gerakan langkah Sean yang pelan, teratur, dan lembut.

"Kamu pandai dalam dansa." Bisik Athayya, dia membuka matanya. Menatap mata Sean yang juga menatapnya.

Sean tersenyum, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Athayya. "Aku bisa membuatmu bahagia, Athayya."

Love Without CertaintyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang